Jangan bosan melihat banyak foto dari White Shoes & The Couples Company ya!  Bulan Mei emang bulannya event buat kota Malang, ban...


Jangan bosan melihat banyak foto dari White Shoes & The Couples Company ya! 
Bulan Mei emang bulannya event buat kota Malang, banyaaak banget event! Yang paling bikin excited adalah FOLK MUSIC FESTIVAL 2016! Musik folk itu musik yang asyik banget buat didengerin pagi hari dengan secangkir teh atau kopi panas sambil nulis, sempurna. Musik folk juga cenderung lebih bebas, punya keunikan dan karakter yang asyik banget.

Folk Music Festival (FMF) kali ini diselenggarakan baru aja kemarin 14 Mei 2016 di Lembah Dieng, Malang. Sebelumnya udah ada FMF ini di tahun 2014, asyiknya diselenggarakan dua hari di Surabaya. Sayangnya yang di Malang ini jadi satu hari aja, semua bintang tamu dijadikan satu, akhirnya penuh banget, banyak penonton yang kecewa karena gak dapet posisi yang enak.


Untunya karena saya dateng sejak sore bisa cari tempat terbaik dan berkat bawa kamera jadi bisa keliling sana dan sini. Jadi kalau mau dateng ke event, sok sok aja bawa kamera seakan-akan pers atau fotografer hehehe. Sebelumnya yuk lihat snapshot gimana keseruan Folk Music Festival di bawah ini, yuk!


Saya datang ke event ini sendirian, iya sendirian. Aslinya mau ditemenin si Arif, tapi dia lagi kerja di Event Malang. Apalah daya. Plus minus sih datang ke acara musik sendirian, plus-nya kita bisa kemana aja yang kita mau, mau di depan, di samping stage dan keliling sampai capek ya gak masalah, karena sendirian. Minus-nya, nggak ada yang bisa diajak ngobrol, hiks. Akhirnya saya meniatkan untuk bener-bener liputan di sini, biar nggak garing. 

Littlelute dengan vokalis yang super cute. 
Di awal udah agak kecewa sih dengan acara ini, acara segede ini ketika panitia ditanya, “Ada press release buat media nggak?” jawabannya beragam, ada yang nggak nyambung sama press release itu apa dan ada yang bilang, “Kurang tau, ya.” Dalam hati saya sih seakan-akan ada tanda tanya besar, “Serius, acara segede ini gak ada press release?”

Untungnya acaranya udah kerja sama dengan media besar sih, salah satunya media favorit saya, CNN Indonesia. Rasa kesal saya akhirnya dihilangkan oleh musik-musik lucu dari Littlelute, grup musik yang masih baru sih, musiknya bener-bener membawa kita ke masa kecil.

Gak tahan dengan vokalisnya, dress coklatnya menggemaskan! Terus kalau ngomong juga lucu, di panggung dia sempet bilang untuk menjaga lingkungan dan langsung mencontohkan dengan rapihin sampah-sampah yang ada di depan panggung. Bakal kepoin si Littlelute ini lagi deh! 

AriReda, senior nih dan terkenal banget di Jakarta.
Musik AriReda syahduuuu sekali, ternyata grup musik ini udah senior banget, sahabatnya Sapardi Djoko Damono, seumuran. Jadi awal project-nya ketika Sapardi mengajak AriReda yang merupakan nama dari dua personil ini, Ari yang cowok dan Reda yang cewek, untuk ikut dalam sebuah acara yang mengajak orang awam memahami puisi dengan lagu.

Aku-banget! Saya anak bahasa tapi sering gak paham sama puisi dan ketika udah jadi musik syahdu, duh suka banget deh! AriReda sukses bikin merinding, nggak nyesel dateng sore di saat yang lain memutuskan datang malem karena penampilan utamanya lebih banyak di malamnya.  

Silampukau
Ketika Silampukau di atas panggung, semuanya udah merapat ke depan. Silampukau ini grup musik asal Surabaya yang terkenal dengan kritikan-kririkan pedasnya tentang Negara, yang paling terkenal lagu tentang Dolly Surabaya. Saya kurang tau sih sama grup musik ini, jadi saya cuma bisa ikutin musiknya dan sibuk motret di saat semuanya sing-a-long.   

White Shoes And The Couples Company!

Yay, akhirnya White Shoes And The Couples Company! Saya tahu grup musik ini nggak sengaja dari Youtube, ketemu aja gitu. Meskipun videonya masih nggak terlalu bagus kualitasnya, tapi musik dan dandanannya asik banget. Kepo kepo dan kepo.. akhirnya suka!

Mulai dari pakaian sampai aksi panggungnya bikin semuanya sing-a-long dan menikmati. Bahkan Miss Sari, vokalisnya sampai turun panggung dan menyatu dengan audiens.   

Miss Sari! 
Miss Sari lagi! 
Dari sekian grup musik yang paling banyak dipotret ya White Shoes & The Couples Company (WSATCC) deh, terutama Miss Sari-nya. Kapan-kapan lagi ke Malang, ya! Sebenernya ada sih albumnya di music market-nya, namun apa daya budget untuk hal tersier semacam ini masih harus dikesampingkan, nanti bulan Juni semoga bisa beli, aamiin.    

Thaaanksss WSATCC! You made my day! 

Aurette And The Polska Seeking Carnival
Agak malu-malu untuk ke samping panggung meskipun emang lagi liputan buat ngalam.co dan blog personal kesayangan. Akhirnya waktu Aurette And The Polska Seeking Carnival berani juga ke sisi kanan panggung, yay! Sayangnya penampilan Aurette And The Polska Seeking Carnival yang akan membawa kita seakan-akan ke pasar malam ini saya bisa lihat gimana ada sedikit kesalahan teknis yang nggak nyala lah atau kurang keras lah dan banyak komentar di akun Instagram @folkmusicfestival kalau mengeluhkan hal tentang sound.

Sebegai orang yang gak terlalu paham musik mungkin saya sih biasa aja ya, tapi kasihan sama grup musiknya aja sih yang udah jauh-jauh tapi ada kendala, jadi nggak yahud. Semoga tim Folk Music Festival bisa bikin acara yang lebih rapih ya untuk selanjutnya, tenang, tetep nggak bikin kecewa-kecewa banget kok. Tetep asik, seru dan keren (soalnya saya dapet posisi pas banget depan panggung hehehehe).

Seharian sejak jam tiga sampai waktu menunjukkan isya’ bikin perut saya bunyi, dilema udah dapet posisi enak.. tapi daripada kelaperan akhirnya saya mampir ke booth kulinernya. 

Apeatit
Saya udah sedikit cerita si Apeatit ini di post event Malang Chocolate Festival 2016, Apeatit ini bisnis teman saya yang dulunya adik kelas saya, Diza Sainstika. Diza dulu ini merupakan adik kelas yang cukup menyebalkan, karena dia mantan dari mantan pacar saya, halah. Tapi sekarang ya biasa aja lah pastinya hahaha, dia makin manis sih sekarang, hmmm hahaha. Dengan wajah lelah akhirnya memesan waffle rasa green tea.

Makan waffle sambil duduk sendirian, sedih banget yak. Sampai akhirnya Arif datang juga ke Folk Music Festival, sempat di-record sama Tara, host dari Event Malang dan diajak kenalan. Saya cuma hening dan menjawab seadanya dan berujung dengan, “Aku tak liputan dulu, ya.”

Romantis banget. Malem minggu lho itu. 


Tapi seenggaknya nggak semua pasangan bisa ada di sisi panggung yang berbeda untuk meliput dan bersebrangan seperti ini. Arif yang mana? Yang chubby dan mata melirik tajam. Nggak lama sih, karena saya harus pulang duluan waktu Tigapagi memainkan beberapa musik. Pulang sendirian sih, karena gak dapet barengan juga lebih baik duluan deh. Mungkin kalau ada barengan bisa nonton Danilla, Mocca dan Float. :( 

Liyana Fizi dari Malaysia!
Foto ini saya ambil waktu gitaris cowoknya lagi godain Liyana Fizi yang terus-terusan bikin penonton ngakak, apalagi dengan logat melayu yang Liyana Fizi punya. Diambil black and white karena lightingnya acaranya kurang sip, terlalu harsh, saya pernah datang ke beberapa konser dan lightingnya masih cakep malah nilai plus yang bikin saya yang amatir ini ketagihan buat belajar motret acara musik. Hal ini pun digosipkan para fotografer yang ada di samping saya, tapi ternyata black and white juga jadi gak kalah cakepnya.


Setelah tau kalau cakep juga pakai black and white lalu memaki diri, “Kok gak dari tadi aja.”


Meskipun nggak nonton sampai habis, seenggaknya bisa lihat Tigapagi lah meskipun nggak lama. Setelah pamit dengan Arif dengan bahasa non-verbal yang artinya: “Aku pulang dulu.” akhirnya meninggalkan Lembah Dieng dan sampai di rumah dengan selamat.


Meskipun banyak kritik dan saran buat Folk Music Festival kali ini, terutama yang bikin orang nggak nyaman adalah yang bisa nonton cuma bagian tengahnya, sedangkan samping kanan dan kiri tanpa ada layar LCD hanya bisa tiang-tiang saja setidaknya malam festival kemarin cukup tak telupakan. Semoga saran dan kritiknya bisa membangun agar ke depannya bisa lebih baik, ya!

Terima kasih Folk Music Festival yang dipenuhi dengan anak muda dari berbagai kota, cukup kagum sih dengan ticket box yang ada di berbagai kota mulai dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Semarang, Purwokerto dan Bandung pun juga ada. Keren! Terima kasih juga White Shoes & The Couples Company, sering-sering lho yaaa main ke Malang, sukses untuk video dokumenter dan yang lainnya.

Saya juga sedang berharap agar Banda Neira yang mulai vakum sejak Februari 2016 nggak akan lama vakumnya, kangen nih! Malang, sering-sering ya bikin acara keren kayak gini, ditunggu!

Seperti biasa, sampai jumpa di event selanjutnya, bakal ada launching kapankamunikah.com, stay tuned yah! :) 

Sudah siap dengan tulisan event kali ini? Udah lama lho saya nggak nulis tentang event. Yay, kalau sudah siap, yuk ikuti serunya main-m...


Sudah siap dengan tulisan event kali ini? Udah lama lho saya nggak nulis tentang event. Yay, kalau sudah siap, yuk ikuti serunya main-main di Malang Chocolate Festival 2016!

Honestly, I’m not big fan of chocolate, saya bukan penggemar coklat. Ya biasa aja, tapi saya selalu suka minuman coklat panas yang beneran coklat alias yang manisnya tipiiis banget, atau mochacino yang merupakan perpaduan antara kopi, coklat dan susu dan sekalinya suka coklat pun saya suka coklat yang teksturnya lembut, kalau coklatnya terlalu keras, saya lebih suka nungguin agak lumer.

Kalau orang lebih memilih mendiamkan coklat di kulkas, saya membenci itu, saya benci setiap makanan atau minuman yang masih ada “rasa kulkas”. Setiap snack yang belum habis, lebih baik saya simpan di toples atau diikat biasa daripada masuk kulkas, karena saya bisa merasakan “rasa kulkas” yang saya benci itu. I know it is weird, but that’s me. :p

Lalu apa motivasinya saya ke sini? Butuh bahan liputan buat kerjaan hehehehe. Tapi setelah masuk sini, ternyata banyak sekali agenda yang menarik.

Saya ke sini nggak sendirian, sama Arif. Tapi kita berpisah gitu sih, karena saya liputan. Sedihnya, dia cemberut terus, dia bilang, “Gak asik ah liputanmu.” SIAL! Dia emang sering liputan event, tapi selalu jadi videographer sedangkan saya cuma diem, motret dan tanya tipis-tipis. Errr, awas ya, gak diajakin lagi, fix!

Lupakan soal Arif yang selalu menyebalkan itu dan tidak sabar menemani liputan. Let’s jump to the event!



Cukup dengan Rp10.000 saja saya udah bisa masuk ke Malang Chocolate Festival (MCF), pertama kali masuk langsung ada booth DW Coffee (cuma ada booth-nya aja). “Yeee, ada DW.” Ya, kayak gitu lah sumringahnya. Obsessed banget ya? Hmm, saya kasih tau alasannya deh, semua karena… kopi pertama yang saya minum sampai akhirnya saya suka banget adalah Americano-nya DW Coffee, jadi kedai kopi ini memorable sekali.

Kata Arif, “Dari sekian event (bazaar) yang aku datengin bulan ini, paling rame yang ini.”

Emang bener, rame! Gak cuma anak muda aja, mulai dari Ibu-ibu dan adik-adik kecil juga ngeramein acara ini. Setelah wawancara sama pihak acara dari Bikin Acara Event Organizer ternyata acara ini merupakan acara yang udah ada di tahun 2015. Dibikin lagi karena banyak yang suka terutama pihak UMKM yang bergerak di bidang kuliner coklat terus mendukung.

Saya nggak nyobain satu persatu jajanannya sih, karena gak ada uang banyak yang pertama, yang kedua sibuk motret. Cuma di situ ketemu dengan adik kelas saya yang ternyata punya usaha sendiri, namanya Diza Sainstika, saya follow akun media sosialnya sih jadi agak kepo kok dia ini cukup aktif di event semacam ini, ternyata dia dan saudaranya bekerja sama untuk bikin suatu usaha kuliner yang bernama Apeatit, banyak pilihan waffle di sana, tapi sayangnya saya gak nyobain, mungkin lain waktu ya!

Mas Kecenk yang pakai kaos abu-abu tuh.
Keliling sana dan sini akhirnya nemu booth-nya DW Coffee, sedikit menyapa yang kenal mulai dari Mas Kecenk, Mas Adit, Mas Fais dan Mas Akbar Umara lalu gatel buat beli. Jauh-jauh lho ke Lapangan Parkir Stadion Gajayana Malang eh ujung-ujungnya ke sini. Awalnya mau beli Ice Chocolate, lalu Mas Adit menawarkan, “Gak Twinkle Bottle?”

“LHO, IYA,” batin saya.



Udah lama banget pengin Twinkle Bottle dan sebelum pesan nggak lihat kalau ada si Twinkle ini. Akhirnya beli deh, rasanya enaaak banget! Semacam coklat panas yang pas banget kadar coklat dan manisnya, kental banget tapi disajikan dingin. Nice!

Wajah penuh ekspresi, "Apa lo liat-liat? Beli sendiri!"
Lagi asyik minum si Twinkle Bottle, eh ada suara MC, katanya mau open kitchen. Ternyata open kitchen dari Houten Hand ‘Coffee & Beer’. Saya kurang tau sih lokasi kafe ini di mana, tapi cukup sering denger.

Apakah kalian bisa melihat cabainya??????
Asyiknya, open kitchennya tuh unik-unik. Jadi ada Coklat Cabe, alias coklat panas yang dicampur dengan cabai, katanya ini adalah minuman khas Suku Maya ketika minuman beralkohol belum ada untuk menghangatkan tubuh. Kata Chef-nya yang menurut saya ngerti banget sejarah coklat, efek hangatnya persis kayak minum minuman beralkohol, cuma bedanya gak mabok aja.

Terus ada Coklat Cola yang katanya seger abis dan Coklat Mozarella. Sayangnya gak sempet nyobain karena sibuk motret, pengin sih mampir ke Houten Hand, next time deh boleh.


Berita udah dapet, yuk cau pulang! Event yang asyik sih menurut saya, agak sedih kemarin gak bisa dateng ke Coffee & Market karena masih di Depok, ya semoga aja ada acara yang berbau kopi-kopian selanjutnya lah. Besok, 14 Mei 2016 saya mau dateng ke Folk Music Festival, tungguin ceritanya ya!

Oh, ya, kalau kamu lagi bikin event di Malang, kirim aja press release-nya ke sophiamega97@gmail.com. Kebetulan saya kerja di ngalam.co, nanti saya masukin ke situ, deh. Kalau sempet dan budget mencukupi datang ke eventnya, berarti sekaligus diliput di sophiamega.com, makanya diundang dong! :p *halah*


Sampai jumpa di event dan cerita selanjutnya! 

Jam menunjukkan pukul 23.20 WIB, belum ngerjain apa-apa yang seharusnya udah selesai dari tadi gara-gara banyak pikiran mulai dari persiapa...

Jam menunjukkan pukul 23.20 WIB, belum ngerjain apa-apa yang seharusnya udah selesai dari tadi gara-gara banyak pikiran mulai dari persiapan launching startup yang udah jalan di tahun kedua (kapankamunikah.com), kepikiran gimana cara developing team yang baik, tiba-tiba dihubungi terus sama editor majalah kampus, belum kelar kerjaan, tugas kuliah juga masih suka beranak-pinak eh dihubungi pihak P2KK (pengembangan karakter di kampus) buat dateng untuk membenahi makalah yang udah setengah tahun lalu dikumpulkan.

“Hari ini banget, ya?”

Rasanya pengin menyepi di sudut kota dengan meninggalkan HP seharian penuh.


Akhirnya karena banyak pikiran tersebut malah nggak ada yang dikerjain, tidur terus karena pusing, ‘senggol bacok’ abis deh. Sampai ada notification dari Grab di HP, sebuah perusahaan kendaraan umum online mulai dari mobil, taxi hingga ojek. Grab, Uber, Gojek dan sebagainya memang belum ada di kota saya, Malang. Tapi kemarin saya sempat ke Depok dan mengandalkan si Grab ini dan males aja buat uninstall.

