Dulu aku enggak tahu sama sekali soal feminisme dan bingung juga harus baca buku apa. Sebab setiap buku feminisme, terutama yang non-fiksi, ...

Buku Feminisme untuk Pemula yang Baru Mau Belajar

Dulu aku enggak tahu sama sekali soal feminisme dan bingung juga harus baca buku apa. Sebab setiap buku feminisme, terutama yang non-fiksi, kelihatannya kayak intimidating. Keburu takut enggak paham aja. Jadi aku baca bertahap aja, dan ini lah beberapa list buku feminisme untuk pemula yang baru mau belajar.

01. Perempuan di Titik Nol

Buku feminisme yang pertama kali aku baca adalah novel dahulu, baru baca buku non-fiksi. Novel feminisme yang kubaca pertama kali adalah Perempuan di Titik Nol, buku yang ditulis oleh Nawal El-sadaawi dan terbit pada tahun 1975Mengisahkan tentang pelacur profesional di Mesir yang harus hidup di kehidupan patriarki yang merugikan perempuan.

Salah satu contoh kesulitan Firdaus, tokoh utama di Perempuan di Titik Nol, yang harus hidup di keluarga patriarki:

“Apa yang akan kau perbuat di Kairo, Firdaus?”

Lalu saya menjawab: “saya ingin ke El Azhar dan belajar seperti paman.”

Kemudian paman tertawa dan menjelaskan bahwa El Azhar hanya untuk kaum pria saja.

El Azhar merupakan suatu dunia yang mengagumkan dan hanya dihuni oleh laki-laki saja, dan paman merupakan salah seorang dari mereka. Dan dia adalah seorang laki-laki. 

(Nawal El Saadawi 2002, h. 22 dan 30)

02.  Entrok

Buku ini ditulis oleh salah satu penulis favoritku, Okky Madasari, menceritakan tentang perempuan di Jawa Tengah yang juga harus berjuang menghadapi kehidupan di masa orde baru, sulitnya menjadi perempuan di dunia patriarki, dan tentang kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh Marni dan Rahayu (mereka adalah Ibu dan anak). Dengan membaca cerita yang asalnya dari Indonesia, aku merasa lebih dekat pada perjuangan mereka.

“Ealah.. Nduk, sekolah kok malah membuatmu tidak menjadi manusia.”

― Okky Madasari, Entrok

 

03. Maryam

Masih dari Okky Madasari, Maryam mengisahkan tentang perempuan asal Lombok penganut Ahmadiyah yang harus mengalami diskriminasi dan penderitaan karena kepercayaannya. Kasus ini memang berasal dari apa yang terjadi pada realita, di Lombok memang sempat terjadi diskriminasi terhadap kepercayaan Ahmadiyah.

Sebenarnya novel ini lebih membahas tentang hak beragama dan bagaimana seharusnya kita bersikap meski ada perbedaan. Namun, aku masih ingat kisah Maryam yang harus berseberangan dengan mertua dan menumpukan segala kesalahan ke istri. 

04. Tarian Bumi

Ditulis oleh Oka Rusmini, penulis yang sering menulis tentang perjuangan perempuan. Lewat Tarian Bumi, aku banyak belajar soal Bali dan kasta-kastanya, dan lagi-lagi soal perjuangan perempuan. 

Quotes yang paling kusuka:

“Kelak, kalau kau jatuh cinta pada seorang laki-laki, kau harus mengumpulkan beratus-ratus pertanyaan yang harus kausimpan. Jangan pernah ada orang lain tahu bahwa kau sedang menguji dirimu apakah kau memilki cinta yang sesungguhnya atau sebaliknya. Bila kau bisa menjawab beratus-ratus pertanyaan itu, kau mulai memasuki tahap berikutnya. Apa untungnya laki-laki itu untukmu? Kau harus berani menjawabnya. Kau harus yakin dengan kesimpulan-kesimpulan yang kaumunculkan sendiri. Setelah itu, endapkan! Biarkan jawaban-jawaban dari ratusan pertanyaanmu itu menguasai otakmu. Jangan pernah menikah hanya karena kebutuhan atau dipaksa oleh sistem. Menikahlah kau dengan laki-laki yang mampu memberimu ketenangan, cinta, dan kasih. Yakinkan dirimu bahwa kau memang memerlukan laki-laki itu dalam hidupmu. Kalau kau tak yakin, jangan coba-coba mengambil risiko.”
― Oka Rusmini, Tarian Bumi

 


05. Novela dari Pramoedya Ananta Toer

Banyak orang yang bilang membaca buku-buku Pramoedya Ananta Toer itu sulit dimengerti karena 'level sastranya'. Enggak juga kok menurutku, bahasanya memang sering berbeda dengan bahasa hari ini, tetapi tetap nyaman dibaca dan indah sekali ceritanya. Pramoedya Ananta Toer adalah sosok laki-laki yang selalu konsisten menceritakan perjuangan perempuan, aku sudah membaca dua novelanya yaitu Gadis Pantai dan Midah. Gadis Pantai adalah cerita yang mengkritik kaum priyayi dan Midah adalah cerita yang mengkritik kaum religius.


06. Non-fiksi: Membicarakan Feminisme

Setelah membaca novel-novel, aku juga penasaran dengan sejarah feminisme, tentang bagaimana awal mula dan apa saja macam-macam gerakannya. Akhirnya aku membaca Membicarakan Feminisme dari Nadya Karima Melati. Menurutku ini cocok banget untuk menjadi buku feminisme untuk pemula yang mau belajar feminisme, pembahasannya cukup komprehensif tetapi tidak sulit dimengerti. 

Aku juga membahas topik buku feminisme untuk pemula di YouTubeku, ya! Kamu bisa menontonnya di sini:


Apakah kamu punya referensi buku feminisme untuk pemula lainnya? Kalau ada, beritahu di kolom komentar, ya!

0 comments: