Pake make-up sebuuruk itu kah? “Make-upnya tebel banget sih, kayak tante-tante aja.” “Make-up tebel ntar luntur, kasihan pacarnya k...

Perspektif Make-Up, Nyinyir itu Udah Gak Keren Lagi


Pake make-up sebuuruk itu kah?
“Make-upnya tebel banget sih, kayak tante-tante aja.”
“Make-up tebel ntar luntur, kasihan pacarnya kalau tau wajah aslinya.”
“Untung bukan mbak-mbak yang harus repot gincuan dulu sebelum jalan-jalan.”
“Mending uangnya buat beli buku dan masak.”
“Bibirnya itu udah kayak makan gorengan aja.”
“Muka terus yang diperhatiin, otak itu lho yang harusnya dipoles.”

Banyak kalimat-kalimat yang menurut saya cukup jahat yang dilontarkan untuk para pengguna make-up atau make-up geeks. Agar tidak salah paham juga, saya pun sempat berada di dua posisi: saat sangat tidak kenal make-up dan pernah nyinyir pengguna make-up lalu akrab dengan make-up sampai setuju dengan ungkapan ‘satu lipstik aja gak cukup’.

Saat ini saya ada dalam fase sangat tidak cukup dengan satu lipstik, gatel mau beli lipstik ini dan itu. Fase ini membuat saya kemudian sadar, bahwa make-up gak seburuk itu. Ditambah lagi, saya doyan nonton beauty vlogger yang punya berbagai perspektif dalam make-up yang membuat saya semakin menghargai betapa dia suka make-up dan berbagai karakter make-up dari make-up artist.

Selain itu saya dikenalkan dengan banyak orang baru dengan pemikiran berbeda, mulai dengan memiliki pandangan terhadap Tuhan yang berbeda, orientasi seksual yang berbeda dan entah kenapa tidak satu orang saja yang dekat dengan saya, orientasi romantis yang juga berbeda dari normalnya, diskusi soal feminisme yang sebenenrya saya paham gak paham dan berbagai keberagaman lain yang membuat saya memutuskan: nyinyir itu udah gak keren lagi.

Di sini lah saya mau cerita soal nyinyir itu udah gak keren lagi dari satu perspektif saja, soal make-up. Setiap orang pasti punya prinsipnya masing-masing, sama halnya dalam make-up.

A: “Karena satu lipstik gak cukup.”
B: “Pake bedak aja udah cukup.”

Dua prinsip ini sama sekali gak masalah, semua punya prinsip masing-masing dan itu pilihan. Tapi yang jadi masalah adalah ketika setiap orang mempertahankan prinsipnya, mau menyadarkan orang bahwa prinsipnya benar dengan menjatuhkan prinsip orang lain. Semua orang jadi sibuk mengurusi kehidupan orang lain, seperti nyinyiran pada awal saya cerita.

A: “Karena satu lipstik aja gak cukup, daripada kelihatan pucet dan kusam kayak gitu coba.”

B: “Pake bedak aja udah cukup, daripada uangnya buat foya-foya kayak gitu, mending buat beli buku.”

Entah bawaan manusia yang lebih suka dengan mempertahankan prinsipnya seperti ini atau gimana, saya gak tau. Sebenernya pemikiran ini sangat boleh diutarakan, tapi bagi diri sendiri aja, menimbang mana yang lebih baik dan tidak bagi kehidupan sendiri. Gak perlu di media sosial atau bahkan nyinyiran langsung.

Membanding-bandingkan tidak sekeren itu, let’s people enjoy their life dengan pilihan-pilihan yang dia ambil. Selama itu gak mengganggu kita ya ngapain diurusin, selama itu gak mengganggu kemaslahatan umat ya ngapain dipikirin? Yang malah bikin orang tersinggung dan rasa menghargai semakin berkurang di lingkungan kita.

Caranya sebenernya sederhana aja sih, ketika kita bertahan dengan satu prinsip dan gak suka dengan prinsip orang lain, jangan benci prinsip orang lain itu. Kenali lebih jauh prinsip orang lain tersebut, kaji dari sudut pandang tersebut. Kalau di make-up nih…

Kenapa sih para cewek suka banget memoles wajahnya dengan make-up?
Orang yang pake make-up dianggap sedang berusaha membuat orang lain banyak yang suka karena terlihat cantik, padahal gak semua lho. Ada juga yang suka make-up karena dia suka seni menyampurkan warnanya. Atau ada juga yang suka make-up karena dia suka gimana apply semua itu di wajah. Bahkan ada juga yang makin pede hanya dengan warna lipstiknya.

Mungkin bakal ada yang nyinyir lagi, “Pede kok karena warna lipstiknya.. ya pede karena diri sendiri, dong.” Bukan berarti dia pede karena pake lipstik terus dia gak suka dengan dirinya sendiri kan? Atau, dia pake make-up bukan berarti gak suka beli buku kan? Lagian ini kalau diurusin tuh gak ada manfaatnya. Let’s people enjoy their life.

