Udah tau kapankamunikah.com belum?  Beberapa teman-teman yang follow akun media sosial saya pasti tahu apa kapankamunikah.com. Sengaja...

STARTUP: Gimana sih Cari Tim yang Solid?

Udah tau kapankamunikah.com belum? 
Beberapa teman-teman yang follow akun media sosial saya pasti tahu apa kapankamunikah.com. Sengaja saya nggak pernah cerita di blog ini, alasannya beragam. Masih malu-malu aja untuk diceritakan di sini, belum ada apa-apanya dan belum tepat aja waktunya.

Kemarin, 21 Mei 2016 memang sudah launching, kami membuat sebuah event bertajuk “Nikah? Mulai dari Nol, Ya!” Entah kenapa belum ingin aja menulis cerita, kemarin sudah sih bikin video di Youtube. Tapi buat saya, menulis itu lebih syahdu dan krusial daripada bikin video.

Di sini mau share sedikit soal beberapa hal yang penting dalam membangun sebuah startup, khususnya gimana sih cari tim yang solid. Tulisan kali ini cocok banget buat yang awam dunia startup tapi sudah atau akan memulai. Karena ‘startup’ itu sekarang identik dengan keren-kerenan, semoga teman-teman tidak terjebak di sana. Artikel ini untuk sharing aja lho ya, bukan untuk niat yang lain, kalau ada salah monggo dikoreksi. 

Tim acara Nikah Dari Nol. Makasih Firda yang selalu punya ide keren, Sheren Dyo Dinar yang udah mau direpotin untuk jadi tim event jangan kapok lho ke depan akan lebih baik insyaAllah, Mas Fito dan Mas Juned makasiiih sudah jadi MC dan Mas Sandie keluarga sudah selalu ada di balik kapankamunikah.com dan mengikuti up & down-nya.
Bukan soal siapa saya, tapi apa kemampuan dan kontribusi yang bisa saya berikan.

Mungkin sudah budaya Indonesia yang selalu menekankan value atau nilai, berbeda dengan Negara barat yang lebih menekankan pada ‘sudah menciptakan apa’. Kadang, para pembuat startup ini hanyut dengan sebutan ‘founder’ ‘CEO’ ‘CTO’ ‘CMO’ yang sebenarnya embuh artinya apa dan jobdesknya apa. Pokoknya keren!

Saya selalu ragu untuk menuliskan label di media sosial (kecuali Linkedin), hingga pada akhirnya saya diminta oleh Mas Sandie (pembicara di Nikah Dari Nol) untuk menuliskannya. Saya udah jawab, “Kok masih sungkan ya, Mas.” Tapi didorong terus untuk percaya diri. Akhirnya saya gunakan tapi nggak lama setelah itu, saya lebih nyaman dengan ‘Make movements with kapankamunikah.com’.

(Ya meskipun ada sih yang bilang saya maunya diakui blablabla, tapi yowes mereka gitu itu gak pernah konfirmasi ke saya toh gimana ceritanya, semakin dipikirin semakin pusying, jadi ya dibiarkan saja).

Kalau dibilang CEO, saya juga nggak terlalu merasa sebagai CEO, kadang saya berpikir bisa nggak sih sebutan ini diubah menjadi ‘director’ aja biar nyaman. Tapi kayaknya makin ruwet hahaha, nggak jadi deh. Yang saya maksud di sini, bukan soal kita sebagai siapa, tapi udah merasa pantas belum jadi ‘CEO’ atau sebutan lainnya? Semuanya tuh ada ilmunya nggak hanya ‘nama’, makanya saya nggak akan pernah bosan untuk beli buku tentang startup, bisnis, ngepoin para penggiat startup, baca berbagai macam media dan sebagainya.

Kadang, ini juga jadi masalah dalam mencari tim, pasti ingin tim yang bisa diajak berproses dengan kontribusinya, bukan sekadar ‘pokoknya keren’. Buat saya, caranya simpel sih, lihat aja sudut pandangnya terhadap IP (kalau kuliah ya). Apakah dia pengejar IP sejati atau berusaha mendapatkan yang terbaik dengan benar-benar menuntut ilmu? Gimana cara lihatnya?

Tanyakan temannya, dia di kelas ‘aktif mengikuti kelas beneran atau hanya cari muka ke dosen’. Kalau memang dia aktif beneran di kelas atau dia nggak aktif di kelas tapi giat belajar sesuatu di luar, itu artinya dia bisa diajak berproses, jadikan partner kalau bisa dan cocok secara kepribadian. Kalau hanya cari muka ke dosen, sebaiknya jangan dimasukkan tim, yang dibutuhkan hanya 'nama'. 

Atau bisa dilihat dari track record-nya dalam berkarya apa yang ia kuasai. Apakah hanya sekadar mengikuti trend, atau benar-benar ada passionate di dalamnya. Mau terus belajar, berbagi, konsisten terus meskipun badai menghadang. Halah.

Ini hitungannya startup yang masih nol putul lho ya. Gak punya apa-apa kecuali tim yang kuat. Selain itu, bisa dengan gimana sih interest-nya dia dengan startup ini. Sejak launching kemarin, saya mulai lebih pemilih, lebih pemilih daripada cari pacar deh.

