Di tengah-tengah pembelajaran di sekolah sering saya berpikir: ini anak-anak pada bosen nggak sih enam hari penuh berangkat ke sekolah,...


Di tengah-tengah pembelajaran di sekolah sering saya berpikir: ini anak-anak pada bosen nggak sih enam hari penuh berangkat ke sekolah, dateng ke tempat dengan rutinitas yang sama? 

Padahal saya jurusan bahasa, jurusan di mana pelajarannya banyak seneng-senengnya. Misalnya, analisis lagu pelajaran Sastra Indonesia, tugas kami hanya bernyanyi dan mencari majas yang ada di lagu tersebut. Nyantai banget. Gimana jurusan lain ya… Nggak bisa bayangin.

Nggak hanya itu, sepulang sekolah saya harus menjalani rutinitas kehidupan boarding school yang tertata dengan rapi. Mulai dari pagi sampai malam jika saya perhatikan 80% yang dilakukan boarding school people pasti sama. Kegiatan mereka adalah:

Bangun sebelum subuh – solat tahujud – sahur (kalau mau puasa) – mandi – solat subuh – kelas agama – persiapan sekolah – sarapan – sekolah – balik ke kamar/ ekstrakurikuler – solat maghrib – kelas agama lagi – solat isya – belajar untuk sekolah esok harinya – tidur.

Begitu seterusnya. Hardworker banget.

Tapi 20% sisanya beda lagi. Mungkin di sela-sela rutinitas ada yang mengisi dengan mengerjakan novelnya, nonton anime, baca novel, baca majalah, main musik (paling ekstrim nih, saya punya temen yang ke asrama bawa keyboard, gitar, dan baru aja dia bilang mau beli biola), blogging, dan pekerjaan lainnya yang menurut mayoritas: nggak ada waktu.

Kebetulan saya menjadi minoritas. Banyak kegiatan yang emang sengaja saya lakukan demi nggak bosen di boarding school. Demi saya nggak mengeluh ke orang tua kalau saya masih nggak betah dan lain sebagainya. Ya begini nasib jadi orang yang tidak cocok kerja di air.


Itu lah secuil penampakan kasur di boarding school saya. Dari semuanya nggak ada yang lebih menyebalkan dari pada ini:


Sticky note tersebut merupakan list tugas dan ulangan yang harus saya dan teman-teman sekelas saya kerjakan. Kali ini kalian semua diperbolehkan untuk bilang mampus…

Mampus.

Oke udah kan bilang mampusnya? Oke. Nggak papa, udah biasa aja sih dari kelas X. Paling efeknya setiap pulang sekolah kerasa lebih capek aja, selebihnya biasa. Bukan berarti karena udah pinter terus sok biasa-biasa aja. Big NO banget. Ya karena udah terbiasa aja sih.

Tapi dari foto secuil penampakan itu tadi ada yang spesial, yang bikin bener-bener deh hidup di boarding school nggak sejenuh biasanya. Apakah kalian mengetahui kode-kode yang saya berikan? Halah. Kamu nggak peka. Ini lho maksud saya...

Keliatan lebih gede. 

Kenalin, namanya Kiddy, dia pacar baru saya, dia lucu dan menggemaskan. Nama aslinya Guitalele, absurd banget namanya, ah biarin pokoknya dia lucu dan menggemaskan.

Sejak SMP saya belajar main gitar sendiri, ketika di SMA, saya sekamar dengan temen yang hobi main musik sampai segala macem alat musiknya dibawa. Akhirnya saya belajar banyak lagu sama dia, diajarin banyak chord, ngajarinnya sabar banget lagi. Enaknya di boarding school ya kayak gini nih, bagi ilmunya kerasa banget.

Saya dapetin pacar baru ini bareng Ayah, beliau sempet berpesan: “Jangan dibawa ke jalan raya lho ya…” Bukannya saya jawab iya, malah saya jawab: “Lho lumayan lho yah, Sehari bisa dapet 8 juta!!!” Iya saya jawab itu dengan nada penuh ekspresif dan ada penjaga toko musik tersebut. Ayah saya cuma ketawa dan menanyai seluruh alat musik yang ada di toko itu satu persatu, nggak penting banget.

Kenapa namanya Kiddy? Sebenarnya saya nggak pernah memberi nama benda-benda yang saya punya. Ini gara-gara temen-temen cewek saya menamai dengan iseng gitar-gitar mereka. Ada yang namanya Lady, Baby, dan… Jrengi. Setelah berpikir.. Kiddy adalah nama yang tepat! Asal kata Kiddy berasal dari Kid = anak kecil. Huhuhu Kiddy *peluk-peluk Kiddy*

Yang jelas, membawa gitar ke boarding school adalah keputusan yang sangat tepat bagi kamu yang bisa main gitar. Kalau nggak ada kerjaan, kayak malem ini, besok nggak ada ulangan dan hanya presentasi bahasa inggris, terus bosen banget karena nggak bisa kemana-mana, akhirnya semaleman saya main gitar dan berujung posting di segmen Boarding School di blog ini hehehe.

Aslinya pengen bikin cover baru di Soundcloud, tapi apalah daya, saya lagi nggak enak badan dan suaranya abis. Padahal pagi ini ada analisis lagu pelajaran Sastra Indonesia.. Uhuk uhukkkkk, doain ya gaes semoga lancar! Udah ya, saya mau bobo dulu sama Kiddy. Dadaaah!

*peluk-peluk Kiddy*

Eh share dong, benda apa sih yang bikin kalian nggak bosen dengan rutinitas? :D




Salah satu target yang saya punya di kehidupan yang penuh sandiwara ini adalah.. menikah muda. Ketika saya menceritakan target yang s...

Manfaat Menikah Muda


Salah satu target yang saya punya di kehidupan yang penuh sandiwara ini adalah.. menikah muda. Ketika saya menceritakan target yang satu ini, kebanyakan orang kalau nggak menganggap saya ‘kebelet nikah’ pasti ‘bosan sekolah’. Seakan-akan saya setelah lulus SMA yang akan berlangsung tahun depan langsung tutup buku dan buka terop, alias menikah.

Noway! Enggak juga. Saya emang baru aja berumur tujuh belas tahun, dan punya target menikah muda sejak akhir kelas 1 SMA, dimana saat itu saya baru berumur enam belas tahun. Meskipun saya bandel di sekolah bukan berarti saya ‘kebelet nikah’ atau ‘bosan sekolah’ kok. Enggak sama sekali.

Kalau saya bilangnya sih, bukan kebelet nikah, tapi we are thinking one-step further. Kebanyakan dari kami yang ingin menikah muda karena kami berpikir satu langkah lebih jauh. Emang sih ketika saya mempunyai target menikah muda di usia enam belas tahun itu ngawur banget, asal pingin.

Namun saya percaya satu hal: ketika kamu percaya, maka alam semesta akan mendukung. Dan emang bener, saya dipertemukan oleh banyak kejadian yang berkaitan dengan menikah muda. Ada yang bahagia dengan menikah muda, ada yang bilang menyesal, dan yang paling sedih adalah kejadian beberapa hari yang lalu…

Saya      : “Gimana kabar, Mbak? Katanya kemarin mau nikah gitu? Gimana ceritanya?”
Mbak     : “Ya… gitu lah, Meg. Sekarang aku ngelanjutin kuliah S2.”

Iya, nggak jadi nikah. Ah mungkin cowok gantengnya masih disimpen, kayaknya tiga bulan lagi ketemu. Terus Mbak-nya menikah dan nggak jadi ngelanjutin kuliah S2. Aamiin, hehehehe super sok tau.

Postingan kali ini, saya akan share tentang manfaat menikah muda versi kabarislam.net di artikelnya yang berjudul 6 Manfaat Menikah Muda. Tapi dari artikel tersebut saya ambil tiga aja dari enam manfaat yang ada, dan saya modifikasi agar bisa dibaca semua kalangan. Emang apa sih manfaat menikah muda? Yuk langsung aja!

