Foto dari Youtube The Domestic Geek Saya bukan lah seorang pejuang hal-hal yang berkaitan dengan ramah lingkungan, bahkan baru saja sa...

Enggak Take Away Tapi Pake Kemasan Take Away, Sebuah Kedilemaan Tak Kunjung Usai

Foto dari Youtube The Domestic Geek

Saya bukan lah seorang pejuang hal-hal yang berkaitan dengan ramah lingkungan, bahkan baru saja saja ditegur seseorang karena penggunaan sedotan plastik. Saking keselnya, saya sampai enggak lagi motret kopi dengan sedotan plastik. Saya lagi gak mau kena omel soal itu saja hahahaha.

Tapi ternyata kemasan plastik sempat bikin saya kesel, begini ceritanya.

Malam itu saya sedang berusaha mencari tempat untuk menulis. Pencarian tempat malam ini agak susah, karena saya sedang mencoba untuk ke tempat yang nggak itu-itu lagi. Malam ini, harus pergi ke sebuah tempat baru, begitu tekad saya berucap.

Beberapa waktu belakangan ini saya memang jarang pesan minuman dingin, kalau es kopi susu pun selalu yang di gelas (karena kebetulan saya gak pernah take away), jadi dosa pada bumi hanya soal sedotan. Saya lebih sering pesan cappuccino.

Pertama kali masuk, kedai penuh dengan manusia, tapi saya tidak masalah. Saya bisa baca buku dan menulis dengan keadaan seramai apapun, kecuali dalam kondisi lapar. Tapi di mana-mana saya hanya lihat kemasan plastik di setiap meja pelanggan. Sampai sini semua masih baik-baik saja, "Hmm kalau gitu aku coba tanya deh bisa gak yah pesan gak pake kemasan take away? Pake gelas ajah?"

Sampai lah pada bar untuk memesan.

Mega : "Mas, aku mau pesan es kopi susu tapi di gelas aja apa bisa?"
Masnya : "Hmm. enggak bisa, Mbak."
Mega :  "Oh, yaudah kalau gitu... coklat panas aja ya."
Masnya : "Oke."

Asumsi saya, coklat panas pasti di gelas, sebelumnya saya pernah pesan cappuccino di sini, dan pakai gelas. Lalu saya mulai lah mengeluarkan laptop dan buku, bermain hape sedikit, mulai membuka folder tulisan tanpa bertanya wi fi hanya karena malas bertanya.

Enggak lama, ada yang memanggil, "Mega!" Oh pesanan saya datang! Lho kok nggak ada yang pake gelas yah? Mas tersebut lalu memberikan kemasan take away minuman coklat. Eh apa kalau hangat juga pake kemasan take away yah? Eh enggak ding, itu ada esnya. Apa nggak salah yah?

Mega: "Mas, tadi bener yah saya pesannya dingin?"
Masnya: "Iya, Mbak."
Mega: "Ohhh, oke deh Mas, makasih."

Jackpot! Maunya gak pake kemasan take away dalam tujuan mengopi yang tidak untuk dibawa pulang, karena bakal lama di tempat. Sudah rela memesan yang hangat, karena es kopi susunya nggak bisa ditaruh gelas. Namun ternyata ~ Saya coba cek lagi struk yang saya punya, beneran 'Masnya' nulis 'ice'.

Salah menu memang sudah jadi barang lama, saya enggak pernah marah karena ini. Namanya juga orang kerja, ada capeknya, ada human error-nya. Tapi yang bikin saya kesel adalah... kemasan take away yang berlebihan.

Saya enggak akan menyebut nama kedai kopinya, karena sebenarnya ini bukan masalah pada satu kedai kopi saja. Ada beberapa yang memiliki kebijakan sama: semua menu yang dijual meski tidak dibawa pulang tetap dengan kemasan take away. Tapi malam ini, selain saya kurang tidur jadi gampang kesel, rentetan cerita di atas bikin saya memutuskan untuk menulis post kali ini dengan resiko tanggapan apapun yang akan muncul nantinya.

Saya bukan pejuang ramah lingkungan, saya orang yang juga cuek pada keselamatan bumi. Rasanya lebih banyak dosa saya pada bumi dibandingkan pada mantan-mantan saya. Tapi, menggunakan kemasan take away untuk pemesanan yang bukan take away itu menurut saya.. apa ya harus gitu banget? 

Apakah biar enggak investasi pada gelas dan biar enggak perlu dishwasher alias tukang cuci jadi kayak gini? Padahal di kedainya juga gak banyak menyediakan variasi menu, bahkan makanan hanya dua, dan saat satunya saya pesan.. habis.

Selain pertanyaan kenapa-semua-pake-kemasan-take-away, saat saya diomeli seseorang karena penggunaan sedotan.. saya sempat berpikir, seharusnya kafenya yang mulai berubah biar personalnya berubah. Seharusnya setiap tempat makan sudah mulai ke arah sana, jelas-jelas mereka yang membuat kenapa kita harus pakai kemasan take away plastik. Sudah menjadi tanggung jawab, bahwa setiap perusahaan bertanggung jawab atas dampak yang ia perbuat.

Tapi karena pejuang ramah lingkungan nggak punya kekuatan untuk menentukan kebijakan, banyak manusia yang mulia di luar sana yang memperjuangkan kampanye #zerowaste dengan sesederhana mengurangi penggunaan sampah plastik dari diri sendiri. 

Nah tapi ini, bukan malah mencoba mencari pengganti plastik yang tadinya kemasan plastik hanya untuk take away. Malah semua menu dingin, mau kamu nikmati untuk dibawa pulang atau enggak, pakai kemasan plastik. 

Plastik adalah kumpulan kedilemaan yang tidak pernah habis dan menyebalkan. Dan saya di sini, rasanya bosan jika harus menulis tentang rasa kopi dan ambience kedai kopi. Ada waktunya saya kesel sama hal-hal seperti ini. Tenang, bentuk kekesalan saya hanya dalam tulisan, tidak mengompori lainnya untuk tidak beli di tempat tersebut. Saya hanya mempermasalahkan penggunaan kemasan yang enggak pada tempatnya aja.

Toh, saya yakin orang-orang di luar sana lebih bijaksana dibandingkan saya yang hanya kurang tidur ini mengomel soal plastik di sebuah blog kecil ini. Dan waktu satu jam saya yang seharusnya nulis buku malah harus menulis postingan ngomel ini :( #Poor #Sad.

0 comments: