photo by  evanhoehelpdesk.com Kembali lagi dengan topik yang cukup serius, bahkan di tulisan ini bawa nama Allah. Ya saya harap bisa be...

photo by evanhoehelpdesk.com
Kembali lagi dengan topik yang cukup serius, bahkan di tulisan ini bawa nama Allah. Ya saya harap bisa bermanfaat, ya! Tambahin, kritik, ngoreksi jadi hal yang sangat halal di setiap tulisan saya, kok!

Oke, di ‘Oh Gini Rasanya Kerja Part 1’ saya udah pernah cerita kalau jadi freelance writer yang datengnya tulisan nggak selalu setiap waktu. Nah, saya juga punya kerjaan tetap, sebagai contentwriter tetap di ngalam.co.


Media tempat saya bekerja sebagai contentwriter, ngalam.co

Ngalam.co adalah sebuah media nostalgi kota Malang, di mana pemiliknya adalah sesosok yang asli Malang dan merantau ke Jakarta dan sukses di sana. Intinya sih website ini memang pembacanya generasi lawas yang pengin kangen-kangenan sama Malang. Awalnya agak susah, karena kontennya nggak gampang, bahkan deadlinenya sering bikin saya mengeluh dan mau menyerah aja.

Alhamdulillahnya saya punya teman diskusi, Arif, teman membuang lelah dan bahagia, dia selalu bilang, “Kamu maunya gimana? Tapi dari kerjaan itu kamu jadi bisa beli apa-apa sendiri, kan? Nggak bergantung sama Ayahmu terus.”

Pandangannya sederhana sih: bisa beli apa-apa sendiri. Saya mencoba mencerna dalam-dalam apa yang diucapkan Arif dan menyadari bahwa saya mendapatkan banyak hal dari kerjaan ini, nggak hanya itu. Diajarin hal-hal seputar: menulis, SEO, mengembangkan media, manajemen media dan saya mendapatkan bonus yang dibilang Arif, bonus-bonus tersebut adalah: saya jadi kenal lebih dalam soal Malang yang sebelumnya saya hanya tau ‘remah-remahnya’ daerah ini, terus dapet gaji yang bisa dipake diri sendiri dan modal bisnis saya (yang kalau nggak ada kerjaan ini…. Mungkin bisnis tersebut harus berhenti karena nggak kuat modalinnya).

Tapi semenjak saya punya gaji saya mendadak jadi orang yang pelit tanpa saya sadari, mungkin saldo emang jadi banyak, tapi perasaan nggak tenang tiap mikirin uang (padahal uangnya tetep ada, bahkan hampir nggak pernah dipake, biasanya dibuat beli buku dan jajan tipis-tipis).

Namun kemarin, 19 Februari 2016… saya akhirnya tau mengapa hati nggak tenang tiap mikirin uang. Saya disadarkan lewat sepasang sepatu dan Arif. 

Arif dan saya, sekitar 2 atau 3 bulan yang lalu.
Bermula dari saya dan Arif abis lihat pameran UKM kampus, dilanjutkan ngopi unyu di sebuah kedai kopi bernama Maxx Coffee yang ada di Lippo Plaza Batu (Kota Batu). “Ke Sport Station dulu, yuk,” ujar Arif, yaaaa dia emang suka lihat-lihat sepatu. Saya lihat sepatu dengan wajah yang flat, benar-benar ‘melihat-lihat saja tanpa ada perasaan ingin membeli’.

“Diskon 40% lho, beli sepatu baru sana lho, kan uangnya banyak,” goda Arif.

“Uangnya ya ada, tapi kan pake-nya mikir-mikir juga. Huffttt. Tapi aku sejak Januari kemarin mau beli sepatu sih, soalnya sepatu ini nggak bisa dipake sering-sering (warnanya putih, karena nurutin Ibu yang mau anaknya pake sepatu yang lebih cewek, tapi jadinya malah salah warna dan nggak nyaman dipake). Tapi butuh banget ya, Rif aku beli sepatu?” Ya pokoknya banyak pertimbangan yang kesimpulannya: saya bukannya bisa membagi uang dengan baik tapi malah pelit abis.

“Iya, kamu itu lho, ada uang kok sepatunya gitu.”

“Jadi kamu selama ini nggak suka sama sepatuku yang ini, Rif? Teganyaaaa!” *sambil marah bercanda*

“Iya, nggak kayak anak muda.” (ANJERRRRR, jengkelin, tapi saya ketawa dan mulai merasa dia benar)

“Hahahaha, tapi nggak papa kali nggak beli sepatu lagi, kan sederhana….”

“Halah… sederhana…. Aku dulu gitu Meg, kalau ada uang nggak tak pake buat belanja kayak sekarang, langsung beli ini itu, karena kalau nggak gitu ya uangnya habis buat makan, tiba-tiba abis. Akhirnya nggak dapet apa-apa.”

Menimbang-nimbang, mulai merasa diri sendiri pelit, mulai merasa nggak bisa ngatur keuangan dan atas nama kebutuhan… akhirnya saya bilang, “Iya deh beli, ah kan Arif bikin jadi belanja! Tapi ya emang butuh sih…”

Tapi sialnya... sepatu yang saya pengin nggak ada ukurannya, daripada kekecilan dan nggak nyaman dipake serta jadi gampang rusak, saya nggak jadi beli di sana. Tapi Arif bilang, “Ayok wes, ke Sport Station lainnya, daripada kamu berubah pikiran lagi nanti.”

Kami lanjut ke beberapa tempat yang jaraknya cukup jauh, ibarat dari ujung ke ujung. Di Sport Station di kawasan Dinoyo dan Malang Town Square juga nggak nemu warna dan ukuran yang cocok.

“Santai, pelan-pelan. Jangan terburu-buru, lihat-lihat dulu. Ini mau kemana lagi? Tak temenin, gak papa. Setia kok aku hahahahaha,” kata Arif.

Meskipun nyepiknya Arif agak menggelikan akhirnya saya lanjut ke tempat selanjutnya yang juga agak jauh. Selain diajarin cara menggunakan uang yang bijaksana, saya juga diajarin beli sepatu sendiri, saya emang paling payah urusan belanja baju dan sepatu (padahal cewek ya?).

Di Malang City Point dapet yang cocok tapi ukurannya kebesaran 1 ukuran beruntungnya tetep nyaman, tapi Arif bilang, “Coba lihat di sebelah, tapi jalannya pelan-pelan, ya.” Dia mulai lelah hihi….

Dan ternyata di mall sebelah malah nggak ada satu pun, sebelum balik lagi ke Malang City Point Arif bilang, “Nanti coba pake dua-duanya dulu, cocok atau nggak.” Yaaaaah panjang ceritanya sampai akhirnya fix beli.



Poin cerita di sini bukan saya punya sepatu baru, bukan…. Tapi saya diajarkan mengelola uang, di perjalanan pulang saya pun akhirnya sadar sesuatu dan bilang ke Arif, “Iya ya… Rasulullah aja bilang kalau setiap uang yang kita punya harus dibagi, buat dirinya sendiri, sedekah sama ditabung.” Terlalu boros emang gak baik, terlalu hemat juga nggak baik.

Meskipun saldo berkurang tapi perasaan saya lega, nggak tau.. lega aja. Emang segala petunjuk dari Al-Qur’an dan Hadits emang nggak pernah salah. *mantaaaaapsssss*

Saya pun langsung browsing dan ternyata emang bener soal mengelola uang. Nih ceritanya:

Dengan langkah gontai, laki-laki itu datang menghadap Rasulullah. Ia sedang didera problem finansial; tak bisa memberikan nafkah kepada keluarganya. Bahkan hari itu ia tidak memiliki uang sepeserpun.
Dengan penuh kasih, Rasulullah mendengarkan keluhan orang itu. Lantas beliau bertanya apakah ia punya sesuatu untuk dijual. “Saya punya kain untuk selimut dan cangkir untuk minum ya Rasulullah,” jawab laki-laki itu.
Rasulullah pun kemudian melelang dua barang itu. “Saya mau membelinya satu dirham ya Rasulullah,” kata salah seorang sahabat.
“Adakah yang mau membelinya dua atau tiga dirham?” Inilah lelang pertama dalam Islam. Dan lelang itu dimenangkan oleh seorang sahabat lainnya.
“Saya mau membelinya dua dirham”
Rasulullah memberikan hasil lelang itu kepada laki-laki tersebut. “Yang satu dirham engkau belikan makanan untuk keluargamu, yang satu dirham kau belikan kapak. Lalu kembalilah ke sini.”
Setelah membelikan makanan untuk keluarganya, laki-laki itu datang kembali kepada Rasulullah dengan sebilah kapak di tangannya. “Nah, sekarang carilah kayu bakar dengan kapak itu…” demikian kira-kira nasehat Rasulullah. Hingga beberapa hari kemudian, laki-laki itu kembali menghadap Rasulullah dan melaporkan bahwa ia telah mendapatkan 10 dirham dari usahanya. Ia tak lagi kekurangan uang untuk menafkahi keluarganya.
Salman Al Farisi punya rumus 1-1-1. Bermodalkan uang 1 dirham, ia membuat anyaman dan dijualnya 3 dirham. 1 dirham ia gunakan untuk keperluan keluarganya, 1 dirham ia sedekahkan, dan 1 dirham ia gunakan kembali sebagai modal. Sepertinya sederhana, namun dengan cara itu sahabat ini bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan bisa sedekah setiap hari. Penting dicatat, sedekah setiap hari.

Belajar bijaksana membagi gaji hari ini membuat saya makin jadi semangat kerja, karena bakal dapet sekaligus: buat diri sendiri (dan keluarga), modal bisnis (yang nanti juga dapet lebih lagi) dan sedekah (apalagi ini, dapet lebih lebih lebih). Beberapa minggu saya menunda bersedekah, ah nanti aja ah, tapi sampai akhirnya saya kebetulan ada uang lebih dan iseng sedekah… nggak lama setelah itu saya dapet whatsapp dari editor freelance writer dan dapet orderan lagi setelah sekian lama menunggu. Sedekah emang hal yang luarrrr biasa.

Sejak dapet gaji saya pernah berpikir, “Gilak, di Malang tiap parkir motor 2.000. Abis berapa yak, sehari.” Saya pun pernah menyampaikan hal tersebut ke Arif ketika harus mampir sana dan sini buat cari sepatu, tapi Arif bilang, “Anggep aja sedekah.” Rasanya ploooong gitu, tiap bayar parkir jadi bahagia hahaha. Tapi Arif nggak sepasrah itu sih, waktu itu saya disuruh bayar parkir 1.000 karena biasanya di sana 1.000, eh Pak Parkir ini minta 2.000. Arif bilang, “Kok 2.000, Pak? Biasanya 1.000?”

Yah begitu lah, saya dapet banyak hal dari Arif. GAK USAH GE ER RIF KALAU BACA, BIASA AJAAAAAA! But anyway, thanks a lot! Yooook, terus belajarrrrr! 

Tiap dapet gaji nggak lagi mikir yang berat harus menyimpan uang dengan baik, karena semuanya udah ada porsinya masing-masing dan seimbang. Meskipun nabungnya jadi nggak bisa banyak tapi pikiran jadi lebih tenang.

Sebenernya pelajaran hidup satu ini saya dapatkan di mata pelajaran Agama Fiqih, tapi ilmunya sekadar lewat…. karena waktu itu belum pernah punya uang sendiri dengan jumlah yang besar setiap bulannya, nggak pernah dikasih uang bulanan juga, selalu mingguan. Ya memang benar, pembelajaran paling ‘ngena’ itu ya dari pengalaman hidup itu sendiri.

Kalau misalnya ada sesuatu hal yang bikin ngerasa ‘aku kok nggak pernah bahagia” mungkin kata ustadz-ustadz itu benar: “Kamu hanya kurang menghadirkan Allah menjadi bagian dalam hidupmu.” Mantaaaaaap, tapi itu sih yang saya rasakan perlahan-lahan ketika saya mulai dewasa. Semoga tulisan ini bermanfaat yah! 

Instagram itu media sosial yang pas banget untuk personal branding, ya nggak sih? Kita bisa menentukan mau dikenal sebagai apa oleh orang...

Instagram itu media sosial yang pas banget untuk personal branding, ya nggak sih? Kita bisa menentukan mau dikenal sebagai apa oleh orang dengan feed foto dan bio di Instagram. Misalnya dia adalah backpacker yang suka hiking, feed-nya udah pasti full foto panorama dan bionya ala-ala backpacker gitu. Atau dia food enthusiast, feed-nya makanan semuaaaa, bionya juga ala-ala foodies.

Cuma… bikin feed rapi dengan satu topik yang sama itu susah buat saya. Menghasilkan foto cakep nggak semudah itu juga. Dulu udah nyoba untuk bikin feed yang rapi, tapi malah nggak nyaman, malah jadi krisis identitas. Akhirnya… saya memutuskan untuk cuek dengan feed dengan satu tone warna, satu topik, karena pada dasarnya akun @sophiamega adalah akun personal dan kembali lagi.. saya hanya seorang blogger yang punya banyak ketertarikan. Kayak di blog ini, ada empat topik utama: story, event, book dan coffee.

Awalnya mau nulis event aja… tapi malah blognya nggak konsisten, sepi. Saya pun nggak selalu suka main ke event, karena sebenernya saya nggak sepenuhnya extrovert yang suka keramaian, bahkan sering jalan-jalan sendiri dan larinya selalu ke buku dan kopi. Yah, begitu lah, akhirnya saya menerapkan hal yang sama dari blog ke instagram juga, feed-nya juga seputar empat topik tersebut. Yang akhirnya ada banyak hal yang harus saya pelajari, menulis dengan baik dan menarik, motret ala-ala jurnalistik dan motret kopi yang bagus. 


Jadi… ketika lihat poster di atas… saya langsung regestrasi!

*********
Untungnya saya kebagian kursi! Banyak hal yang saya dapatkan dan ada beberapa hal yang akan di-share di sini dari materi Mas Akbar dan hasil diskusinya juga.

Ada empat hal yang sebaiknya diketahui dari Instagram: Pertama, Creative Inspiration, sebenernya sih Instagram emang bisa aja hanya menjadi sarana share cerita-cerita, foto selfie, tapi sebenernya Instagram ini juga menjadi wadah yang tepat banget untuk kreatif. Mulai dari yang suka motret, bikin video (vidgram) dan masih banyak lagi yang akhirnya kalau kita bisa menggunakan Instagram dengan maksimal, Instagram nggak hanya sekadar ‘media sosial’, bahkan bisa jadi portofolio dan tempat berkarya.

Kedua, Use Hashtag. Saya setuju banget sama Mas Akbar, hashtag atau tagar ini penting banget! Misalnya nih dari 500 followers nggak semua bakal ngelike, bisa aja sebagian followers-nya adalah online shop, atau mereka nggak lagi online. Jadi hashtag memungkinkan untuk foto diketahui banyak orang dan kebetulan saya dapet tiga temen yang ketemu di Instagram lewat hashtag. Saya iseng aja explore hashtag, nge-love foto mereka dan akhirnya saling follow dan ngobrol banyak.

Ketiga, Instagram Etiquette. Meskipun itu akun milik kita pribadi, etika juga dibutuhkan, mungkin ini juga lebih ke hak cipta atau copyright, ya nggak jarang ada fotonya yang di-upload di akun lain tanpa ada izin dan credit foto tersebut. Keempat, Share n Care. Kalau Facebook dengan thumbs up-nya dan (dulu) Twitter dengan favorite-nya (sekarang jadi ikutan pake love), Instagram dengan love-nya. Foto di-love itu sebagai pertanda juga bahwa orang lain peduli dan mengapresiasi karya kita, jadi nggak perlu sombong-sombong untuk sekadar double-tap.

Mas Akbar (sebelah kiri, atau juga akrab dipanggil Mas Doyoke) sebagai pembicara dan Mas Fais (sebelah kanan, salah satu owner dW Coffee sebagai MC dan moderator).
Quote yang paling ngena di diskusi kali ini adalah:

“Kamera terbaik adalah kamera yang ada di tangan Anda di saat yang tepat dengan skill yang tepat.” –Arbain Rambey.

Kalau kalian follow Instagram saya pasti lihat juga beberapa foto yang lokasinya di Cafetaria dan Coffee Toffee, di foto itu saya pake kamera Canon 5D, bukan punya saya sih wahahaha, kebetulan kakak Arif yang kerja di perfilman layar lebar bawa kamera dan lensa fix yang banyak banget, yah sekalian pinjem dan belajar.

Salah satu hasil foto di Cafetaria pake Canon 5D.
Tapi saya udah mikir, “Ya… percuma aja sih kamera bagus tapi nggak punya skill.” DAN EMANG BENER! Hasil foto saya biasa aja, emang lebih baik dari kamera yang biasa saya pake (Canon 550D atau kamera hp), warnanya lebih tajam, warna lebih cantik, ISO-nya bisa banyak, tapi ya biasa ajaa… seenggaknya tolak ukurnya nggak di-repost sama Instagram hobikopi atau anak.kopi karena hasil fotonya masih jauh.