Notification tersebut rupanya ada promo baru dari GrabBike, saya pun tersenyum kecil yang membuat saya bergumam, “Eh, kangen juga ya.” Terlalu banyak waktu luang, akhirnya saya iseng-iseng ngelihat berapa banyak GrabBike dan GrabCar yang ada di kawasan Bella Casa Residence (rumah alumni kampus saya yang saat di Depok mau menampung kami untuk Pekom UI) ke FISIP UI.

Kangen juga, ya.

Padahal Depok ya panas dan sering macet (kecuali UI yang adem semriwing), tapi waktu di sana lebih banyak hal yang membahagiakan, karena terlalu banyak waktu luang bisa leha-leha bahagia menikmati company visit, workshop, seminar, dan lain sebagainya. Karena lagi capek, akhirnya saya memutuskan untuk mewujudkan keinginan saya cerita kejadian-kejadian tak terduga waktu lagi main di Depok. Blog personal emang tempat pelarian yang sangat pas. Soooo, keep reading! :)

*************

Seusai pembukaan Pekan Komunikasi UI 2016….

“GrabCar kok banyak permintaan gini jadi mahal banget, pake GrabTaxi aja, ya?”

Tanpa tahu apa perbedaan GrabTaxi dengan GrabCar, akhirnya kami booking si GrabTaxi. Muncul sebuah mobil sedan biru dengan plat nomor kuning dan di atasnya ada tulisan: ‘taksi’. Hmmm… baru tahu kalau GrabTaxi ternyata kerjasama antara Grab dengan taksi konvensional.

Naik lah saya dan keempat kakak tingkat saya yang semuanya cewek. Semuanya baik-baik saja sampai Pak Taksi mulai bingung dan putar balik terus-terusan buat cari pintu keluar di UI. Tapi saya mencoba untuk tetap tenang dan bahagia.

Untuk merileks-kan pikiran, saya sekadar ngobrol dan ngasih tau, “Kami dari Malang, Pak. Baru aja di Depok kemarin.” Pak Taksi hanya iya-iya, entah tanda paham atau tanda tidak mau peduli. Gak asik, batin saya.

Perasaan mulai tidak tenang ketika Pak Taksi ngebut kayak bakal ditinggal Rangga empat belas tahun lamanya. Sedangkan… saya bulan Februari lalu abis kecelakaan dan masih trauma dengan ngebut. Mendadak pusing, tegang (mana seat-beltnya rusak) dan nggak bisa berpikir apapun karena duduk di depan (padahal kakak-kakak lainnya juga biasa aja).

Hingga Kak Salis pun menunjukkan HP-nya yang berisi ketikan: “Dek, kok ini kayaknya jauh banget ya. Bener gak sih kita?”

Mampus. Saya lihat aplikasi Grab… LAH KITA MALAH NGEJAUH DARI DEPOK INI! MAMPUS!

“Lho, lho, Pak.. ini kemana ya? Kok malah menjauh ke lokasi sampainya?”
“Lho? Emangnya ini kemana, Neng?”

Dalam hati udah ada rentetan kata tidak sopan dan berbagai macam nama hewan yang tertahan di pangkal mulut.

“Ke Bella Casa Residence, Pak. Nggak jauh dari UI.”
“Waduh, jujur aja ya, Neng, saya juga kurang tau daerah sini. Neng baru ya di sini?”
WHAT????!!!!!! NENG-BARU-YA-DI-SINI???!!!
Hening beberapa saat, suasana tegang menyelimuti sedan tersebut.
“Lah terus… gimana Pak?”
“Neng, naik taksi yang ke arah pulang Depok aja ya? Saya turunin di sini, bayar 30.000 aja nggak papa.”
FIX KITA DITURUNIN DAN DISURUH BAYAR.

Karena polos, kami menuruti dan MEMBAYAR. Harusnya sih enggak, karena si Bapak yang salah. Tapi tenaga dan emosi saya udah terlalu lelah buat marah-marah, jadi saya turuti kemauannya. Melihat lokasi sekitar, gilak ini udah di Jakarta Selataaaaan! Mampus laau!!!

Dan yang lebih parah: kami cewek semua, di mana emosi sering menguasai kami.

Akhirnya kami memesan GrabCar, tapi entah kenapa masalah datang lagi. Mobilnya malah menjauh dari lokasi kita, jauh jauh jauh, kami makin pusing, kakak-kakak semakin resah dan menyarankan banyak hal (sebagian lagi diam). Akhirnya saya memutuskan untuk cancel.

Pindah ke Uber, kami pun memesan lagi. Akhirnya nemu dan entah kenapa lokasinya juga jauh dari kami. Why, why, why. Nggak beberapa lama kemudian, mobil GrabCar yang udah kita cancel tadi dateng!

Aduh… apa lagi sih.

Tapi rupanya Bapak tersebut suka rela menampung kami, tapi itu artinya… terus yang Uber diapain nih… akhirnya di-cancel setelah bingung harus gimana. Di mobil perut saya mules, tegang dan capeeeek banget. Perjalanan pun masih jauh dan macet abis.

Hingga akhirnya sampai di rumah Pak Saihu di Bella Casa, saya udah nggak mau tau bayar berapa langsung turun dan melegakan otot-otot yang kaku. Masih trauma, besoknya saya nggak mau memesankan Grab dulu, biar temen-temen lain aja. Sebenernya sih ini trauma sama GrabTaxi dan lebih ke taksi konvensionalnya yang udah saya complain ke pihak Grab sih, pasalnya Bapak-Taksi-Yang-Menyebalkan memang ‘konvensional abis’ dan nggak ngerti aplikasi maps atau GPS.

Tapi hari-hari selanjutnya kemana-mana selama di Depok selalu pakai Grab kok hahaha, karena emang lebih murah :(. Mulai dari ketemu supir yang ramah banget, ketika macet dan kita diburu-buru waktu terus pada resah, beliau tetap tenang dan bercanda-bercanda lucu. Terus ada yang supir muda dan gaul abis. GrabBike juga macem-macem, mulai dari yang tenang nyetirnya sampai yang ngebut abis sampai kaki hampir kena mobil. Untungnya sih selalu ada kolom komentar jadi bisa kasih complain langsung. Dan yang paling seru adalah:

Ketika tiga tim dari UMM dinyatakan tidak ada yang jadi pemenang, saya langsung inisiatif, “Pulang yuk (karena udah ngantuk banget astaga), sungkan sama Pak Saihu, udah malem.” Akhirnya, kami berdelapan naik dalam satu mobil, lagi-lagi pake Grab.

Pertama mobil dibuka, musik campur sari berputar begitu keras. “Duh, paan sih nih Bapaak,” batin saya. Bapak Grab satu ini pun juga sempat bilang ke kami, “Waduh, saya kena pelanggaran nih kalau bawa delapan orang dalam satu mobil.” Karena kami semua lelah, ada yang kecewa juga dan beraneka rasa dan suasana lainnya, kami cuekin Bapaknya dan langsung naik ke mobil.

Saya pikir di mobil bakal tidur karena udah ngantuuuuuk banget, ternyata dugaan saya salah. Bapak supir yang wajah dan badannya sekilas kayak Mo Sidik (komika Indonesia) ini mempunyai aplikasi Joox dan memutarkan musik-musik galau. Dengan spontan… kami satu mobil karaokean dengan keras melepaskan semua beban. Gilak… rame banget deh.

Sayangnya, jalanan Depok malam itu nggak macet, jadi tiba-tiba udah sampai di depan rumah Pak Saihu. Heuh… tapi terima kasih ya Bapak Supir yang seperti Mo Sidik!

*************

Tulisan kali ini nggak disponsorin Grab atau Uber kok, tenang aja hahaha. Tapi emang memorable banget sih menghabiskan waktu di Depok bersama Grab, mulai dari pengalaman yang paling menyenangkan sampai yang menegangkan.

So sorry kalau tulisan kali ini nggak banyak foto, malah cuma satu aja hehe. Kalau mau baca pengalaman di Depok Part I-nya, kalian bisa baca di: Satu Pekan Luar Biasa Bareng Pekan KomunikasiUI 2016.

Depok sukses ngangenin, terutama Grab-nya. Yang seru dari perjalanan yaaaa memang hal-hal yang gak ada di to-do list atau rundown. Meskipun panas, tapi Malang kalau lagi sinting ya sama panasnya lah. Meskipun macet, tapi banyak temen-temen yang hampir nggak pernah berjumpa jadi bisa berjumpa, bisa menikmati Perpustakan Pusat UI yang super nyaman dan malah nggak jadi nugas atau baca buku, tapi bikin ngantuk hahaha. Tahu bulat yang bikin rindu dan banyak lainnya. Next time, semoga bisa ke Depok lagi.

