Hari ini aku mendapat kabar kalau aku menderita penyakit kronis bernama “hyper-independence” atau kelewat mandiri sampai tak pernah tahu cara minta tolong karena merasa tak butuh. Pemeriksaan pertama adalah ketika aku konseling untuk bertanya, “Kenapa aku terganggu saat ada istri kasih kode suaminya minta belikan sesuatu? Aku nggak suka lihat itu. Kenapa harus minta? Tetapi kenapa juga aku tidak bisa minta?”
“Karena ketika kamu kecil, kamu terbiasa memaknai kalau minta dibelikan sesuatu pasti nggak dituruti,” itu sebuah informasi baru untukku. Setelah sesi konseling pun, aku masih belum tahu apa penyakitku. Ini memang bukan penyakit yang bisa disimpulkan dengan satu kali pemeriksaan.
Semakin hari penyakit itu semakin parah. Aku bisa mual ketika suamiku membelikan baju untukku untuk pertama kalinya setelah 4 tahun menikah. Tubuhku menolak dan aku pun berusaha keras untuk bilang, “Aku mau beli sendiri.” Ketika akhirnya ia membayar bajunya, aku justru merasakan kekalahan.
Bukan hanya perkara baju, perihal makan pun juga. Ketika kami makan bersama dan suamiku baru gajian, ia bilang, “Aku saja yang membayar.” Tetapi aku justru menolak dengan tegas, “Tidak usah, aku saja.” Setelah makan aku pun kebingungan, kenapa aku menolak dibayari, sih?
Penyakit ini ternyata membuatku tak masalah pada relasi cinta yang menuntutku terus memberi dan mengerti sebab aku sendiri menolak untuk diberi. Penyakit ini juga seperti membuat mata, hati, dan otakku rabun pada bagaimana seharusnya aku layak dicintai. Jika seseorang memberikanku cinta yang sedikit, aku tak masalah, sebab aku terbiasa menerima sedikit bahkan tak sama sekali.
Aku kelewat terlambat menyadari penyakitku sampai semua sudah terasa terlalu menyakitkan. Aku yang terbiasa memberi, kini berusaha meminta. Lalu permintaan-permintaan kecilku terdengar jadi sebuah tuntutan karena aku sebelumnya tak pernah meminta. Atau barangkali aku meminta pada orang yang tak punya kemampuan untuk memberi apa yang aku butuhkan.
Sampai akhirnya kini tak ada lagi yang mampu kuberi. Sisa-sisa cinta yang ada akan kutanam, kuberi pupuk, dan kusiram untuk diriku yang ternyata kerap kulupakan bahkan kuabaikan.
0 comments: