Rasanya, label ‘anak jurusan bahasa’ hanya lah omong kosong kalau belum
lihat teater yang sesungguhnya. Makanya saya semangat banget ketika dapet tugas
media partner KabarMLG di Fenomena Teater Keong! Wohoo, akhirnya kesampean juga
nonton teater! Saya kepo, gimana sih teater yang sesungguhnya, pasti keren!
Pukul 2 lebih sedikit hari Jum’at, 16 Januari 2015 udah touchdown di
lokasi, dengan bermodalkan ID Card KabarMLG,
Saya : “Mas, saya dari KabarMLG
nih.”
Mas : “Oh, dari pers.”
Saya : (Pers… Wenak… Dasar norak)
Di lantai 3 Perpustakaan Kota Malang, ruangan udah di desain ‘teater
banget’. Rata-rata penonton SMP dan SMA yang masih pake seragam sekolah. Lainnya
mungkin beberapa mahasiswa dan temen-temen media partner. Kami, penonton yang udah
siap nonton duduk lesehan dengan manis menunggu teater dimulai.
Sebelum ke teaternya, saya bertanya-tanya, sebenarnya siapa sih
penyelenggaranya? Kalau di poster sih ‘Teater Keong Management’. Tapi, siapa
mereka, yang main siapa, sih? Ternyata, mereka adalah SMAN 7 Malang. Teater
Keong Managementnya sendiri, berdasarkan informasi temen, adalah garapan alumni
SMAN 7 Malang. Woah, keren!
MCnya pun keren, bikin ngakak hahaha. Berhasil bikin audience lupa kalau ruangannya dipenuhi oleh manusia. |
Masuk ke teater yang pertama,
judulnya “Gak Ilok”
Kata ‘gak ilok’ biasanya digunakan ketika kita melakukan hal-hal yang
tabu, yang nggak sopan. Arti dari ‘gak ilok’ (bahasa Jawa Timur-an) sendiri
adalah ‘gak pantes’ atau ‘gak seharusnya’.
Di teater ini, menceritakan bahwa udah seharusnya yang muda menghormati
yang tua. Cocok banget dengan fenomena yang ada sekarang. Meskipun orang Jawa
sekalipun, ‘unggah ungguh’ mulai berkurang. Orang Jawa udah mulai kehilangan Jawanya.
Fakta ini nih yang bikin saya pengin banget belajar krama inggil, anyone?
Pesan sosial yang dikemas dengan cantik banget lewat teater “Gak Ilok”
pantes banget dapet dua jempol, keren! Enggak ada narrator sama sekali tapi
plot ceritanya rapi, semi drama-musikal, musiknya live, pake gamelan. Ini baru
teater!
Apa yang sebenarnya
dilakukan orang-orang Pasar Tulusrejo? Dari alur cerita yang sederhana, yaitu
peresmian kamar mandi baru di Pasar Tulusrejo teater ini juga pas banget dengan
permasalahan sosial yang ada di Indonesia.
Dalam teater ini,
kita diajarkan untuk nggak mata duitan. Pernah saya datang ke kelas Akademi
Berbagi dengan topik “Plan Your Career”, Pak Anton Sapto sebagai pembicara
menanyakan apakah komisi di luar perusahaan atau biasa disebut ‘uang
terimakasih’ itu hal yang wajar atau enggak.
Jawabannya? Masih
banyak yang bilang: wajar-wajar saja. Karena emang masih banyak yang kurang
paham dengan ‘uang terimakasih’ tersebut seharusnya ke mana. Mungkin lebih
jelasnya, coba deh baca bagian ‘Integrity’ di buku Young on Top, 35 Kunci
Sukses di Usia Muda.
Teater ‘Orang-orang
Pasar Tulusrejo’ ini ceritanya sederhana tapi bener-bener terasa jelas gimana
sih dan apa yang terjadi ketika sebuah daerah disuap dengan ‘uang terimakasih'.
Yang paling bikin terkesan dari teater ini adalah… musiknya! Kalau yang pertama pake alat gamelan, penata
musik di ‘Orang-orang Pasar Tulusrejo’ nggak cuma main musik, tapi main peran
juga! Duh, keren! Dan entah kenapa saya auto-focus ke cowok yang
depan sendiri.. lucu banget. Cieee.
Teater terakhir, ‘Bersiap Kecewa dan Bersedih Tanpa Kata-kata’.
Bisa dibilang ini
teater yang paling lama, meskipun tata musiknya lebih modern dan lebih asik,
pesan moral yang tetep ada, tapi sayangnya menurut saya ‘terlalu lama’. Jadi di
pertengahan sempet ngerasa, kapan berakhirnya. Apalagi jam udah mulai menunjuk
angka 5 sore sedangkan nggak ada break dan belum sholat ashar, jadi kurang bisa
fokus.
Cerita ‘Bersiap
Kecewa dan Bersedih Tanpa Kata-kata” adalah cerita cinta-cintaan, intinya
pertemuan sepasang kekasih yang dipertemukan di momen yang tidak terduga.
Yang saya suka dari
teater ini…
Ada bagian di mana
ada cabe-cabean yang dapet banget karakternya! Enggak genit sih, cenderung ‘serem’
dan kayak robot, tapi entah kenapa rasanya ‘dapet’ banget karakternya.
Penata musiknya!
Makin beragam dari sebelumnya, mulai dari drum, gitar, bass, biola, dan yang lainnya. Meskipun
sibuk dengan alat musik dan bagiannya masing-masing, ekspresi muka mereka tetap
mengikuti alur cerita. Malah bisa juga dibilang mereka ambil peran di teater
tersebut. Masih nggak berubah, masih keren!
*****
Overall, keren semua! Saya
pernah main teater, judulnya Los Bagados De Los Pencos. Tapi sayangnya masih
ada peran narrator di sana, jadi kurang ‘teater’. Fix, SMAN 7 Malang keren!
Kalau ada event, kabarin KabarMLG lagi yah hihihi. Terus… mau dong diajarin
main teater kakak-kakak yang ganteng dan cantik? :3
Belum pernah nonton
teater? Cobain dong! Serius deh, nggak kalah seru kok dibandingkan Stand up Comedy.
Nih ada coming soon teater di Malang, Teater Topeng-topeng. Entah saya bisa
datang atau enggak, nggak ada kerja sama media partner sih, hiks. Biar free pass gitu, halah. *kode
keras*
Pengin nonton?
Bareng, yuk!
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances