Berkecimpung di dunia baru yang menyenangkan memang terasa membahagiakan, saking membahagiakannya yang namanya kebawa nikmat jadi bikin ter...

GETTING INSPIRED

Berkecimpung di dunia baru yang menyenangkan memang terasa membahagiakan, saking membahagiakannya yang namanya kebawa nikmat jadi bikin terlena. Terlena sampai bikin lupa waktu, lupa ada di zaman apa dan yang paling menyedihkan adalah ketika lupa sama tujuan awal hidup kita di dunia ini apa. 

Baru 2 minggu kemarin gabung di salah satu sistem bisnis yang baru, detik itu ditawari lusanya udah ikut gathering produk tersebut. Karena saya berkiblat dengan pepatah, 'Been There, Done That, Got T- Tshirt!', gak ada keraguan sedikit pun untuk gabung. Kesempatan itu dateng gak dua kali, cuma ada dua pilihan di jangka waktu yang tidak lama. Take it or leave it.

Dengan waktu yang tidak lama, jauh lebih dari cukup mensejahterakan isi dompet anak sekolahan yang kondisi ekonominya seperti saya (meskipun pada akhirnya kesedot buat ikutan seminarnya Ippho Santosa). Seiring berkembangnya isi dompet saya, berkembang juga jumlah pengunjung di blog. Perkembangan angkanya jauh banget dari yang sebelumnya, yang awalnya lebih dari 1200, sekarang? Nggak jauh- jauh dari 700an. Andai kata saya ini granat, triggernya udah kelepas dan beberapa sekian detik pasti udah meledak. 

Mungkin gara- gara terlalu sering berinteraksi dengan katalog- katalog produk yang saya jual, melayani segala karakter konsumen dan secara mendadak juga jadi sering nagihin utang, kayaknya inspirasi menulis cepat hilang secepat untung yang didapatkan dari produk yang udah terjual. Mampus.


Suatu waktu nyoba nulis, kerasa banget stuck in the moment- nya. Waktu udah nulis, hasil tulisan tersebut bukan seperti tulisan saya yang biasanya. Mungkin gaya nulisnya bukan kayak gaya- gaya nulis katalog yang super promosi abis sih, pokoknya bukan saya banget.

Bener- bener nggak bisa membagi waktu antara sekolah, organisasi, menulis sama bisnis. Kacau.

Gak ada jalan lain akhirnya mengirim pesan singkat ke Ayah yang isinya: 'Yah aku kok susah nulis ya.' Balesannya: 'Nah, kan. Kamu gak fokus sih.' Mampus, jrot banget. Cuma bisa bales, 'Kan ada orang yang bisa nulis sama bisnis.' Abis itu gak dibales. Krik krik krik *hening*.

Tapi untungnya jawaban datang dari senior saya:

'Aku juga, Meg. Katanya salah satu guru yang negur aku, ada sistem yang salah di antara sekolahku sama bisnis yang tak jalanin. Jadi, seharusnya gini. Emang sekolah sama bisnis itu jauh berbeda. Kayak misalnya gini, ada dua toko. Satu toko bangunan dan satu toko buku. Harusnya, ketika toko bangunan itu mengalami kenaikan, kenaikan di toko bangunan itu bisa membuat toko buku tersebut mengalami kenaikan juga.'

Setelah proses mencerna kata- kata yang sedikit rumit beberapa detik, akhirnya paham juga. Iya memang, bisnis dengan sekolah itu hubungannya hampir tidak ada. Tapi ketika bisnis kita mengalami profit yang sangat tinggi, seharusnya kebahagiaan itu bisa membuat kita bersemangat untuk meningkatkan perkembangan di sekolah. Bukan malah melupakan salah satunya. Begitu pula hubungan antara menulis dan bisnis yang menjadi permasalahan.

Bahagianya, pilihan terburuk melepas bisnis yang sudah dijalani bukan pilihan yang sepenuhnya tepat. Memang ada sistem yang salah, yang harus segera diperbaiki.


Di sini saya cuma mau kasih kabar kalau sebenarnya saya masih hidup dan saya masih mau meneruskan menulis. Terutama posting di blog, udah sebulan blog ini tertelantarkan. Doain aja sistem tersebut segera membaik, jadi saya bisa tetap menulis dan mengembalikan karakter menulis saya. Duh dimana ya......


Ada yang mau kasih saran?


2 comments:

  1. hai. :)

    coba deh baca ini dulu:
    http://m.kaskus.co.id/thread/52450b293fcb17f91c00000d

    kalau di bisnis kita belajar bahwa manajemen itu penting: harusnya kalau kita pinter memanajemeni sesuatu, kita juga pintar memanjemeni diri sendiri. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, marketing udah lumayan tapi masih lemah manajemen waktu, uang dsb.
      Makasih banget, bermanfaat banget :D

      Delete