“Kok pertama kali lomba ikutan yang di Universitas Indonesia sih? WHY?!” Kalimat tersebut berputar terus sejak pertama kali ada di ...


“Kok pertama kali lomba ikutan yang di Universitas Indonesia sih? WHY?!”

Kalimat tersebut berputar terus sejak pertama kali ada di Depok, buat final Public Relations Vaganza di Pekan Komunikasi UI 2016. Apalagi ketika udah ketemu sama seluruh finalis, ada sepuluh tim yang setiap timnya beranggotakan tiga orang.

Cukup pressure sih, terutama ketika ngelihat yang lain jauh jauh jauh lebih jago. Di mana mereka udah paham soal business distraction, product defect dan berbagai cases yang terkait dengan Public Relations. Sedangkan saya? Hanya lah mahasiswi semester dua yang baru dapet kelas Dasar-dasar Public Relations yang materi terakhirnya adalah model-model public relations.

Njir.. bisa apa gua. 

Tapi pemikiran tersebut lah yang akhirnya membuat saya bertekad sebulat jajanan tahu bulat (lagi rame di Depok) yang dimasaknya dadakan karena kalau nggak dadakan suka nggak jadi buat memaksimalkan kesempatan ini, apapun hasilnya nanti.

Tiga tim Eskalator dari Universitas Muhammadiyah Malang setelah company visit di hari pertama
Banyak banget kegiatannya, mulai hari pertama company visit ke Burson Marsteller dan Unilever. Hari kedua ada seminar yang pembicaranya merupakan tujuh praktisi yang jago di bidangnya masing-masing. Hari ketiga workshop dan pembagian brief lalu esoknya berkompetisi, setelah stress langsung dihibur dengan PR Soiree. Hari kelima, alias hari terakhir ada Communication Weekend atau awarding night-nya.

Sempet kepikiran kuliah yang ditinggal satu minggu langsung sirna, di sini dapet ilmu banget, bangeeet! Meskipun kebanyakan masih mencerna, karena masih banyak istilah yang nggak dikenal, tapi nggak masalah, dicatet aja semuanyaaaa sambil pelan-pelan nanya ke berbagai orang.

Saya      : “Ini apa sih, Kak? Type of media PESO? Sering denger dari kakak-kakak.”
Kak Gi   : “Sebenernya itu materi semester 6 sih, jadi PESO itu.”

Bahkan hal dasar PESO aja gak paham dan berani-beraninya ikut lomba, mungkin Kak Arina dan Kak Gi khilaf ngajakin saya. Modal mereka ngajakin saya hanya karena: agar Eskalator (komunitas Public Relations di kampus) ada penerus dan kebetulan saya blogger dan emang sering main media sosial, yah sedikit cocok lah dengan tema Pekan Komunikasi kali ini: The New Moon of Social Media.

Di hari H, di mana seluruh finalis mulai berkompetisi, yang sejak awal sampai Depok saya masuk angin entah kenapa di hari H itu lah puncaknya. Tapi saya selalu bersugesti untuk baik-baik saja dan menganggap semuanya hanya karena underpressure. Dikerjain sebisanya deeeh! Akhirnya bisa bertahan hingga pukul enam pagi dengan segala drama yang ada, bahkan sejujurnya agak kecewa dalam beberapa hal yang ada dalam prosesnya. But that’s ok, kata dosen saya kalau nggak gini nggak bakal belajar.  

Setelah presentasi dan memutuskan pulang duluan, saya tidur dalam jangka waktu yang lama, bangun untuk sekadar makan dan minum obat dan hasilnya: sembuh. Tuh kan, karena stress aja! Maklumin dooong, kan jam terbang pertama kalinya. Hwehehehe.

Semoga senyuman dari mereka di PR Soiree ini benar-benar kebahagiaan yang tulus.
Semua perjuangan selesai, dilanjutkan malam harinya ada PR Soiree, gala dinner di Hotel Santika Depok. Nggak bakal lupa keseruannya, terutama duo MC-nya. Pecaaaaah! Terima kasih panitia! Yang udah bikin konsep kompetisi yang bikin lelah, tapi bikin konsep penghibur yang luar biasa bikin lupa sama beberapa hari kemarin.

