Lima desember di tahun 2015 kemarin akhirnya saya datang ke sebuah
konser, swimming pool concert gitu di
Malang. Konser musik dari sebuah indie band pertama yang saya tahu, sebuah
indie band yang mengantarkan saya untuk lebih mengenali musik yang bisa saya
nikmati, musik folks. Yup, indie band
tersebut adalah The Trees & The Wild atau yang sekarang namanya menjadi
Trees & Wild.
Hmmm, saya excited sekali
untuk menulis ini.
Jujur aja nih ya, saya nggak terlalu tau soal musik, perbedaan musik ini
dan musik itu. Pun saya nggak terlalu paham folk itu musik apa, saya tahu bahwa
Trees & Wild genrenya folks ya karena internet. Tapi soal musik, saya bukan
orang yang gampang terbawa oleh zaman. Hitsnya ini saya suka, hitsnya itu saya
suka. Saya bahkan nggak suka ketika musik di HP saya bukan musik-musik yang
saya tahu dan suka.
Empat tahun yang lalu, tahun 2012 adalah pertama kali saya kenal Trees
& Wild dengan masih menggunakan nama yang lama The Trees & The Wild
atau sering disingkat TTATW. Kira-kira saat itu saya kelas 3 SMP dan saya
sering banget ngobrol dengan Mas Momon (@momongila), saya follow dia karena
dulu dia koordinator Nidjiholic Malang dan saya adalah salah satu di antara
Nidjiholic Malang. Nah, semenjak Nidji udah mulai beda nih musiknya, saya dan
Mas Momon udah nggak lagi mengikuti Nidji dan saya masih rajin tanya-tanya
musik yang asyik didengerin. Mas Momon pun menyarankan The Trees & The Wild
dengan tiga lagunya: Berlin, Irish Girl dan Our Roots.
Paginya saya dengerin ketiga musik itu ketika berangkat sekolah dengan
HP Nokia saya yang sebenernya nggak bisa untuk menyimpan musik lebih dari 10
lagu. Saya dibonceng Ayah dengan motornya dan entah kebetulan atau seperti apa,
ban motor Ayah saya bocor! Tapi karena saya dengerin musik dan dengan kesan
pertama, “Gilak, ini asik banget sumpah!”
saya seakan tidak terlalu peduli saya harus bergegas ke sekolah dan tidak
mempermasalahkan ban yang bocor itu.
Hahaha, memorable banget. Pertama kali denger dan langsung suka.
Kemudian saya langsung SMS temen saya yang paling suka musik, namanya
Enes, saya SMS: Nes, aku ada musik keren
banget, nanti di sekolah kamu harus dengerin. Saya udah heboh banget, seakan
menemukan harta karun di antah berantah dan ketika saya memasang earphone ke telinga Enes dan
mendengarkan tidak ada 1 menit, Enes pun merespon dengan, “Musik apa sih ini,
Meg? Apa sih ini, Meg?”
Anjir.
Gak seru.
Bodo deh.
Hahaha.
2012, tahun di mana para perempuan sedang terkena ‘korea fever’, awalnya saya bahagia karena kelompok pertemanan saya
tidak terkena virus itu dan di antaranya sempat berkomentar, “Duh, ngapain sih anak-anak itu suka musik
korea. Gak cinta Indonesia banget. Padahal masih banyak lho boyband Indonesia
yang keren, SMASH nggak jelek-jelek banget kok.”
Saya mengiyakan mesti nggak tau lagunya SMASH itu apa aja.
Kemudian akhirnya beberapa waktu setelah itu, kelompok bermain kami ini diajak
teman-teman yang terkena ‘korea fever’ untuk
nonton drama korea dan beberapa mv (music
video). Saya pun ikut. ENTAH KENAPA, akhirnya teman-teman saya langsung
suka dengan musik-musik korea dan CEPAT MENGHAFAL PERSONILNYA!
Sedangkan saya, “Mana sih yang ganteng? Masa sih itu ganteng? Enggak
juga sih, rek.”
Menurut ilmu Sosiologi, pada dasarnya manusia berusaha untuk tidak
menjadi berbeda dalam sebuah kelompok, akhirnya dengan terpaksa saya menunjukkan
bahwa ‘saya terlihat menyukai satu tokoh karena dia ganteng’ dan besoknya udah lupa
yang mana muka dan namanya.
