Pagi itu nggak hanya dikejutkan dengan lensa kamera yang sebelumnya tersiram kopi dengan naasnya ternyata bisa dipake lagi, tapi menjad...
Parco Canteen: Gak Pernah Nemu Kopi Gak Enak di Melbourne
Tamasya Kedai Kopi di hari ketiga enggak berhenti sampai Seven Seeds Specialty Coffee , tapi lanjut ke Market Lane Coffee yang ada di Qu...
Market Lane Coffee, Mencoba Cappuccino dengan 'Hazelnut - Cherry - Apricot' Tasting Likes
Tamasya Kedai Kopi di hari ketiga enggak berhenti sampai Seven Seeds Specialty Coffee, tapi lanjut ke Market Lane Coffee yang ada di Queen Victoria Market. Arahnya agak berlawanan dari Seven Seeds Coffee, jadi saya seperti harus kembali ke apartment untuk bisa ke Queen Victoria Market. Tapi karena udara Melbourne yang dingin, jalanan yang relatif sama (enggak naik turun dan teratur), bikin jalan kaki sebagai traveler enggak bakal merasa cepat capek.
Saya : "Kalau di Melbourne, apakah penentuan kopinya sesuai dengan musim? Kalau
Menurut bucketlist Tamasya Kedai Kopi hari ketiga di Melbourne, sebenarnya ada Aunty's Peg atau Padre dan keinginan kembali ke Pa...
Seven Seeds Specialty Coffee, Beri Ruang Menghargai Kopi
![]() |
Meskipun drip, enggak bisa dibilang manual juga sih haha. Pouringnya udah pake mesin. |
Foto dari foodiotkk.com, sayangnya enggak dapet foto kartu ini yang proper. Dan kayaknya ketinggalan di apartment waktu mau lanjut ke Sydney :( |
Instagram: @7seedscoffee
Lokasi:
Sebenarnya udah dua bulan yang lalu pergi ke Melbourne dan Sydney, Australia. Tapi rasa sedih pengin balik lagi, sering banget mimpi ke M...
Susah Move On dari Patricia Coffee Brewers Melbourne, Australia
Ternyata ya bangunan berwarna hitam dan enggak ada tanda kalau dia Patricia Coffee Brewers kecuali di pintunya yang tentu saja dipenuhi orang antri membeli kopi itu lah tempatnya. Banyak banget yang antri sampai saya agak ragu, terusin pesan kopinya gak yah? Ikut antri gak yah? Banyak banget!

Lokasi:
Seorang teman pernah bertanya, "Apa beda kopi Indonesia dengan yang ada di luar negeri?" Sering saya berpikir, jawaban dari o...
Brother Baba Budan Melbourne, Mengenal Cappuccino di Australia
Setelah kemarin mencoba cappuccino di Brunetti, saya kembali memesan cappuccino di sini. Sekitar 4$ sudah bisa mendapatkan satu cangkir cappuccino dan bubuk coklat di atasnya. Melihat cappuccino yang di atasnya ada bubuk coklat bagi saya sebenarnya sedikit asing, karena jadinya mirip dengan mocha karena ada rasa coklatnya.
Sedang kalau cappuccino di Malang, Jawa Timur, tidak terlalu banyak yang punya cappuccino yang bener-bener enak. Anggap saja semua kopi itu enak, tapi kalau mencari yang bikin saya kembali lagi dan cocok dengan apa yang pengin saya coba, engggak semua punya. Karena di Malang cenderung cappuccino itu pahit, atau rasanya full kacang, atau ditambah sedikit asam. Nah jika dibandingkan dengan yang bisa keluar rasa caramel sweet, lalu ada rasa biskuitnya, atau rasa-rasa lainnya.. ya saya lebih suka yang rasanya rich semacam ini.
Notes.
Karakter cappuccino yang 'rich' bukan dari flavor tambahan. Tapi bergantung karakter biji kopi yang dipilih. Nah dari biji kopi tersebut lah yang memiliki rasa-rasa tersembunyi secara natural.
Tapi mungkin belum banyak yang memiliki preferensi rasa cappuccino yang seperti yang saya suka. Sehingga banyak kedai kopi (tidak semua) lebih banyak memilih apa yang diminta kebanyakan konsumen. PR selanjutnya, kalau di Malang, harga cappuccino di atas 20.000 IDR itu ya udah dianggap mahal, karena konsumennya banyak mahasiswa. Jadi untuk membuat cappuccino yang rich itu tadi enggak gampang kalau pakai biji kopi yang mahal tapi dijualnya murah.
Setelah menghabiskan waktu di Lygon St dan mencicipi cappuccino Brunetti yang cenderung caramel sweet, saya jalan kembali ke apartment ...
Gewürzhaus Melbourne, 350 Single Origin Herbs & Spices
Saya tidak tahu banyak soal rempah atau teh, tapi semoga foto-foto ini bisa membuat kalian terpenuhi rasa ingin tahunya atau bagi yang sedang akan ke Melbourne.. saya rasa wajib hukumnya dateng ke sini. Setidaknya untuk tahu begitu banyaknya rempah dan mencium aroma yang begitu spicy.
Ada empat jenis teh yang saya beli dari sana, ada Cold & Flu, Moroccan Mint Tea, Heavenly Good Luck Tea dan Alkalise & Detox Tea. Yang baru saya coba adalah Heavenly Good Luck Tea, rasa teh dan rempah yang begitu 'pedas' sekaligus 'hangat' bikin langsung jatuh cinta dan membelinya tiga kemasan sekaligus.
Saat di kasir, sempat ngobrol dengan kasirnya. Cerita sedikit kalau sebenarnya enggak sengaja menemukan toko ini dan belajar bagaimana membaca Gewürzhaus seharusnya. Dan makna dari Gewürzhaus adalah rumah rempah. Mba-mba kasirnya juga cerita kalau pernah ke Bali. Kalau menurut data, Australia adalah Negara yang sering datang ke Indonesia untuk berwisata. Jika tidak salah ingat, Australia urutan kedua setelah China. Bahkan Bapak supir taxi yang saya temui aja bilang kalau baruuuu aja dari Bali. Cerita dua orang ini membuat saya termotivasi apapun pekerjaannya, traveling is a must!
Di Gewürzhaus juga yang membuat saya menyimpulkan secara cepat, orang-orang Melbourne baik-baik doooong. Mereka akan memastikan kita sudah ditanya: butuh bantuan apa? Kalau kita bilang cuma mau lihat-lihat, mereka akan jawab: oh ok, kalau butuh bantuan bisa ke aku ya. Ini sih salah satu yang bikin kangen Melbourne.
Suatu saat nanti, pasti kembali ke Melbourne, dan pastinya kembali datang ke Gewürzhaus. Pasti :)
Gewürzhaus Herb & Spice Merchant
Instagram: @gewurzhaus
Website: https://gewurzhaus.com.au/
Location:
Temukan Penulis
biasanya penulis lebih banyak mengoceh di sini