Saya nulis ini berdasarkan kebanyakan kasus sih, nggak dari pengalaman pribadi banget. Tapi kadang saya bisa ngelihat sudut pandang IP-nya gimana dengan progress yang didapatkan. 

Kalau kapankamunikah.com selalu berusaha untuk mengajak teman-teman untuk sadar bahwa pernikahan ada ilmunya, saya juga sedang disadarkan develop tim ada ilmunya, salah satunya: trial & error. 
Memang startup yang nol putul, tapi jangan lupa kontrak kerja.

Ini adalah kesalahan fatal yang saya perbuat, mampus lah Mega. Kontrak kerja adalah satu poin penting dalam merekrut siapapun untuk menjadi bagian apapun. Ketika ada perjanjian di awal yang sebatas obrolan dan target yang terdistorsi dengan berbagai noise lalu tidak ditulis dalam kontrak kerja.. mati saja lah. Akan ada rasa sungkan ketika target yang tidak terpenuhi, banyak bawa perasaan dan penyelesaiannya jadi rumit. Kalau udah ada kontrak, semuanya jelas, kamu ngapain, dapet apa, harus nerima konsekuensi apa, dsb. 

Startup kecil nggak akan jalan ketika yang punya nggak menerapkan kerja professional, kerja sesuai target, kerja sesuai deadline, kerja sesuai apa yang seharusnya dikejar. Fatal deh pokoknya, jangan lupa kontrak kerja, agar jelas siapa kamu dan siapa tim, jobdesknya apa aja, sanksi dan perjanjiannya apa.

Saya akhirnya mencoba adaptasi dari tempat saya kerja dan contohnya di berbagai sumber. Buat yang nggak paham dengan Surat Perjanjian Kerja dan Surat Keterangan Kerja, monggo, boleh leave comment di bawah ini. Saya coba kirim ke e-mailnya, karena kerja atas nama pertemanan bikin super repot deh. 

Jangan ngawur milih partner.

Memilih partner bisnis atau startup itu harus lebih pemilih daripada cari pacar. Kalau pacar ada yang bisa mengalah dan penuh pengertian serta kasih sayang, kalau bisnis ya beda. Kerja dengan penuh suasana positif tapi ya jelas duitnya siapa, haknya siapa, semuanya kudu jelas.

Sejak awal kapankamunikah.com ada, tahun 2014, saya nggak pernah rekrut siapa pun. Waktu itu saya masih SMA dan maklum kan kalau nggak berani develop tim? Saya juga sadar diri, mengatur diri sendiri aja belum bisa, memahami pola startup yang main di konten gimana, sampai akhinya di tahun 2016 saya berani karena saya sudah kerja juga di ngalam.co jadi bisa belajar banyak mekanismenya.

Yang saya lihat waktu kemarin memilih partner adalah: kompetensinya saja. Saya belum lihat secara luas lagi. Menurut saya, jadi partner itu harus ‘cocok’. Cocok dari segi pandangan, langkah ke depan, kepribadiannya sejalan atau paling enggak melengkapi, ya buat saya itu. Kadang si dia yang punya kompetensi bagus, gak bisa cocok sama kita, cocoknya sama orang lain, ini kalau partner lho ya, kalau karyawan beda lagi.

Kemarin saya gagal menjalin kerja sama dengan partner, kontraknya gak ada jadi gak kekejar lah targetnya. Terus saya cukup egois, nggak mau melihat secara luas, harusnya nggak berhenti lihat: "Dia jago di apa sih?" tapi harus kembali melihat apakah kepribadian, visi misi, cara berpikir, cara bekerjanya bisa sejalan sama kita sebagai partner. Sebenernya dia jago banget, kreatif banget, tapi yang namanya partner harus sejalan, kadang saling melengkapi pun nggak bisa. 

Beberapa cara yang bisa kamu adaptasi untuk menentukan siapa partner atau tim terbaikmu:
  • Pertama, kemampuannya apa, apakah saling melengkapi atau enggak.
  • Kedua, coba beberapa kali meeting dan ngobrol soal pemecahan masalah, sejalan nggak
  • Ketiga, paling penting, coba tanyakan ke teman-teman yang ada di sebuah tempat yang sama dengan dia mulai kampus, tempat kerja, tempat nongkrong, semuanya deh kalau bisa.
    • Coba tanyakan dia orang yang seperti apa, mungkin saya bisa dicerca, "Kok menilai apa yang diomongkan orang yang belum tentu benar?" Nah ini, jangan tanyakan di satu tempat saja, kalau bisa dua hingga tiga.
    • Agak susah sih menguliknya, apalagi mereka yang luar biasa polos. Awalnya orang ini cuma memberitahu sedikit, tapi ketika saya sudah kena masalah dan urusannya sudah selesai, semuanya diceritain. Jadi harus sabar pelan-pelan, daripada terburu-buru di awal tapi belakangnya berantakan.
    • Ketika beberapa kabar sudah terkumpul, telaah mana yang netral mana yang terbawa emosi. Kesimpulannya gimana, rata-rata gimana, apakah dia seseorang yang punya kerja tim yang baik atau bukan.
Mungkin langkah ini sedikit repot kalau hanya untuk cari tim tambahan, bukan tim inti. Kalau sekadar di luar tim inti, cukup cek aja sih media sosialnya, ini biasa sih diaplikasikan di beberapa perusahaan. Tapi bukan berarti karena ini kalian jadi pencitraan di media sosial, cukup memfilter saja. 