Lebih Bahagia
Awalnya saya termakan omongan orang, ketika orang yang menikah muda kadar egonya lebih tinggi. Semaunya sendiri. Tapi setelah saya baca artikelnya, malah berbalik dengan opini kebanyakan orang.

Pasangan yang menikah muda malah belum mempunyai ego-ambisi, jadi mereka lebih bisa menerima keadaan pasangan hidupnya. Bahkan ketika misalnya nih, suaminya belum mapan dalam hal ekonomi mereka tetap enjoy menjalani kehidupannya.

Iya sih, saya juga menemui beberapa karakter para perempuan yang umurnya udah pantes menikah tapi belum menikah, dan perempuan yang menikah muda.

Pada kasus pertama, saya kenal dengan beliau. Cantik, baik hati, dan religius. Di umurnya yang sebenernya udah pantes banget untuk menikah, saya bingung juga kenapa belum menikah yaaa? Menurut hipotesa saya, semakin berumur seorang perempuan, kriteria pasangan yang dicari semakin kompleks dong pasti? Nah itu dia! Maunya yang mapan, religius, fashionable, ganteng, pendidikanya harus lebih tinggi, pengertian, dan makin banyak dan bertambah deh syaratnya.

Pada kasus kedua, perempuan yang menikah muda. Saya kenal beliau sebagai pasangan menikah muda yang mempunyai putra baru kelas 2 SD dan sangat so sweet. Kebetulan suaminya membangun suatu perusahaan baru. The beginning is always the hardest, coba deh belum bisa renang terus belajar renang, pasti susah awalnya. Nah, apalagi membangun suatu perusahaan kan?

Azra Ucorp
Ini nih clue-nya. Namanya Azra, anaknya siapa hayo.

Tapi, istrinya begitu so sweet dan enjoy ketika menemani suaminya. Dan anaknya pun bisa banget bersikap, waktu itu saya dari perwakilan komunitas lagi meeting dengan perusahaan tersebut. Anaknya meskipun baru kelas 2 SD udah bisa makan dengan tenang. Ketika saya bilang, “Pengen deh punya anak kayak gitu.” Ayahnya bilang, “Pikirin aja terus, pasti nanti kamu punya anak kayak gitu.”

Lebih mudah mencari kesuksesan

Yakin deh banyak banget orang yang lebih memilih: “Ya mapan dulu baru nikah.” Tapi yang saya percaya malah kebalikannya! Menikah adalah salah satu jalan membuka rezeki! Kalau di web yang menjadi sumber saya sih.. karena ketika menikah kita bisa lebih tenang, gitu. Tapi ya mana saya tahu, saya kan belum menikah. :p

Masih nggak yakin? Tunggu Selasa minggu depan deh. Saya bakal cerita tentang ini!

Lebih baik bagi masa depan anak-anak
Ini menjadi alasan yang paling menguatkan saya, tapi alasan ini disimpen Selasa depan ya hehe.

Kalau di web sumber sih, menikah muda bermanfaat agar anak-anak kita nggak hanya merasakan nikmatnya kehidupan, tapi merasakan juga bagaimana manis pahit kehidupan. Kalau menikah muda pasti banyak juga kan yang sebenarnya nggak mapan dari segi ekonomi? Jangan khawatir, hal tersebut bukan permasalahan seutuhnya, malah bisa menjadi pembelajaran tersendiri.  

Serius, ini penting lho! Ayah dan Ibu saya adalah pasangan menikah muda, memulai kehidupan rumah tangga dari nol. Ayah saya merantau ke Malang dengan menggandeng Ibu saya yang masih muda, rumah masih ngontrak, dan dengan keadaan tersebut kakak cowok saya lahir.