Dan setelah saya pake si-5D ini tangan saya sakit, karena berat, belum biasa hahaha. Jadi saya percaya banget, kamera terbaik itu apa yang ada sekarang dan bisa memaksimalkan dengan terus praktek dan belajar. Kata Mbak Andrea, salah satu malang foodies bilang, “Udah biasa 25 foto yang bagus cuma satu.” Bahkan Mas Akbar lebih ekstrim lagi, “Udah biasa 100 foto yang bagus cuma satu.” Bahkan saya pernah baca, bahwa 10.000 foto pertama yang kita hasilkan itu hasilnya belum bagus.

Diskusi kali ini jadi lebih semangat buat belajar motret dan sering-sering hunting.  


Ada lagi ilmu yang saya dapatkan dari #diskusiboleh sambil #mengopiboleh tipis-tipis kali ini. Skill dasar yang dibutuhkan untuk food photography di antaranya: fokus, tidak shaking atau goyang dan cahaya yang cukup (cahaya natural atau pake alat lighting).

Terus angle-nya ada: eye level, low level dan birds eye level. 


Sederhananya, eye level itu kayak foto di atas ini nih, bisa dilihat dengan jarak pandang biasa oleh mata manusia. Kalau low level itu biasanya yang motret sampe jongkok di bawah meja, buat menghasilkan foto yang utuh dari bawah ke atas (misalnya rainbow cake yang warna-warni layernya). Sedangkan birds eye level itu ketika yang motret sampe jinjit atau naik kursi.

Motret untuk Instagram juga agak berbeda dari sekadar motret makan biasa, jadi kalau motret biasa apalagi untuk menu bisa aja nih cuma motret makanannya aja udah wah, tapi di Instagram sendiri semacam ada tantangan untuk lebih menunjukkan ke: pengalaman makannya. Jadi di dalam satu meja nggak hanya ada makanan, bisa juga ada tangan yang lagi sibuk mencicipi makanan.


Oh ya, di setiap post kalian bisa koreksi setiap apa yang saya bilang ya! Karena siapa tau saya salah hihi, ditambahi juga boleh ya, gaes!  


Akhirnya #diskusiboleh yang lokasinya di kafe favorit saya ini—dW Coffee kali ini ditutup dengan langsung praktek motret, ini sih bisa langsung diskusi tipis-tipis dan kenalan dengan beberapa orang di sana. Dapet kenalan baru kayak Mbak Andrea, Mas Yugo dan berjumpa lagi dengan Mas Nino, salah satu relawan fotografer di Kelas Inspirasi Malang yang dulu pernah juga mampir ke rumahnya buat bikin pameran foto.

Terima kasih dW Coffee dan Mas Akbar! Dan terima kasih juga buat kakak saya, Mas Rezaiqbal yang sudah membayar Move Onchino dan Affogato yang saya pesan. Kakak yang baik. Ditunggu #diskusiboleh selanjutnya! Untuk hasil foto lain dari diskusi ini akan saya upload di bulan Februari ini huehehehe, kepoin aja yak.

Semangat belajar teruuuuuuussss!!!!! Kalau ada pertanyaan soal food photography bisa leave comment di bawah, siapa tahu ada ilmu yang belum di-share dan bisa menjawab pertanyaan kalian. Atau kalau mau request bahas topik fotografi atau kopi boleh juga, ditunggu ya! 

Sejak kuliah jadi banyak berubah, mungkin di blog ini saya terlihat cewek yang nggak terlalu memperhatikan make-up . Sukanya keluyuran ...


Sejak kuliah jadi banyak berubah, mungkin di blog ini saya terlihat cewek yang nggak terlalu memperhatikan make-up. Sukanya keluyuran ke event-event, baca buku dan ngopi. Tapi di lain sisi: saya juga tetap cewek pada umumnya, tetep butuh lipstick. 

Tapi... make-up penting nggak sih buat cewek? Bergantung kebutuhan. Kalau memang dia model dan harus menjaga image-nya, ya merupakan pilihan tepat ketika dia pake full make-up setiap hari. Atau dia seorang make-up artist, nggak masalah, malah udah jadi keharusan untuk menunjukkan bahwa dia professional. Kalau dia cewek gunung dan kerjaannya backpacker terus, buat saya… gak masalah untuk gak pake gincu, tetep butuh skin care aja dan make-up praktis seperlunya. 