Kalau saya sih suka make-up karena asik aja applying-nya dan semua orang punya imperfect dalam wajahnya masing-masing.  Saya pake make-up biar kelihatan seger aja, biar orang gak lihat saya capek, ya gini kalau bukan morning person dan suka begadang hahaha.

Gak perlu mempertahankan prinsip dengan menjatuhkan prinsip orang lain. Let’s people enjoy their life.

Dimulai menghargai hal sekecil ini, nantinya akan lebih berkembang dengan menghargai dan memiliki pola pikir lebih luas lagi. Toh menjadi seorang pribadi yang penuh dengan rasa nggak suka, nyinyir dan kebencian rasanya tak se-membahagiakan itu. Lebih enak mana menjadi seorang pribadi yang selalu menghargai orang lain dan menciptakan kedamaian?

  • Menjadi make-up geeks yang menghargai seseorang yang memang lebih suka wajah naturalnya.
  • Menjadi seseorang yang tidak suka mengoleksi make-up dan menghargai orang yang suka pake make-up karena ternyata hal itu lah yang menjadi passion-nya. Bila ada temannya yang alisnya kayak Sinchan, ya diingatkan baik-baik, bukan dinyinyirin, malah kalau bisa diajarin bikin alis.

Cara menghargai seperti ini akan membuat kita lebih hati-hati menyampaikan opini dan menghindarkan dari pribadi yang arogan. Pelan-pelan, kita akan belajar menghargai kasus-kasus dan permasalahan yang lebih luas lagi. Saya pun terus belajar agar menjadi seseorang yang terhindar dari pribadi yang selalu mengurusi keputusan orang lain dan belajar menjadi seseorang yang ada dalam pikiran positif. 


Tapi kalau kita yang dinyinyirin, yaudah senyumin aja. Jangan sampai satu kesalahan dia bikin anggapan kita ke dia jadi buruk sepenuhnya. Gak adiiiil doooooong. 

Udah lah, nyinyir itu udah gak keren lagi. Kayaknya lebih asyik menghargai pilihan orang lain, memandang secara luas agar diri ini terbebas dari kebencian, serta menebarkan kedamaian untuk dunia ini. Tapi, buat kalian yang gak setuju dengan hal ini, mari kita diskusikan di kolom komentar, ya! :D

16 comments:

  1. Aiiiih sedap sekali tulisannya! Sama deh kita. Aku juga lagi dalam fase "kok mascaranya kayaknya bagus ya... tapi lipstiknya belum punya warna itu..." terkadang akupun masih suka nyinyir walau sedikit sama orang yang pagi-pagi sempet-sempet catokan tapi toh, mereka juga yang cantik. Iya ini juga sebenernya masalah prioritas sih, Meg, menurutku. Aku make up beli, buku juga beli Hehehe. Kalo suka, mah, duit kayanya bisa dialokasiin yah.
    Aku setuju sama kata-katamu kalau orang yang pake make up itu nggak melulu caper hehehe. Aku juga merasa lebih pede dan seger saat pakai bedak dan lipstik dan itu membuatku sangat bahagia menjalani hari. Jadi nggak bete deh kalo liat muka enak dipandang. Ini persepektifku dari pemakai sih, temen-temenku juga banyak yang nggak pake karena mereka merasa lebih pede memang kalo nggak pake make up. Kembali ke masing-masing memang. A very enlightening post cantiiique. Keep it up!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, kembali ke masing-masing orang dan setiap orang yang punya pendapat berbeda musti banget menghargai :D

      Delete
  2. Kata Si Juki sih, " Jadilah yang teratas tapi bukan dengan menginjak kepala orang lain. Jadilah yang tertinggi tapi bukan dengan mencuri tangga orang lain."

    Semua orang berhak punya prinsip dan sah-sah saja jika ingin orang lain punya prinsip yang sama dengannya. Yang penting penyampaiannya tidak membuka orang lain terluka.

    Pake make up juga sah-sah saja asal tidak berlebihan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 'Berlebihan' itu relatif sih Mas, ada juga yang kita anggap berlebihan tapi dia anggap biasa aja. Kalau aku tak masalah dgn seseorang yang pake makeup full ketika itu yang membuatnya nyaman asal tak mengganggu ornag lain :D

      Delete
  3. Nice post Mega hehe udah lama nggak main ke blogmu tau2 jadi bagus gini layoutnya. Iya aku juga setuju. Aku juga mulai masuk fase yang demikian. Dan bener, yang mulanya ngeliat orang kayak: apaan sih mau keluar bentar aja ribet banget sama muka. Dan sekarang kita sendiri justru:bentar deh, tadi udah pake lipstik belum ya?
    Juga buat poin nyinyir menyinyir, kamu selalu menekankan di situ bahwa let's people enjoy their life. Bener bgt, nyinyir udah ga ngetren. Kudunya berupa nasihat yang membangun, ga hanya skedar nyinyir tanpa solusi. Mantap.
    Anyway itu fotomu matanya keliatan agak merah meg :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, terima kasih! :D
      Hahaha iyaaaa, sekarang harus menyediakan waktu sendiri untuk dandan....

