Rasanya, label ‘anak jurusan bahasa’ hanya lah omong kosong kalau belum lihat teater yang sesungguhnya. Makanya saya semangat banget ke...

Fenomena Teater Keong

Rasanya, label ‘anak jurusan bahasa’ hanya lah omong kosong kalau belum lihat teater yang sesungguhnya. Makanya saya semangat banget ketika dapet tugas media partner KabarMLG di Fenomena Teater Keong! Wohoo, akhirnya kesampean juga nonton teater! Saya kepo, gimana sih teater yang sesungguhnya, pasti keren!

Pukul 2 lebih sedikit hari Jum’at, 16 Januari 2015 udah touchdown di lokasi, dengan bermodalkan ID Card KabarMLG,

Saya    : “Mas, saya dari KabarMLG nih.”
Mas     : “Oh, dari pers.”
Saya    : (Pers… Wenak… Dasar norak)

Di lantai 3 Perpustakaan Kota Malang, ruangan udah di desain ‘teater banget’. Rata-rata penonton SMP dan SMA yang masih pake seragam sekolah. Lainnya mungkin beberapa mahasiswa dan temen-temen media partner. Kami, penonton yang udah siap nonton duduk lesehan dengan manis menunggu teater dimulai.

Sebelum ke teaternya, saya bertanya-tanya, sebenarnya siapa sih penyelenggaranya? Kalau di poster sih ‘Teater Keong Management’. Tapi, siapa mereka, yang main siapa, sih? Ternyata, mereka adalah SMAN 7 Malang. Teater Keong Managementnya sendiri, berdasarkan informasi temen, adalah garapan alumni SMAN 7 Malang. Woah, keren!

MC Teater
MCnya pun keren, bikin ngakak hahaha. Berhasil bikin
audience lupa kalau ruangannya dipenuhi oleh manusia. 
 Masuk ke teater yang pertama, judulnya “Gak Ilok”

Teater Gak Ilok

Kata ‘gak ilok’ biasanya digunakan ketika kita melakukan hal-hal yang tabu, yang nggak sopan. Arti dari ‘gak ilok’ (bahasa Jawa Timur-an) sendiri adalah ‘gak pantes’ atau ‘gak seharusnya’.

Di teater ini, menceritakan bahwa udah seharusnya yang muda menghormati yang tua. Cocok banget dengan fenomena yang ada sekarang. Meskipun orang Jawa sekalipun, ‘unggah ungguh’ mulai berkurang. Orang Jawa udah mulai kehilangan Jawanya.

Fakta ini nih yang bikin saya pengin banget belajar krama inggil, anyone? 

Teater Indonesia

Pesan sosial yang dikemas dengan cantik banget lewat teater “Gak Ilok” pantes banget dapet dua jempol, keren! Enggak ada narrator sama sekali tapi plot ceritanya rapi, semi drama-musikal, musiknya live, pake gamelan. Ini baru teater! 

Teater kedua, “Orang orang Pasar Tulusrejo”.

Orang Pasar Tulusrejo
Apa yang sebenarnya dilakukan orang-orang Pasar Tulusrejo? Dari alur cerita yang sederhana, yaitu peresmian kamar mandi baru di Pasar Tulusrejo teater ini juga pas banget dengan permasalahan sosial yang ada di Indonesia.

Dalam teater ini, kita diajarkan untuk nggak mata duitan. Pernah saya datang ke kelas Akademi Berbagi dengan topik “Plan Your Career”, Pak Anton Sapto sebagai pembicara menanyakan apakah komisi di luar perusahaan atau biasa disebut ‘uang terimakasih’ itu hal yang wajar atau enggak.

Jawabannya? Masih banyak yang bilang: wajar-wajar saja. Karena emang masih banyak yang kurang paham dengan ‘uang terimakasih’ tersebut seharusnya ke mana. Mungkin lebih jelasnya, coba deh baca bagian ‘Integrity’ di buku Young on Top, 35 Kunci Sukses di Usia Muda.

Teater ‘Orang-orang Pasar Tulusrejo’ ini ceritanya sederhana tapi bener-bener terasa jelas gimana sih dan apa yang terjadi ketika sebuah daerah disuap dengan ‘uang terimakasih'.