Ketika saya lahir baru punya rumah sendiri yang sangat sederhana. Kalau makan keluar pasti ke tempat-tempat yang sederhana. Ketika adek saya lahir, Alhamdulillah keadaan keluarga juga semakin membaik. Udah pindah rumah, dan saya sering banget ngajakin makan keluar ke tempat-tempat gaul.

Selain keadaan yang membaik, kedua kakak adek saya ini yang udah makin gede dan sangat jarang di rumah. Kakak saya lebih sering ngampus daripada di rumah, dan saya anak asrama, satu-satunya anak yang selalu di rumah ya adek saya yang masih SD. Kalau dia butuh bola futsal, atau apa deh pasti cepet banget di-iya-in.

Hal tersebut yang terkadang membuat saya khawatir, akhirnya saya sering mengingatkan dia biar nggak manja di sela-sela ketika dia lagi cerita panjang lebar dan mengeluh tentang kehidupan anak-anaknya yang lucu banget. Emang sih dia ini serba di-iya-in kalau mau beli apa-apa. Tapi saya pernah denger curhatannya gini:

Saya      : “Aku tiap minggu renang dong, Fi. Kamu kapan? Katanya mau renang?”
Rafi      : “Huuuh, iya. Aku udah minta Ibu renang. Tapi gitu, mesti kapan-kapan. Selalu deh kalo aku yang minta renang gitu. Huh.” (Adek saya meskipun cowok, cerewetnya mirip mbaknya, bukan masnya hehehe)

Ya gitu, tercukupi materi biasanya waktu bareng keluarganya sering nggak tercukupi. Di sini peran seorang kakak yang dulu pernah hidup susah secara materi tapi tercukupi di segi waktu kebersamaan bermain wahai teman-teman. Halah.

Razes Rafael Gibran
Ini lho yang bikin kangen rumah. {}

Dari sekian alasan, pasti masih banyak yang menganggap menikah muda adalah suatu keputusan yang harus mikir-mikir-mikir-mikir dulu banget. Yang kalau dijadikan target kehidupan nggak pas juga. 

Sampai jumpa di segmen Wedding Moment minggu depan selanjutnya aja deh! Saya mau share tentang kisah pasangan menikah muda yang bikin saya pingin banget bikin event yang judulnya: “Pernikahan Dini?” Hehehe. See you gaes! 



Senyum bahagia udah lengser dari jabatan. Menjadi 12 graders yang merupakan angkatan terakhir untuk KTSP 2006, saya merasa tua bang...


12 graders
Senyum bahagia udah lengser dari jabatan.

Menjadi 12 graders yang merupakan angkatan terakhir untuk KTSP 2006, saya merasa tua banget di sekolah. Ketika adek kelas penikmat Kurikulum 2013 lagi ribet masuk kelas lintas minat, saya cuma bisa ngelihatin mereka dengan tatapan nanar. Ketika adek kelas penikmat Kurikulum 2013 dapet buku gratis dari sekolah, saya harus ke beberapa toko buku mencari buku yang kebanyakan udah nggak diproduksi oleh percetakan akibat perubahan kurikulum.

Meskipun perbedaan kasta ini berlangsung dengan kejam, kami tetap lah 12 graders, seniornya senior! Tingkatan kelas yang sering diingatkan guru-guru dengan kalimat yang sama, “Kakak kelasnya harus memberi contoh yang baik lho ya.”

Kebanyakan siswa atau siswi yang baru jadi senior, memaknai kalimat tersebut secara berlebihan. Semua hal yang dilakukan junior mendadak serba salah dan senior terus-terusan mencari cara untuk mengingatkan dan dikenal banyak junior bahwa dia senior yang keren.

Sebagai senior, sudah waktunya kita menjadi senior yang benar-benar keren dan berwibawa. Bisa memilah dan memilih mana sih yang harus diingatkan dan mana yang tidak, bisa sadar diri udah pantes ngingetin atau belum. Bener-bener mengingatkan untuk kebaikan mereka, bukan buat cari muka.

Bukan lagi zamannya ada cerita karena nggak terima gebetan suka adek kelas, terus ngingetin mereka dengan cara berantem, marah-marah atau nyinyir gak jelas, norak banget. It’s  2014, wake up!

Kakak kelas
Udah kelihatan songongnya belum?

Kalau menurut saya kehidupan SMP dan SMA jauh berbeda. Apalagi yang sebelumnya sekolah di SMP Negeri, kemudian masuk ke sekolah dengan title ‘madrasah’, harus belajar bahasa arab dan berbagai pelajaran agama lainnya. Sedikitnya mereka belajar 17 pelajaran dalam setahun.

Itu baru pelajaran, belum lagi perbedaan cara bersikap dan prinsip-prinsip yang ada di SMP dulu dan di SMA-nya sekarang berbeda. Jadi wajar banget kalau para junior nggak paham harus bersikap bagaimana, dan di sinilah peran senior bermain. Tsaaahhh.

Setelah satu tahun menjadi senior dan satu bulan menjadi seniornya senior, saya menyimpulkan bahwa cara mengingatkan senior yang keren terbagi menjadi tiga cara:

CARA JUDES
Ketika saya jadi adek kelas, saya sering menemukan kakak kelas yang judes. Dan baru beberapa hari yang lalu saya sadar telah melakukan sesuatu sehingga bisa saja saya dianggap kakak kelas yang judes. 

Setiap pagi kami harus absen dengan cara menyentuhkan sidik jari ke sebuah mesin sebelum masuk sekolah. Setiap pagi kami dibiasakan untuk antri.

Pagi itu saya antri dengan rasa malas, eh sialnya banyak adek kelas berbadge hijau dengan wajah tanpa dosa langsung memotong barisan (badge hijau kelas X, kuning XI, dan merah untuk XII). Kemudian saya nyinyir pelan, “Pada bisa baris nggak sih?”

Sedetik kemudian saya sadar, nyinyir adalah perilaku nggak elegan dan nggak ada gunanya. Akhirnya saya langsung ingetin mereka dengan nada yang agak judes: “Baris rek, baris, baris.” Wajah-wajah cewek berbadge hijau itu pun langsung berubah, mungkin sebentar lagi saya dikira senior yang judes. Oh tidak.



Awalnya sih saya mikir, ah nggak papa deh biar mereka bisa sadar diri dan membiasakan antri. Tapi nggak keren juga kalau dianggep judes, cara ini hindari aja deh, pake cara-cara yang lebih elegan dan keren lainnya.


CARA ELEGAN

Salah satu agenda acara di MOS adalah parade ekskul. Dulu ketika saya kelas 11, saya dan beberapa teman saya lah yang mengatur penataan meja dan strategi promosi yang akan kami pakai ketika parade ekskul. Karena pada tahun ini saya kelas 12, maka saatnya saya memberikan amanah ini untuk adek kelas.

Esktrakurikuler broadcasting pun dapet amanah untuk jadi MC di parade ekskul tersebut, akhirnya saya memutuskan saya dan salah satu adek kelas yang jadi MC. Nyebelinnya, para adek kelas ini nggak bisa peka terhadap tugasnya sendiri.

H-1 parade ekskul, partner MC ngambek karena nggak dikasih informasi. Padahal seharusnya dia sendiri yang langsung ke panitia. Di waktu yang sama, ketika saya tanya gimana persiapan parade ekskulnya, di antara mereka malah jawab: “Lho mbak emang yang dibawa apa aja?” Gubrak, saya nggak habis pikir dapet jawaban sedemikian polos, padahal dia udah kelas 11 saat itu.

Ini udah H-1, besok pagi acaranya kenapa responnya kayak gini??

Karena sebel, saya beli minuman dingin sebelum membalas SMSnya. Sambil minum, saya membalas SMS adek kelas saya yang saat itu dia lah calon ketua broadcasting selanjutnya. Saya lupa gimana isi SMSnya, intinya sih gini:

Maaf kalau aku jarang bales SMS, aku lagi panitia MOS, lagi sibuk-sibuknya. Ya masa sih harus aku tuntun terus? Tahun depan kalian sendiri lho yang jalan. H-1 acara masih nggak tau harus bawa apa, tahun kemarin kalian semua ikut MOS kan? Udah tau kan parade ekskul itu gimana, setidaknya punya bayangan harus bawa apa. Terserah kalian deh besok kayak gimana, yang jelas kalian harus dateng, aku nggak mau tau, karena udah bilang kalau mau isi stan.

Hal-hal semacam itu lah yang wajib banget kita ingetin sebagai senior, demi kebaikan bersama. Karena kekecewaan saya begitu mendalam, akhirnya saya merombak susunan organisasi ekstrakurikuler broadcasting untuk tahun ajaran 2014/2015. Dan Alhamdulillahnya, dia aktif banget, bisa mengajak dan merangkul temen-temennya. Huhuhu terharu, semangat ya broadcasting tahun ini! :”)

Semangat ya sweetheart. :*
CARA KEJAM

Kejam di sini bukan berarti kejam pada makna harfiahnya, maksudnya… Langsung saya ceritain aja deh.. Malam itu, saya baru aja selesai solat maghrib, kemudian saya berjalan ke tempat di mana saya meletakkan al-qur’an untuk mengambilnya. Tiba-tiba ada adek kelas yang curhat ke temennya gini:

“Minggu ini ada muhadhoroh (kegiatan kebahasaan) nggak yaaaaa? Kayaknya enggak deh, kita kan capek.”

Ketika saya tidak sengaja mendengar curcol mereka, saya sok cuek dan kembali ke tempat semula untuk mengaji. Sesudah mengaji, saya ceritain curcol-an adek kelas yang tadi ke beberapa temen se-angkatan.

“Gaes, gaes. Masa sih ya tadi itu ada adek kelas curcol ke temen-temennya: 'Minggu ini ada muhadhoroh (kegiatan kebahasaan) nggak yaaaaa? Kayaknya enggak deh, kita kan capek.'” 

“Hahahahaha, iya Meg. Tadi itu juga ada yang cerita gini, ‘Hari ini kita ta’lim (pelajaran agama di asrama) nggak sih? Kayaknya nggak ada deh ya.’ Akhirnya mereka merasakannya Meg!!”

Ini bukan cara mengingatkan sih, tapi lebih peralihan daripada kita jahatin mereka yang nggak tau apa-apa, mending dibuat jadi topik pembicaraan di kalangan senior hehehehe. :p

Saya dan Ira mengucapkan: Salam senior! 

Buat seluruh senior, sudah selayaknya kita menjadi senior yang keren dan nggak norak. Karena roda akan berputar, sebentar jadi senior, eh besok jadi junior lagi. Buat seluruh junior juga jangan sungkan buat ingetin seniornya kalau salah. Salam senior! 



Jangan mikir aneh-aneh. Ini tuh so sweet banget. :") Sebagai anak baru gede yang baru dua bulan berumur tujuh belas tahun, say...

Wedding Organizer Tomorrow
Jangan mikir aneh-aneh. Ini tuh so sweet banget. :")

Sebagai anak baru gede yang baru dua bulan berumur tujuh belas tahun, saya sedang melewati fase mencari-cari target dan cita-cita untuk ke depan. Mulai dari waktu kecil pingin jadi pemain badminton, pelukis, sampai jadi dokter. Proses kehidupan yang sudah sewajarnya terjadi.

Begitu pula dengan blog ini, dia menjalani proses kehidupan dunia per-blog-an yang panjang dan hebat. iniapaya.blogspot.com pun lahir karena nggak terima kalau mantan pertama bermesraan dengan pacar barunya lewat blog. Selang beberapa tahun iniapaya.blogspot.com berubah menjadi sophiamega.blogspot.com hingga akhirnya berdomain dot com. 

Mulai isinya curhat nggak jelas (yang beberapa udah saya delete :p), sok-sokan pake bahasa inggris, sampai seperti yang bisa temen-temen lihat sekarang.