Bahkan, ada media partner di Malang yang cukup besar sensitif dengan orang yang waktu wawancara dianterin pacarnya. Indikasinya satu sih: nggak mandiri. Kalian ada cara lainnya nggak? Yuk leave comment di bawah!

Anyway, saya sekarang punya banyak partner kok. Mbak Ardien sebagai contentwriter dan tiga tim lainnya yang masih dikulik nih CV-nya. Semoga saya banyak belajar dari yang lalu-lalu agar semakin cakep ya tim kapankamunikah.com

Ada satu hal lagi sih, harus jujur.

Jujur akan apapun, jujur dalam hal jobdesk, duit dan segalanya.

Saya merupakan orang yang terus belajar soal leadership dan develop tim, rasanya sangat naif sekali ketika saya mendeklarasikan kalau, “Si doi gak jago memimpinnya, gua nih yang paling jago.” Kalau saya bilang seperti itu, saya siap dibegoin orang sekampung deh :p. Ini pun masih trial & error, doain ajah. Tapi, semoga tulisan ini bisa bemanfaat buat teman-teman yang kebingungan develop tim, semoga sih gak ada yang parah kayak saya deeeh. Buat yang jago, kasih saran dan tambahan tips lainnya ya! Ditunggu!

Akan ada tulisan tentang startup di sini, terus tungguin ya, kalau diminta cerita asal muasal kapankamunikah.com, gak mau ah, capek. Capek ngomong asal usulnya terus, mending ngomongin ke depannya nih gimana. Doain terus dan tunggu cerita terbaru, terakhir, terima kasih sudah membaca ya.

14 comments:

  1. Sukses ya Kak Mega buat startup-nya ^^ Worth to read dari sekarang nih lamannya biar dapat ilmu supaya matang buat menikah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih yaaaa. Terus doakan :"D Alhamdulillah, semoga terus bermanfaat :)

      Delete
  2. Berarti udah khatam dong sama bukunya Eric Ries sama Anis Uzzaman? Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anis Uzzaman udah kelar sih, kalau Eric Ries ampun dah belom xD Yg paling penting sih gabaca sampe abis, tapi baca sampe pahamnya itu lho :(

      Delete
  3. Wah sukses terus ya kak :D Inspiring euy :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Arifinda, anyway makasih ya emailnya :) Aamiin, terus doakan ya, semoga doa baik akan kembali :)

      Delete
  4. 2014 masih SMA sekarang masih kuliah ya?

    stay humble emang yang terbaik kalo kita sudah menghasilkan sesuatu. good job deh buat kamu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sekarang masih kuliah.

      Iyaa, dan melatih untuk humble dan ga gede kepala haruuuus terus. Kepada siapapun biar tetep berkah semuanya. Makasiiiih, sukses ya buat kamu :)

      Delete
  5. Bener Kak.
    Aku juga setuju lho yang soal interview di antar pacar. Karena pernah mengalami sendiri ada yang mau interview tapi malah di anterin. Mana yang nganterin ikut masuk & ikut promoin yang diinterview. Kesannya jadi aneh.
    Huhuhu...

    Sukses terus kakak!

    Anyway,
    Jika berkenan, main2 ke blogku juga ya Kak.
    Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Serius? Kok menggelikan? XD
      Aku secara pribadi emang tipe orang yang lebih suka orang yang mandiri meskipun tetap punya pacar sih hahaha. Tapi yang kamu ceritain itu parah sih xD

      Siap, pasti berkunjung balik. :)

      Delete
  6. Tapi bener sih Meg, yang paling susah itu nyari tim yang punya satu misi gitu. Even sekarang aku berkutat dimasalah itu wkwkwwkwk :""

    ReplyDelete
    Replies
    1. Visi misi sebenernya bisa terus disampaikan, tapi ya gak segampang itu juga yak bagi yang newbie. Cari orang yg baik Mift, biar segalanya jadi baik, kadang ide baik yg dieksekusi dgn kepribadian yg gabaik sama aja berantakan sih. Atau mungkin ini pandanganku semata xD

      Delete
  7. "Karena ‘startup’ itu sekarang identik dengan keren-kerenan, semoga teman-teman tidak terjebak di sana." Yeah ini bener banget hahah :v

    Kebanyakan orang yang memulai terus terlalu berangan-angan punya startup itu sesuatu yang keren mereka udah salah besar. saya punya beberapa teman yang kayak gitu, pas udah dijalanin malah pusing sendiri.

    SUkses kak dengan startup nya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau udah niatnya karena keren susah sih mau nerusin, harus penuh perjuangan. Halah sotoy bener wkwkwk. Iyaaa makasih banyaaak, sukses juga untukmu :)))

      Delete