Penata Musik Teater

Yang paling bikin terkesan dari teater ini adalah… musiknya! Kalau yang pertama pake alat gamelan, penata musik di ‘Orang-orang Pasar Tulusrejo’ nggak cuma main musik, tapi main peran juga! Duh, keren! Dan entah kenapa saya auto-focus ke cowok yang depan sendiri.. lucu banget. Cieee.

Teater terakhir, ‘Bersiap Kecewa dan Bersedih Tanpa Kata-kata’.

Bersiap Kecewa dan Bersedih Tanpa Kata-kata

Bisa dibilang ini teater yang paling lama, meskipun tata musiknya lebih modern dan lebih asik, pesan moral yang tetep ada, tapi sayangnya menurut saya ‘terlalu lama’. Jadi di pertengahan sempet ngerasa, kapan berakhirnya. Apalagi jam udah mulai menunjuk angka 5 sore sedangkan nggak ada break dan belum sholat ashar, jadi kurang bisa fokus.

Cerita ‘Bersiap Kecewa dan Bersedih Tanpa Kata-kata” adalah cerita cinta-cintaan, intinya pertemuan sepasang kekasih yang dipertemukan di momen yang tidak terduga.

Yang saya suka dari teater ini…

Teater Cinta

Ada bagian di mana ada cabe-cabean yang dapet banget karakternya! Enggak genit sih, cenderung ‘serem’ dan kayak robot, tapi entah kenapa rasanya ‘dapet’ banget karakternya.

Penata Musik Live Teater


Penata musiknya! Makin beragam dari sebelumnya, mulai dari drum, gitar, bass, biola, dan yang lainnya. Meskipun sibuk dengan alat musik dan bagiannya masing-masing, ekspresi muka mereka tetap mengikuti alur cerita. Malah bisa juga dibilang mereka ambil peran di teater tersebut. Masih nggak berubah, masih keren!
*****

Overall, keren semua! Saya pernah main teater, judulnya Los Bagados De Los Pencos. Tapi sayangnya masih ada peran narrator di sana, jadi kurang ‘teater’. Fix, SMAN 7 Malang keren! Kalau ada event, kabarin KabarMLG lagi yah hihihi. Terus… mau dong diajarin main teater kakak-kakak yang ganteng dan cantik? :3

Belum pernah nonton teater? Cobain dong! Serius deh, nggak kalah seru kok dibandingkan Stand up Comedy. Nih ada coming soon teater di Malang, Teater Topeng-topeng. Entah saya bisa datang atau enggak, nggak ada kerja sama media partner sih, hiks. Biar free pass gitu, halah. *kode keras*


Pengin nonton? Bareng, yuk! 

Akhirnya! Bisa dateng juga ke GRAVITASI NOL, Pameran Seni dan Desain yang diselenggarakan oleh Desain Vokasi dan Seni Rupa Universitas B...

Gravitasi Nol

Akhirnya! Bisa dateng juga ke GRAVITASI NOL, Pameran Seni dan Desain yang diselenggarakan oleh Desain Vokasi dan Seni Rupa Universitas Brawijaya. Awalnya udah mau nggak dateng aja ke event ini karena nggak ada temen—ya maklum lah jomblo. Namun, rupanya alam semesta lebih mendukung keinginan saya. Sehari sebelum hari terakhir, Mbak Putri ngajakin ke sini! Woho!

Gravitasi Nol

Seperti pameran pada umumnya, Gravitasi Nol memamerkan banyak masterpiece di dalamnya. Mulai dari lukisan, wpap, pop up, dan berbagai karya yang saya enggak ngerti namanya. Tapi setidaknya, dari pameran ini saya jadi tau kayak gimana sih karyanya mahasiswa DKV (Desain Komunikasi Visual) dan Seni Rupa, terutama di Universitas Brawijaya sendiri.

Ooh, jadi gini ya? Keren!

Selain pengin tau karya mereka kayak gimana, nama eventnya tuh yang bikin penasaran! Ada apa dengan Gravitasi Nol? Emang bakal kayak gimana di sana? Kalau gravitasinya nol, berarti melayang dong?