Kuncinya: nyaman dengan diri sendiri jadi percaya diri - orang lain juga ikut seneng lihatnya karena pembawaan kamu yang pede dan penggunaannya udah tepat - sesuai kebutuhan. Tiga aspek ini menjadi satu kesatuan.

Saya sendiri... jujur aja butuh, tapi tipis-tipis. Karena kalau nggak pake apa-apa jadinya malah kucel dan pucat, yaaa butuh agar terlihat sedikit rapi tapi tetep bikin nyaman untuk saya sendiri dan orang lain. Prosesnya panjang sampai bener-bener bisa dandan dengan produk dan warna yang tepat, kemarin tuh sempet ada yang bilang, "Meg, kamu kok wajahnya creamy gitu sih?" Hwahahaha, emang kurang pengetahuan gaes waktu itu. 

Akhirnya pelembab, compact powder dengan two way cake (foundation di dalamnya) lalu lipstick itu udah hal yang sangat cukup buat saya. Gak pake cream segala macam, karena barusan tau kalau nggak cocok. Lipstick udah cukup mengubah kamu menjadi lebih terlihat dandan. Simpel dan udah kasih dampak yang banyak, buat saya ‘lipstick is a must’. Wenak. 

Kiri atas cuma dipake ketika lagi jadi MC, sebelahnya malah beli salah warna karena pertamaaaa kali banget beli lipstick, kiri bawah semacam lip balm yang ada warnanya dikit dan hampir nggak pernah dipake. Dari keempat lipstick di atas yang saya pake tiap hari hanya yang ujung kanan bawah. Swatches-nya (urut) kayak di bawah ini nih:

Saya merupakan cewek yang sama sekali nggak loyal untuk urusan beli hal semacam ini, tapi… karena terpaksa mau nggak mau harus beli, ya… akhirnya mulai nge-list apa aja sih yang harus dibeli. Sekalian juga pengin sharing lipstick yang seperti apa sih “yang sesuai kebutuhan” buat pemula yang nggak terlalu pengin dan butuh investasi dengan make-up yang mahal.
Tips membeli make-up offline:
Penting untuk pemula, jangan tergiur dengan harga yang murah. Sekarang banyak make-up replika di mana zatnya berbahaya dan bisa bikin kanker kulit alias make-up replika. Misalnya maskara yang harusnya harganya 60-80rb cuma jadi 20rb, MAC nggak ngeluarin produk eye-shadow yang itu (apalagi harganya murah abis) eh mereka jual. 
Jadi lebih baik cari yang harganya terjangkau dan jelas, pastikan ada BPOM-nya dan hasil review di media sosial produk tersebut aman. Cari di drugstore, supermarket atau di toko-toko make-up khusus (di sini biasanya lebih murah, tapi aman). Kalau kalian nggak punya teman untuk bertanya, beauty vlogger akan banyak membantu kalian.
Tips membeli make-up online:
Ibarat beli offline, kalau mau praktis dan aman mending sekalian cari di supermarket, di online pun ada supermarket online-nya, Lazada dan blibli.com (yang paling umum). Sebenernya di tokopedia dan bukalapak pun ada, cuma dua e-commerce yang ini kalian harus hati-hati kayak ketika lihat booth-booth di mall yang jangan-jangan itu palsu dan replika. Begitu pun dengan online shop, harus tau track record dan testimonialnya. Sebelum beli harus bener-bener tau bagaimana reputasi toko tersebut.
Well, karena ke-5 lipstick yang akan saya share dan pengin saya beli di bawah ini adanya di Lazada semua, di blibli.com banyak stok habis dan kok harganya jauuuuh lebih murah dari online shop lain... saya jadi ragu. Soalnya untuk beli make-up semakin harganya murah dan jauh dari harga normal bukannya harus seneng tapi harus hati-hati. Jadi kali ini saya mau cari aman dan yang saya share di sini adalah 5 lipstick tersebut sesuai harga di Lazada yang affordable atau terjangkau.