      Iya eh.. matanya merah, tapi gak ada foto lagiii. Maafkan ya :')

      Delete
  4. Kini kumengerti bahwa wanita kodratnya memang demikian. Merasa butuh untuk memperhatikan dirinya, merawat, memperindah, dan itu sangat wajar coyyyy. Dikata endel dan kemayu, itu bergantung sama perspektif orang yang melihat.
    Kalau dulu-dulunya kita cuek sama penampilan, bodo amat sama yang namanya bibir pucat, ya karena kita belum nyampe pada "masanya". Sekarang kan udah batas akhir teenager lah ya, masanya ketemu jodoh ahhhmmm. Sedikit atau banyak, penampilan kita kan menjadi penilaian juga. Kiranya kita sudah paham lah, mana yang pantas atau tidak untuk diri sendiri. Keep enjoy ur life! xixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan kodrat juga sih Ce, ada juga yang sampai dewasa lebih nyaman dengan nggak pake apa-apa di wajahnya :D Tapi setujuuu laaah dnegan keep enjoy our lifeee~

      Delete
  5. Aku gak setuju Meg kalau kau menuliskan "let's people enjoy their life", yang bener itu "let people enjoy their life" without 's', dan menurutku akan terdengar lebih enak kalau ditambahin kata other setelah kata let (sok-sokan jadi grammar nazi). let's itu berarti let us, selain itu hanya digunakan untuk 3rd person present singular.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekaligus mau menanggapi dan menanyakan tentang persoalan yang sama. Dalam hal 'blogging', apakah penggunaan kata baku dan tata bahasa yang baik masih diperlukan? Seperti beberapa posting-an Mega yang sebelumnya, ada kata praktek yang toh seharusnya menggunakan praktik. Dan untuk penggunaan let's ini... terkadang membuat para grammar nazi merasa trigerred untuk berkomentar.
      Tapi so far, artikel nya bagus :)... Way to go Gurl!!!

      Delete
  6. sebenernya, yang kebanyakin nyinyir itu ada rasa iri di hatinya. biasanyaa sih...

    btw, kamu capek kah meg? matamu kok merah?

    ReplyDelete
  7. bener banget Mbak Meg. Sekarang aku mah cenderung bomat alias bodo amat sama orang yang nyinyir tentang make up aku huehehe. saling menghargai aja biar dunia makin damai sejahtera. jempol sepuluh buat postingan ini~~

    ReplyDelete
  8. aku bukan tipe cewek pesolek, maksudnya gak pernah pake mekap mekap gitu lah, bedak aja bisa diitung setaun berapa kali doang makenya, itu juga musti dipaksa dulu sama mamah, tapi ya kalo liat temen-temen yg pada suka dandan ya biasa aja sih, gak suka protes atau nyinyir nyinyir gajelas. kecualiii, kalo dandannya medok kaya mau kawinan baru saya nyinyir, ya kali kan mau maen doang, daripada dia sepanjang jalan jadi omongan orangmending saya dulu yang ngomongin.
    Setuju lah, saling ngehargain pilihan orang, mau full mekap dari bangun tidur sampe merem kek, mau enggak kek, idup-idup dia si.

    ReplyDelete
  9. Nyinyir dan kritik menurut gua mesti tetap ada, asal tetap ada batasnya. Soalnya kalo semua orang gak mau dikritik ya gimana bisa jadi pribadi yg lebih baik. Jangan sampe kita jadi generasi anti kritik dan takut dinyinyir. Hidup emang penuh konsekuensi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asik dapat sudut pandang baru. Benar sekali, mungkin lebih ke cara nyinyirnya ya. Kadang kesel juga dinyinyirin tapi nggak kasih solusi. Semacam, "Daripada tukeran coklat, mending tukeran buku nikah." Tapi nggak kasih solusi gimana caranya nikah, mantepin mental, dsbnya. Orang kritik tuh gampang, tapi orang yang bener-bener kasih impact masih susah. Berani kritik tapi diri sendiri belum baik kan juga beban di kita, dikritik orang yang ngga sepenuhnya paham kan juga kesel.

      Nah kayak mas ini nih, bisa sampaikan pemikiran dengan baik, ada alasan logis, engga asal kasih pernyataan. Terima kasih banyak yah! :)

      Delete