Maksud Gravitasi Nol

Ternyata bener! Di pameran ini kita bakal ngerasa melayang karena pesawat terbang yang udah disusun melayang dengan cantik banget, konsepnya cakep!

Pameran Indonesia

Selain itu, ketika melayang otomatis benda-benda yang ada di sekitar bakal nggak ada aturannya kan? Ini juga konsep yang mereka coba terapkan, di pameran ini semua karya bersatu, lebih tepatnya menyemukan pembeda dari karya-karya tersebut. Sama ketika melayang, bebas!

Di antara banyaknya karya, mungkin Mbak Putri suka lukisan yang ini:

Lukisan Hujan

Mungkin karena hati Mbak Putri yang cenderung kalem dan peka, dia jadi suka hujan. Ketika saya baca tulisan Mbak Putri tentang penggambaran cuaca, dia ahlinya banget! Hahaha. Ketika ditawarin foto di lukisan ini, saya jawab dengan cool, “Maaf Mbak, aku nggak suka hujan.”

Nggak suka hujan…. atau karena nggak kalem dan nggak peka? Hiks.

Dari karya ke karya saya telusuri namanya, mana sih karya Mbak Vian, kakak kelas saya. Saya udah keburu kecewa duluan gara-gara Mbak Vian ngabarin kalau nggak submit karya, ternyata… malah ada tiga! Nggak submit apaan…

Dua karya di antaranya…
Karya Universitas Brawijaya

Dua karya favorit! Suka banget! Sukses terus ya Mbak Vian!
Indonesia People
Saya—Mbak Vian—Mbak Putri
Ada lagi karya yang saya suka,

Astronot

Judulnya seingat saya, “Banyak Jalan Menuju Bulan”. Asik banget! Setelah ngelihat selama sepuluh detik, tiba-tiba saya inget, “Mbak, ini logonya JEKO!” Akhirnya kami tertawa bersama, mengingat perjuangan membangun perusahaan JEKO—Ojek Online satu tahun yang lalu.

Indonesia Produktif

Dear, JEKO—Ojek Online. Real founder (re: Mbak Putri) masih nggak bisa move on tuh dari kamu, masih kamuuu aja yang dipikirin. Doain aja deh, kamu bisa ada suatu saat nanti, entah siapa yang nge-manage.

Diambil dari IG: @gravitasinol
Yap, sama-sama Gravitasi Nol! Saya tunggu lagi deh acara-acara keren dari Desain dan Seni Rupa Universitas Brawijaya! Menurut saya, yang kayak gini nih penting. Selain menjadi wadah anak muda Indonesia untuk terus termotivasi berkarya, sebagai salah satu cara juga mengenalkan ke warga Indonesia bahwa kayak gini lho anak muda Indonesia, masih terus produktif berkarya.

Kamu juga suka bikin karya kayak di atas? Tunjukkin, dong! Kalau kamu masih malu show off, gimana kita bisa tau kalau ada orang Indonesia yang punya karya luar biasa?

*Next Event: Teater Keong and Love Donation by Young on Top Malang.

Dua kali mampir ke Kafe Inspirasi, ternyata nagih lagi! Sebenarnya saya udah berniat untuk tidak datang, saya takut tiga bulan terakhir...

Kafeins
Dua kali mampir ke Kafe Inspirasi, ternyata nagih lagi! Sebenarnya saya udah berniat untuk tidak datang, saya takut tiga bulan terakhir di SMA dan asrama jadi berantakan karena saya terlalu bandel, sering kabur, dan kelakukan-kelakukan berdosa lainnya yang sebenernya nggak masalah kalau MISALNYA AJA saya bukan anak asrama. Hehe.

Duh, gimana ya…

Tapi emang dasarnya udah bandel, mumpung tinggal tiga bulan lagi, DI-POL-IN AJA! Akhirnya saya berangkat ke Kafe Inspirasi ke-3 dengan tema: “Dosen Kita” bareng guru Antropologi saya, Bu Ruri.

Konsepnya, Kafe Inspirasi mengundang dua dosen, dosen senior yang udah sepuh tapi enerjik, yaitu Ibu Roembilin dan dosen muda, Dimas Iqbal Ramadhan

Spesialis Roti Panggang

Kami dateng ke Kafe Inspirasi telat beberapa menit, ketika udah masuk ke Sumbersari, Sumber Inspirasi yang pertama. Ini semua akibat terlalu asyik makan di Toast Story hehehe.