Nah nantinya, dari ke-5 lipstick ini kalian bisa menentukan mana sih lipstick yang lebih kalian butuhkan atau emang pengin semuanya ya… monggo. Selama ada budget dan butuh, nggak masalah. Dan semoga bisa membantu kalian yang pengin beli lipstick secara online dengan 'apa aja sih yang harus diperhatikan' sebelum membeli.
CITY COLOR BE MATTE LIPSTICK - SOFT PINK 


Detailnya menolong banget, mulai dari detail pengiriman, spesifik, siapa yang jual dan ‘100% Jaminan Asli’. Nah, ketika misalnya nih kalian udah beli di Lazada tapi ternyata barangnya KW, tulis ulasan di sana (testiominal di Lazada lebih aktif) dan komplain ke Lazada, mereka termasuk e-commerce yang menanggapi barang yang KW dengan cukup serius. Saya sih sukanya di sini bisa nentuin range harga, jadi mau beli lipstick warna apa dengan ukuran harga berapa jadi lebih mudah. Sebenernya di Lazada ada yang harganya dijual 70rb, tapi saya lebih merasa aman beli di yang supplier-nya TWL Cosmetics, supplier ini sering endorse Rachel Goddard, beauty vlogger saya, jadi lebih kerasa aman aja sih.

Nah, si City Color Be Matte Lipstick ini cukup terjangkau kalau kalian pengin lipstick yang ‘hits’, brand-nya ok dan kualitasnya bagus. Jadi make-up itu dibagi dua kualitas: high end (yang mahal abis, kayak MAC, NYX, NAKED, Anastasia, dsb) dan drugstore (sebenernya sih produk-produk yang dibeli di drugstore, tapi jadi semacam ‘produk terjangkau dengan kualitas bagus’).
City Color Be Matte Lipstick ini banyak yang bilang dupe atau mirip-mirip dengan lipstick MAC, matte finish dan review dari berbagai beauty vlogger cukup ok soal produk ini. Ada 20 shades, tapi saya suka banget lipstick warna merah muda gitu, jadi saya pengin beli yang shades: soft pink. 

Swatches on Youtube: KLIK
Review on blog: KLIK
Link on Lazada: KLIK
WET 'N' WILD MEGA SLICKS LIP BALM STAIN - NUDIST COLONIST
photo by everydaymakeupblog.com
Produk yang terjangkau tapi kualitas bagus alias produk drugstore lainnya ada: Wet ‘n’ Wild. Lip crayon lagi hits banget di kalangan cewek-cewek, bentuknya yang lucu dan simpel dibawa kemana-mana. Saya pun juga kena ‘racun’ dari banyak beauty vlogger buat nyobain lip crayon-nya tapi selalu takut kalau bibir jadi kering. Nah jawabannya ada di lipstick yang ini nih, di mana lip stain dan lip balm jadi satu. Melembabkan tapi juga pigmented, tapi kurangnya memang gak terlalu long lasting karena dia mengandung balm.

Masih sama supplier-nya TWL Cosmetics dan harganya 85.000. Pengin nyoba-nyoba warna lain dan Nudist Colonist ini lucu banget warnanya (paling kiri). Selain lagi hits lipstick: matte atau lip crayon, lipstick warna nude juga nggak kalah hitsnya. 

Swatches on Youtube: KLIK
Review on blog: KLIK
Link on Lazada: KLIK
CITY COLOR COSMETICS LIP CRAYON - BLUSHING BRIDE

photo by lienjae.com
Mungkin kalian masih pengin yang hasilnya lebih matte tapi lip crayon dengan harga yang lebih terjangkau, City Color yang lip crayon boleh juga nih. Harganya 55.000 masih dengan supplier yang sama yaitu TWL Cosmetics. Warnanya cukup banyak, tapi yang blushing bride cantik sekaliiiii.

Jadi kalau kalian masih merasa mahal untuk beli dua produk di atas, kalian bisa beli tengah-tengahnya dengan produk yang ini, matte tapi juga lip crayon dan nggak lupa brand-nya adalah produk dari USA.   

Swatches on Youtube: KLIK
Review on blog: KLIK
Link on Lazada: KLIK

WARDAH MATTE LIPSTICK NO. 17 GORGEOUS PINK


Masih merasa mahal nih beli produk-produk hits di atas, butuh yang biasa aja tapi warnanya cantik, saran saya sih beli produknya Wardah. Dari ketiga lipstick yang saya punya juga beli produk Wardah hehehe, dia emang produk yang murah dengan kualitas yang bagus. Saya pengiiiiiin banget beli yang matte lipstick nomor 17. Waktu itu saya pernah nyoba punya temen saya, naksir abis sama warnanya dan kepikiran sampe sekarang tapi selalu ‘sayang’ untuk pake uang buat beli lipstick.