Seluruh finalis dari PR Vaganza Pekan Komunikasi UI 2016
Hari terakhir: awarding night, karena udah tau prosesnya gimana, jadinya saya cukup take it easy dan udah siap aja nerima hasilnya. Bahkan sejak pagi saya udah meluncur buat main sama dua teman lama saya, Sarah anak kriminologi UI 2015 dan Sayyid anak Fisika UI 2014. Mulai dari makan, beli buku, bahkan sampai main TTS.

Hingga pada awarding night, akhirnya kita tahu siapa yang memenangkan PR Vaganza di Pekan Komunikasi UI kali ini…..

Selamat semuanyaaa! 
Selamat untuk Universitas Atmajaya Yogyakarta untuk Juara I-nya! Universitas Indonesia untuk Juara II-nya dan tidak lupa Univesitas Padjajaran untuk Juara III-nya! Warbiyasak!

Awalnya sempet males kalau harus ikut lagi tahun depan, lelaaaah! Tapi entah kenapa setelah awarding night bikin pengin ikut lagi, bahkan nggak nyobain PR Vaganza-nya, pengin nyobain Journalight-nya hehehe. Semoga bisa main-main ke UI tahun depan! :D

Serius, ini pengalaman yang luar biasa, belajar banyak bangeeeet!

Bisa kenalan dengan banyak temen, halo Kak Hendro, Kak Ayu, Kak Indri, Kak Rayan, Kak Sylvia, Kak Vero, Kak Arif dan teman-teman lainnya! Terus bisa kenal dan deket sama kakak-kakak Eskalator Universitas Muhammadiyah Malang: Kak Ayu yang super perhatian, Kak Salis juga ngasih saran-saran tentang menulis, Kak Fidya yang support acara grand launching 21 Mei besok, Kak Febi yang udah ngasih topik tulisan buat kerjaan hahaha, Kak Jo yang pinter banget bikin meme, Kak Natsir yang selalu bisa cuek dan stay calm dalam setiap kondisi, Kak Arina yang selalu ingetin buat jaga mood dan kesehatan dan Kak Giandri yang banyaaaaak membantuku, terutama soal ­nge-pack pakaian dan barang-barang agar rapi sampai tujuan.

Terima kasih juga yang udah nyempetin buat ketemu saya, Sarah, Tita dan Sayyid. Next time, temen-temen blogger Jabodetabek dan Mas Angga kita sempatkan berjumpa, ya! Harus! Maaf nggak bisa lama di Depok, nanti lah kita atur.

Terima kasih untuk satu pekan luar biasanya! J

Malah kegagalan ini bikin saya semangat buat ngelanjutin kerjaan yang seminggu ditinggal karena di Depok. Langsung dalam hati bilang, “Lomba boleh gagal, tapi kerjaan nggak boleh gagal apalagia sampai resign, grand launching website 21 Mei ntar juga gak boleh gagal!”
******
Yah, gitu lah cerita di Pekan Komunikasi UI kemarin, sebenernya ada cerita lain yang sempet disasarin taxi lah, ngapain aja di Depok dan hal seru lainnya. Di-keep aja jadi Part II biar gak kepanjangan ya. Semoga aja sempet :D Buat yang nanyain Mega ke mana aja kok nggak nulis di blog, padahal cuma ditinggalin satu bulan (CUMA???!) semoga cerita ini bisa menjawab ya.

Lagi nyiapin ini nih, doain yah! :'D
Ada yang bilang, “Emang kalau udah kerja atau sibuk yang lain jadi lupa sama blog sendiri.” Bukan lupa sih, tapi prioritas aja. Mau nggak mau harus ngembangin website impian sebelah yang bulan ini bakal launching di mana hal itu bukan hal yang mudah, terus harus nyelesein kerjaan buat modalin website tersebut juga (kalau nggak kerja nggak tau deh modalin pake apa) dan hal-hal lain yang semoga kalian bisa paham, yah.

Buat yang setia baca blog ini, terima kasih banyak! Bakal disempetin kok, cuma nggak janji, karena tahun ini bakal jadi tahun perjuangan kayaknya *ah elah*. Terutama buat kemarin yang udah nge-dm via Instagram, hai Lilik Fauziah! Nggak nyangka ada yang setia sama tulisan-tulisan dari saya. Kalau kangen, bisa ke ngalam.co/author/mega, tiap bulan ada 50 tulisan di sana (yaiyalah kerja) hahaha. Makasih ya Lilik! Semoga kapan-kapan bisa berjumpa!


Temenan ajah di Twitter atau Instagram, biar kalau ada post terbaru kamu jadi tau. Okaaay, sampai jumpa di lain cerita!