Ibu Roembilin

Ibu Roembilin ternyata terkenal dengan killernya, selama beliau menjadi dosen yang baru di usia 84 tahun berhenti (saat ini usia 87 tahun), sekitar 10 orang saja yang beliau beri nilai A! Menurut beliau, kalau si A bisa, yang lain juga harus bisa!

Kalau tugas nggak boleh dari copy paste, kalau SD, SMP, belajar benar dan salah. Kalau udah benar, udah cukup. Kalau kuliah, beda. Lulusan kuliah harus tau dan paham apa yang dia pelajari.

Bu Ruri pun menasihati saya,

“Iya, Meg. Makalah kalian kemarin itu aja, saya tau, dari judulnya nanti ke arah mana, mana yang copy paste mana yang enggak. Kamu bisa jelasin panjang banget tentang pengertian satu kaya. Misalnya Multikulturalisme. Multikulturalisme kan, multi = banyak, kultural = budaya. Tadi saya jelaskan makna multikulturalisme itu kayak gimana, tapi kamu bisa jelasin lebih dalam lagi, Meg. Ya yang kayak gini Meg buat bekal kamu di kuliah nanti.”
Meskipun kami berdua malah membuka forum di dalam forum sendiri, setidaknya saya jadi punya bekal harus bagaimana nantinya. Saya makin nggak nyesel ada di sini, makin ngerasa nggak berdosa karena kabur asrama. HEHEHE.

Ibu Roembilin menutup pembicaraannya dengan kesimpulan yang sekali lagi mengingatkan kami, anak muda, untuk tetap menggunakan hati nurani untuk menjalani hidup,

“Saya itu prihatin banget (dengan anak muda sekarang). Aku ra iso kondo opo-opo. Don't think yourself, think others. Jangan berhitung terus. Pokoknya gunakan hati nurani!”


Sumbersari yang kedua, Dimas Iqbal Ramadhan!

Ketika tau bahwa beliau mahasiswa angkatan 2007 yang lulus pada tahun 2011 kemudian menikah sebelum lulus, saya langsung membatin, “GILAK, KEREN BANGET!” Saya cuma berani membatin aja, karena.. ada istrinya yang cantik banget di sebelah kiri saya.

Selain jadi dosen, beliau saat ini punya “Ngelmu Pring”. Sekolah alam yang ada di Kota Batu, sekolah ini berawal dari keresahan Pak Dimas terhadap anak kecil di Batu yang hanya bisa ngomong seadanya atau malah minta foto bareng ketika ketemu bule.

Keresahan yang menghasilkan solusi adalah salah satu jalan berkontribusi bagi Negara! Dengan begini, saya jadi makin yakin untuk tetap ada di Malang! Wohoo!

Kafe Inspirasi Dosen Kita

Ini nih, bagian so sweetnya! Ibu Roembilin yang juga merupakan dosen Pak Dimas maju ke depan lagi dan bilang, “Nah ini salah satu buktinya bahwa mahasiswa yang nilainya C aja bisa punya sekolah.”

Nilai dan almamater memang suatu hal yang relatif, bukan segalanya. Tujuan dan pencapaian yang lebih penting, bahkan ada quotes: ‘YOU CAN’ is more important than your IQ, kemauan lebih penting dari pada kemampuan!

“Nggak semua mahasiswa bisa meraih gelar ‘maha’nya. Ketika udah lulus, kita punya hutang ilmu kalau hanya disimpen sendiri. Mendidik itu nggak harus jadi guru, kok,” Dimas Iqbal Ramadhan.

Ketika sesi tanya jawab, saya sempat bertanya tentang ‘bekal apa’ yang akhirnya membuat mertua Pak Dimas ini mengizinkan nikah muda. TAPI EMANG DASAR MAS WAWAN! Pak Dimas belum selesai jawab, acaranya udah diakhiri. Hih!

Untungnya masih ada kesempatan buat ngobrol sebentar bareng Pak Dimas, beliau bilang, 

“Ya waktu itu menurut saya antara single dan menikah nggak ada hubungan lainnya, jadi pacaran itu sebenernya nggak ada. Dulu itu saya punya bekal bisnis kaos, ya itu sih yang jadi ‘bondo’ saya. Kalau dosen sebenernya gajinya nggak seberapa, tapi jangan dilihat dari situ lah.”

Akhirnya, terjawabkan! Bahkan ditambah lagi jawaban Mas Kholiq gimana caranya orang tua yakin kepada kita yang mau nikah muda. Menurut Mas Kholiq, gimana cara meyakinkannya? Ya, kita harus yakin dulu! Baru meyakinkan orang lain.

Emang, sebenernya jawabnnya simpel, tapi terkadang manusia bingung terhadap apa yang nggak seharusnya dibingungkan, kan? Terlalu larut dengan rasa takut dan ragu.

********

Bisa dibilang, Kafe Inspirasi kali ini bener-bener KOMPOR GAS! Selain inspirasinya yang bisa jadi bekal, hostnya kali ini gila banget! Bikin ngakak dan perut jadi sakit! Terimakasih banyak ya Kafe Inspirasi! Saya jadi punya bayangan, mungkin, tiga bulan lagi, Kafe Inspirasi udah nggak ada di Toast Story, tapi ada di kafenya sendiri! Aamiin!


Jadi, kamu masih ragu atau males dateng ke sini padahal udah jelas-jelas bakal dapet ilmu dan inspirasi luar biasa dan GRATIS? Ah yowes, sak karepmu! :p

Setiap buku yang memiliki tujuan empowering people selalu menarik untuk dibaca, selain menambah pengetahuan, juga menambah keren citra ...

The Power of Habit

Setiap buku yang memiliki tujuan empowering people selalu menarik untuk dibaca, selain menambah pengetahuan, juga menambah keren citra pembacanya. Ngelihat cowok baca buku yang judulnya keren kayak, “Kreatif Sampai Mati” atau “Young on Top”, serius deh gantengnya nambah 50%! Nah, apalagi kalau kamu pake kacamata full frame item terus punya kumis tipis, kamu udah komplit ganteng 100%.

Maksa abis hahaha.

Nggak, nggak, ini serius. Karena, kamu adalah apa yang kamu baca. Bahkan saya kenal dengan seseorang yang suka banget baca buku, suatu hari dia ngetweet, “Maaf kalau saya menilai Anda berdasarkan apa yang Anda baca.” Keras! Tapi bener, kan?

Orang yang terlalu banyak membaca buku yang isinya galau, kemungkinan besar dia adalah seseorang yang melankolis. Sedangkan orang yang terlalu banyak membaca buku biologi bab fauna, kemungkinan besar muka dia mirip fauna. Enggak lah, pasti dia sosok penyayang dan pemerhati binatang.

Makanya, kalau ada cowok baca buku “Kreatif Sampai Mati”, pasti deh dia pengin kreatif! Dan saya percaya, if there is a will, there is way.  Jadi, kalau kamu, menemukan cowok lagi baca buku “Siap Menjadi Suami Idaman” datangi dia dan bilang, “Bang, udah ayok nikahin saya sekarang.”

Konsep ‘kamu adalah apa yang kamu baca’ benar-benar ngena di hati, saya mulai memilah dan memilih mana sih buku yang seharusnya saya baca dan mana sih buku yang lebih baik diabaikan. Ketika saya ada di toko buku, otomatis saya meninggalkan rak buku romance yang kadar kegalauannya terlalu adiktif, dan beralih mendatangi rak buku-buku dengan konten yang cakep, kreatif, apik, dan kekinian. Halah

Konsep itu juga yang akhirnya membawa saya untuk suka membaca buku empowering people, dan salah satunya adalah buku ‘The Power of Habit: Dahsyatnya Kebiasaan, Mengapa Kita Melakukan Apa yang Kita Lakukan dalam Hidup dan Bisnis’.  

Pentingnya Sticky Notes
Saking dahsyatnya, saya selalu bawa sticky notes setiap baca buku ini.

Jujur aja, sebenernya saya hanya tergoda dengan cover bukunya yang simpel tapi keren dan kata ‘bisnis’nya. Sebelumnya saya nggak tahu menahu, dan nggak tertarik sama sekali dengan apa yang ada dibalik sebuah ‘kebiasaan’. Tapi dengan Rp63.750 setelah mendapat diskon 15% dari Toko Buku Togamas (di Gramedia ada kok), akhirnya saya beli.

TAPI TERNYATA ISINYA DAHSYAT BANGET!


Dahsyat gimana? Oke, saya kasih tau, tapi yang jelas, nggak bisa diceritain semuanya, nanti malah jadi skripsi lagi. Akhirnya saya udah nggak perlu kuliah tahun depan. Halah.

Di buku ini, kita akan diajak mengenal yang namanya SMALL WINS. Apa itu? Jadi gini, ada beberapa kebiasaan yang muncul karena kita nggak sadar ada suatu rutinitas yang menyebabkan kebiasaan itu ada. Nah itu, disebut SMALL WINS.

Simpelnya gini, tau nggak sih kalau makan malam bersama-sama ternyata membawa pengaruh anak-anak punya kemampuan mengerjakan PRnya lebih baik, nilai lebih tinggi, mampu mengendalikan emosi lebih bagus, dan lebih percaya diri?

Tau nggak sih, kalau membereskan tempat tidur di setiap pagi berkorelasi dengan produktivitas lebih baik? Atau tau nggak sih, ikut kursus musik sejak kecil bisa membuat anak ketika kelas 6 SD mengerjakan tugas tepat waktu seperti yang pernah saya jelaskan di postingan: Piano Street Concert, Musik adalah Kebutuhan?

Nah itu dia yang disebut SMALL WINS. Sebenarnya kalau dipikir-pikir nggak ada hubungannya ngerapiin tempat tidur terus bisa produktif begitu aja. Tapi, itu lah salah satu spesialnya sebuah kebiasaan.

Ada lagi SMALL WINS yang bikin saya kagum dan terinspirasi. Kenal Howard Schultz? Dia adalah CEO Starbucks, minuman yang bikin kamu rela ngeluarin 40.000 hanya untuk satu Espresso cup ukuran 'Tall' alias cup kecil Starbucks.

Schultz bukan seseorang yang terlahir beruntung, keluarganya bukan dari kalangan orang yang berada, dan bahkan keluarganya punya kehidupan yang memiliki masalah kompleks banget. Tapi yang bikin Schultz sukses salah satunya adalah Ibunya biasa bertanya tiga pertanyaan kecil ini, "Kamu akan belajar seperti apa malam ini? Besok kamu akan melakukan apa? Bagaimana kamu tahu kamu sudah siap untuk ujian?"

Ternyata, tiga pertanyaan tersebut yang melatih Schultz menentukan target. Sangar! 


Masih banyak lagi yang keren!

Kalau dari kebiasaan yang berhubungan dengan bisnis, saya paling suka bagaimana Pepsodent membuat pelanggannya jadi rajin sikat gigi. Penyebabnya sebenernya simpel dan kampret banget, tapi ke-kampret-an itu yang bikin mereka ada sampai sekarang!

Atau bagaimana membuat sebuah lagu yang awalnya nggak hits, jadi favorit semua orang di radio. Membuat sebuah lagu yang awalnya nggak laku, jadi LAKU KERAS! KEREN BANGET POKOKNYA! 


Dari buku yang memiliki 370 halaman ini, di bagian menuju akhir saya langsung bertanya-tanya, “Lah terus, cara saya mengubah kebiasaan gimana dong? Kalau jalan ceritanya sekompleks ini?” Pertanyaan itu langsung terjawab di bab paling akhir, di sub bab: Panduan bagi Pembaca untuk Menggunakan Gagasan-gagasan ini.

Jadi gini gaes, sebenarnya cara berjalannya kebiasaan itu sama, ada polanya, nih gambarnya: 

Semuanya bermula dari CUE/TANDA hingga terbentuknya ROUTINE/KEBIASAAN yang menghasilkan REWARD/GANJARAN. Ada seseorang, ketika dia mulai stress, akhirnya dia merokok dan menghasilkan sebuah rasa bahagia atau lega. Berarti, TANDA: STRESS, KEBIASAAN: MEROKOK, dan GANJARAN: BAHAGIA.

Kuncinya ada di pola ini, tiga step bagaimana kebiasaan itu muncul. Kita harus kenal tiga hal tersebut. Selanjutnya untuk lebih paham gimana prosesnya, baca deh bukunya. Karena terlalu kompleks kalau dijelaskan di sini, yang ada malah makin bingung. 

Menurut saya buku ini udah menjadi rangkuman dari penelitian-penelitian yang dilakukan. Kalau diresume lagi? Mungkin yang lain bisa, tapi saya nggak sanggup hehehe, jadi saya lebih menyarankan kalian untuk membaca sih, BIAR KERASA DAHSYATNYA! 

Tapi tenang aja, buku ini nggak omong kosong kok. Saya sendiri membuktikkannya dengan pola tersebut. Sayang, saya nggak bisa curcol kebiasaan mana yang saya ubah. Yang jelas, ketika saya merasa 'TANDA' itu ada, saya udah bisa menyelipkan kebiasaan baru sehingga kebiasaan tersebut mulai menjadi 'sebuah kebiasaan baru'. 

Karena, kata The Power of Habit, kebiasaan itu nggak bisa dihilangkan, tapi diselipkan hingga muncul sebuah kebiasaan baru. NAH MAKIN BINGUNG HAYO LOOOO! Udah, sekarang berangkat ke toko buku, beli bukunya! 

*****



Kalian tau tumpukan buku di atas ini apa? Dengan menyesal dan sedih saya akan mengakuinya, INI TUMPUKAN BUKU YANG BELUM SAYA BACA! Nggak dapat dipungkiri, tugas sekolah emang nggak pernah mau diajak ngalah, dan beberapa kerjaan lain yang menggagalkan komitmen untuk rajin baca.

Dan mungkin ini kebiasaan yang Ayah ajarkan ke saya secara tidak langsung, sejak kecil Ayah emang loyal banget kalau masalah buku. Saya lebih sering beli buku daripada baju, buku baru lebih spesial daripada baju baru.

Sampai sekarang, ketika saya di toko buku, saya pengin beli semua buku. Saya selalu sedih ketika saya cuma beli satu buku tapi Ayah beli tiga buku, akhirnya sekarang tiap diajak ke toko buku, saya beli dua buku, HAHAHAHA! Kalau Ayah saya beli lebih banyak daripada biasanya, saya menambah satu majalah. Akhirnya, saya sering numpuk buku baru.

Kalau di toko baju? Saya nggak bisa beli baju.

Sekarang kebanyakan baju yang saya pakai itu dibelikan Ibu, saya sering males kalau langsung beli di tokonya. Ibu udah hafal banget kalau saya menjengkelkan kalau diajak beli baju. Akhirnya Ibu selalu bawain baju yang dijual temen-temennya dan ngabarin saya dengan, "Mega, itu ada baju, kamu lihat dulu, kalau cocok, ambil aja, kalau enggak Ibu kembalikan ke temen Ibu"

Suatu waktu, saya lagi menang lomba, saya mencoba menggunakannya untuk beli baju sendiri. Saya nggak boleh gini terus, masa iya Ibu terus yang beliin baju. Tapi ternyata gagal lagi. Saya malah nonton Godzilla sendirian dan beli buku Onward yang seinget saya harganya 108.000. Kampret.  

Hmm.. tapi Mega akan tetap berjuang bisa beli baju sendiri. Doakan ya, hiks. Ini menyedihkan banget untuk ukuran seorang cewek. Iya, menyedihkan banget. 




Ini nih dua buku yang mau saya selesaikan se-ce-pat-nya. Nanti kalau udah, insha Allah saya share deh buat kamu-kamu semua di sini!

Rencananya blog ini saya fokus kan aja ke event dan review buku sebagai selingan, karena percaya lah, tahun ini bakal sibuk-sibuknya. 

Saya ada beberapa kerjaan baru yang butuh perhatian dan kasih sayang menyeluruh. Kalau kamu punya event, kabarin saya boleh, semoga saya bisa datang. Atau kalau mau kasih free pass, duh makasih banyak lho! Saya ada link kok buat kamu promo acara gratis! ;)

Okay, sampai jumpa di postingan selanjutnya!