[KOLING JOGJA] Yang saya percaya, kedai kopi atau bahkan kopi keliling akan selalu bisa bercerita dengan cara yang berbeda. Foto: Sophia M...

Koling Jogja, Menikmati Budaya Kota di Setiap Cup Kopinya

KOLING JOGJA
[KOLING JOGJA] Yang saya percaya, kedai kopi atau bahkan kopi keliling akan selalu bisa bercerita dengan cara yang berbeda. Foto: Sophia Mega

Sederhana yang menjadi alasan datang dan mencari di mana Koling Jogja berada, menemukan di explore Instagram. Mencari kedai kopi dan akun kopi menjadi salah satu rutinitas di beberapa waktu tertentu. Tak perlu membuang waktu untuk sekadar memencet follow dan menuliskannya pada deretan list kedai kopi yang belum sempat didatangi saat menemukan sebuah tempat penyeduh kopi yang rajin ‘bercerita’.

Bercerita tak selalu dengan caption panjang di akun Instagram-nya, seperti Koling Jogja. Mereka memang cukup rajin bercerita tentang bagaimana tantangannya menyeduh kopi dengan konsep berkeliling dari satu ke tempat lainnya dengan jujur dan bahasa yang sederhana. Tapi Koling menyampaikan cerita dengan cara yang berbeda.

Kami—saya dan Arif, datang ke Bank Indonesia Jogja untuk mencari Koling—Kopi Keliling Jogja. Awalnya saya agak putus asa, apa iya bisa menemukan Koling di sini? Berdasarkan post Instagram, mereka memang terakhir berada di sini, tapi dengan lokasi yang cukup luas dan dipenuhi bis-bis besar… saya hanya berharap berhasil menemukannya.

Kopi Keliling Jogja
Kopi Keliling Jogja. Foto: Sophia Mega
Ternyata ada! Tepatnya di balik bis besar. Ketika berhasil menemukannya, saya spontan mengatakan, “Lah iniiii!” Sampai membuat Mas Asep ikut menyapa, “Nyariin toh Mbak?”

Booth keliling punya desain yang mewah dan asik banget bagi saya, ada beberapa menu yang bisa kita nikmati. Ada Kopi Arabica 10K, Robusta 6K, Blend (Murni 6K, Susu 10K) dan V60 (Arabica 12K, Robusta 8K dan Blend 10K). Awalnya ingin membeli Blend Susu, tapi Arif langsung menyela, “Aku beli Blend Susu, kamu V60 aja.” Emang suka gitu nih anak huhuhu. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli V60 Blend.

Bahasa dari menunya memang begitu sederhana. Kita tidak perlu memilih jejeran single origin, tak masalah, karena treatment melayani penikmat kopi di jalan dengan di kedai tentu berbeda. Apalagi tujuan dari Koling sendiri agar segala kalangan bisa menikmati kopi, siapa pun yang mereka temui di jalan.

Membuat foamed milk-nya pun manual seperti ini. Foto: Sophia Mega
Setelah balik dari Koling, melalui Whatsapp saya ngobrol dengan Mas Dayu—pemilik Koling. Tanpa berpikir, Mas Dayu langsung memberikan kontaknya. Padahal saya hanya blogger biasa yang ingin mendengar cerita dari berbagai kedai kopi di Indonesia (penginnya sih gitu).

Mendengar ceritanya, ah makin jatuh cinta dengan kedai kopi dengan apapun konsepnya namun dibangun melalui passion, bukan sekadar memanfaatkan pasar yang lagi doyan-doyannya menyeduh kopi. Jatuh cinta karena mereka selalu punya cerita, selalu punya pesan yang ingin disampaikan melalui kopinya.

Mas Dayu sempat menyampaikan tentang harapannya mengenai budaya mengopi di Indonesia, “Budaya itu butuh proses dan proses itu bukan hanya melalui kedai, melalui jalanan yang menyapa semua orang. Koling dimulai di jalanan.”

Waktu saya datang, yang sibuk menyeduh ada Mbak Fatimah dan Mas Asep. Foto: Sophia Mega
Mas Asep dan Mbak Fatimah sibuk menyeduh, saya sibuk memotret dan melihat pelanggan lain menikmati kopi dengan cara yang lain. Agak susah lho menemukan kopi dengan kualitas baik di tengah keramaian, kalau di tempat semacam Bank Indonesia Jogja (sangat dekat dengan Malioboro) ya paling kopi sachet adanya. Saya tergelitik menahan tawa ketika ada anak kecil melihat toples berisi biji kopi lalu bilang kepada temannya, “Ini lho, kacang.”

Duh, Deeeek hahahaha, polos banget.

Serius amat sih... Foto: Sophia Mega.

Melihat Bapak-bapak yang mungkin tak terlalu akrab dengan kopi Arabika lalu memesan kopi Robusta. Atau gerombolan Bapak-bapak yang memesan lalu bingung melihat menunya, karena di sana tidak ada menu ‘kopi hitam’.

Mengopi berdua sama yang tersayang emang terbaik. Halah apasih. Foto: Sophia Mega


Ah akhirnya datang juga pesanannya!

Menyeruput V60 Blend dari Koling dengan khidmat, anjir nikmat! He he he. Bahkan saat saya menulis ini—sebulan sesudah menyeruput kopinya, masih ingat dan tergambar jelas rasanya. Karakternya sama seperti yang saya suka, asam dan pahit yang seimbang. Yah, pokoknya enak! Lalu saya mencoba Blend Susu milik Arif dan enak juga! Duh, dibawa pulang ke Malang bisa nggak sih?

Maaf lho ya saya komentarnya masih antara ‘enak’ dan ‘nggak cocok’ aja. Belum termasuk Coffee Snob hahaha. Kudu belajar cupping dan memahami kopi lebih dalam lagi sepertinya, biar tulisan ini semakin berwarna. Tapi setidaknya semoga tulisan di sini bisa dibaca oleh siapa pun dan makin ngerti kopi dengan bahasa yang sederhana, ya!

Kami menghabiskan menyeduh dengan mengobrol, saya ngobrol dengan beberapa tim Koling sebelum Mas Dayu datang dan terburu-buru mau memindahkan mobil dan booth karena mau pindah ke Alun-alun. Sedangkan Arif malah ngobrol sama supir bis, semenjak dia jadi tour leader jadi makin akrab dengan supir-supir bis, ajaib memang.

Mas yang sudah baik hati memperbolehkan saya membayar hanya Rp15.000. Ngerepoti memang. Foto: Sophia Mega
Koling memang hanya bisa kalian temukan di beberapa ikon budaya Jogja, seperti yang saya bilang tadi, Koling bercerita lewat cara yang lain. Dengan berada di berbagai ikon Jogja seperti Bank Indonesia, Alun-alun Kidul, Tugu Yogyakarta dan Sekaten. Ada nilai budaya yang ingin Koling angkat dari setiap cup kopinya. Rajin aja cek akun Instagram @kolingjogja, insyaAllah mereka selalu berkabar sedang ada di mana.

Baru aja berkenalan, eh saya udah di-follback oleh akun @kolingjogja. Makasih lho Mas! He he he. Bahkan ketika seharusnya saya membayar Rp20.000 untuk dua cup kopi, karena kami adanya Rp15.000 dan uang seratus ribu utuh (sedangkan mereka nggak ada kembalian), akhirnya saya bayar Rp15.000. Baru dateng, ngerepotin, dasar Mega.

Niatnya, kami ingin menutup perjalanan dengan satu cup Blend Susu Koling. Tapi apalah daya, mereka sedang tidak ada di Jogja di hari terakhir saya di sana, mereka sedang ada meeting di Semarang. Kalau kalian domisili Jogja dan Semarang, mampir lah ke @kolingjogja atau @kolingsemarang. Tenang, nggak akan bikin maag kok. Kopi yang diolah dengan baik tidak akan membuat maag atau deg-degan.

Maturnuwun Mas Dayu dan tim Kopi Keliling! Bikin kangen! Foto: Sophia Mega
Mampir, menyeruput kopi sambil menikmati ikon-ikon unik di kota Jogja dan Semarang. Menikmati kopi dengan suasana yang berbeda dan keramahan Koling melayani tamunya. Terima kasih Koling, bikin rindu Jogja aja sih! Tanggung jawab hayo! Kapan-kapan pasti akan mampir untuk sekadar menikmati kopinya lagi.

19 comments:

  1. Baru tahu ada kopi keliling kaya gitu... Jakarta kayaknya belum ada deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pernah sekilas denger katanya sih ada daerah jabodetabek apa Tangerang yaaa. Tapi emang cukup rare sih, jarang banget yang konsepnya kayk gini.

      Delete
  2. Fotonya bagus amat sih Megaaa, selalu kece nih. Aku pengen ngopi2 ah sama kamu~

    ReplyDelete
  3. Raisa... ngopi yuk?

    Eaa..
    Setiap main kesini saya selalu liat posting tentang kopi.
    Dan saya juga baru tau kalau ada kopi keliling.
    Yang hits tentunya.
    Ini kayaknya memanfaatkan konsep penjaja kopi keliling biasanya yak. Hihi

    Murah juga yaa hanya segituan.. sama kayak harga kopi keliling biasanya.

    Eh emang ada ya kopi yang bikin gak magh?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa. Banyak kopi keliling tapi jarang banget yang dengan konsep semewah ini. Hihi makasih yaaa sudah membaca. :)

      Iyaaaa. Kalau diolah dengan baik seharusnya sih enggak :)

      Delete
  4. Aku kalau ga salah lihat, pernah tahu ada booth kopi di depan MXMall. Entah emang sering mangkal di situ atau emang lagi event.

    ReplyDelete
  5. Saya selalu suka kedai kopi dengan konsep booth keliling. Penasaran deh sama Koling ini. :D

    ReplyDelete
  6. Sering liat di Yogyakarta, waktu itu di skaten, tapi belum pernah nyoba.. hee

    ReplyDelete
  7. sama mba... aku tuh suka kopi, tapi ga paham sbnrnya kopi yg enak itu seperti apa.. krn buatku kopi yg penting ga pahit hahahaha ;p... semenatra aku ngerti, bagi pcinta kopi sejati, rasa manis gula malah merusak kopi itu sendiri :D.. abisnya gimana yaa... seleraku masih blm bisa kayak pecinta kopi sejati :D

    ReplyDelete
  8. Asik yah yang pada suka minum kopi. Aku nyoba minum kopi berkali-kali, tetep aja di lidahku rasanya aneh. Lebih suka susu :D ahaha..

    ReplyDelete
  9. terima kasih berkat postingan ini akhirnya saya bisa menikmati cafein di dinginya malam di malang, bisa kenalan sama mas ersa dan mas ambon dari telescope haha

    makasih banyak

    ReplyDelete
  10. penikmat kopi nih, pasti jarang tidur dah ;D

    ReplyDelete
  11. aku lho kemarin pas di Jogja nggak tau kalo ada Koling ini. Gagal deh ngopi di sana:(

    ReplyDelete