Produk wardah yang hits juga ada nih Wardah Long Lasting – Pink Sorbet, ini dupe-nya MAC Kinda Sexy! Di link bawah bakal saya kasih video dari Rachel Goddard yang membandingkan produknya wardah sama MAC. Jadi nggak harus beli produk replika buat dapet lipstick yang terjangkau dan bagus kok. Apalagi si Wardah ini produk halal yang pastinya aman dan untuk lipstick yang pengin saya beli ini bisa tahan 6 jam. Dengan harga 50.000 (Diskon 6%) saja kamu bisa dapetin matte lipstick, supplier-nya di sini Alisha Shop. 

Swatches on Youtube:KLIK (Wardah Pink Sorbet)
Review on blog: KLIK
Link on Lazada: KLIK

Tambahan…

photo by ridzimakeup.com

Di Lazada ada kok produk yang jauh lebih murah dari ke-4 lipstick di atas: Maybelline Color Show Matte dengan harga 20.700 (Diskon 44%). Tenang aja, diskon make-up sampai 50% itu juga sering ada di drugstore, kok, apalagi ini produk dari Lazada sendiri. 

Hasil review dari beauty vlogger juga cukup bagus meskipun agak kerasa tebel di bibir. Tapi warnanya cantik, terutama rock the coral atau yang pop of pink. Dengan cukup 25.000 kamu bisa beli lipstick bagus kan? Spesialnya lagi produk ini suppliernya ya Lazada sendiri dan banyak ulasannya.

Tapi saya nggak pengin beli ini soalnya… nggak cocok aja sama warnanya hwehehehe. Tapi tetep saya cantumkan link-nya semoga membantu. 

Swatches on Youtube: KLIK
Review on blog: KLIK
Link on Lazada: KLIK

NIVEA LIP BUTTER COCOA

photo by museswonderland.com
Produk ke-5 yang pengin saya beli adalah Nivea Lip Balm, Cocoa. Semacam lip therapy, sebenernya saya udah punya Vaseline Potreleum Jelly, cuma dia teksturnya terlalu lembek dan agak gimana gitu di bibir, jadi kayaknya kalau lip balm yang ini lebih enak. Ini pas banget buat kalian yang hanya butuh perawatan bibir tapi nggak mau kelihatan pake lipstick.

Suppliernya Artemis, ada dua ulasan dan harganya 45.000. Packagingnya lucu dan simpel, daripada lip balm stick saya lebih suka yang disimpan jar atau kaleng kayak gini. Karena kalau stick gampang patah. Kalau nggak mau bau coklat, ada kok yang original atau bau lainnya. 

Ada juga versi lainnya dengan packaging yang hampir mirip tapi merk Vaseline, tapi hasil review... saya lebih suka yang Nivea, waktunya membeli dan membuktikkan!

Swatches on Youtube: KLIK
Review on blog: KLIK
Link on Lazada: KLIK

photo by cicakinsomnia.blogspot.com
Yak itu tadi lima make-up untuk bibir yang pengin banget saya beli. Di antaranya ada yang butuh dan di antaranya juga ada yang kena 'racun'. Nah, dari ke-5 produk itu kalian paling butuh yang mana? Dan mungkin kalian punya cerita yang sama soal baru pake make-up ketika kuliah, share juga doooong. 

Oh ya, kalau ada yang bilang, "Cowok kerja itu biar tau bedanya lipstick 500.000 dengan lipstick yang 50.000." itu cuekin aja. Saya tau kok emang beda banget dari segi kualitas, terutama long lasting-nya. Tapi percayalah, tidak ada cowok yang peduli kecuali dia make-up artist. Cukup cewek aja yang tau untuk kebutuhan sendiri, nggak perlu bawa-bawa cowok segala. Hidup cewek independen!!! 

Semoga post ini membantu, ya! Kalau ada pertanyaan soal post yang ini atau pertanyaan-pertanyaan lain bisa leave comment, pasti saya jawab dan kunjungi balik. Kalau menarik untuk dijadikan tulisan dan banyak yang tanya, pasti saya tulis. :) 



Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X Lazada Indonesia. Yang diselenggarakan oleh ShopCouponsVoucher Lazada disponsori oleh Lazada Indonesia, but all of the opinions here based on my opinion and my comparison. :)