Nggak lama setelah itu, masih di kelompok bermain yang sama, mereka
mulai mengubah opini mereka, “Eh asik
juga ya musiknya korea hahahahaha, kok bisa sih waktu itu kita mendukung SMASH
banget hahahahaha. PADAHAL BEDA JAUH.”
Serius, ini true story.
Ketika di kelas saya agak merasa unsos
alias semacam anti-sosial kalau udah ngomongin soal musik. Karena semua
teman perempuan saya di kelas suka musik korea dan mereka selalu dengerin mv
rame-rame, saya sendiri yang masih berdiri dengan tegap dan tidak menyukai musik korea.
Saya cuma bisa mojok sendiri sambil dengerin musik The Trees & The Wild.
Agak pedih ya?
Sampai kelas 10 alias 1 SMA saya masih lekat dengan: cewek yang punya playlist musik aneh. Temen
saya, Regina namanya, dia hafal banget kalau dulu saya di kelas suka memutar
musik-musik yang aneh. Akhirnya kelas 11 hingga kelas 12, di mana di kelas ada
9 anak dan kami dari jurusan bahasa, saya mulai dianggap tidak aneh. KARENA KAMI SEMUA MEMPUNYAI SELERA MUSIK
YANG BERBEDA DAN FREAK SEMUA!
Iya, serius. Kesembilan anak tersebut adalah: Ira, Cece, Disa, Nilna,
Salma, Pipeh, Lely dan Marel. Di antara kami punya musik yang hanya bisa
dinikmati sendirian. Tapi kita selalu nyambung ketika dengerin musiknya AKB-48
yang dibahasa-jawa-in (saya lupa judulnya apa).
Saya nggak terlalu ingat ya Salma, Pipeh, Lely dan Marel ini menyukai
musik yang seperti apa. Tapi yang paling saya ingat adalah Ira, Cece, Disa dan
Nilna. Mari kita mulai dari musik yang menurut saya punya selera musik paling freak.
Nilna, dia tuh suka memutar musik Jepang yang bener-bener cepet dengan
bahasa Jepang dan dia hafal, SETIAP
DI-LOUDSPEAKER SAYA PUSING. Disa, nih anak meskipun yang paling religius,
musiknya itu yang instrumental serem-serem itu lho, entahlah apa namanya, serem
pokoknya. Ira dan Cece ini yang paling nyambung sama saya, meskipun nggak semua
musik yang saya suka mereka paham, begitu pun sebaliknya. Cuma dari mereka saya
jadi tahu indie musik lainnya, dari mereka saya jadi tau Banda Neira.
Eh, sebenernya kita nggak hanya 9 sih. DULU, ada satu cowok, sendirian,
yang ada di kelas kami. Namanya Mas Bagus, tapi akhirnya dia pindah karena
nggak tahan di sekolah dan cowok sendirian di kelas. Musik yang disukainya
adalah musik hardcore, saya sempet disuruh dengerin gitu sih, jadi di antara
musik-musik itu ada yang bener-bener liriknya menyuruh untuk kita tidak
menyembah Tuhan dan menyembah band itu. Awalnya saya malah nggak tau apa-apa
yang diucapkan si vokalis, tapi Mas Bagus jelasin dan saya ketawa ngakak banget.
Gilak, hardcore banget! Berat, berat, berat.
*************
Yak, itu dia cerita yang nggak akan saya lupa bagaimana saya mulai suka
dengan musik indie dan kenal musik-musik lainnya. Makanya, ketika dengar Trees
& Wild mau ke Malang.. SAYA EXCITED BANGET DAN LANGSUNG KECEWA. Kecewa
karena pada tanggal itu saya ada kegiatan baksos yang gak bisa ditinggalkan,
namun… AKHIRNYA BAKSOSNYA DITUNDA! Ketika tau ditunda, saya langsung beli
tiketnya!
Trees & Wild baru tampil sekitar pukul 8 atau 8.30 lah. Nah, saya
dan kebetulan ditemani Arif setelah maghrib (acaranya sebenarnya mulai sore)
kami udah ada di Permata Jingga Swimming Pool. Penyelenggara acara “THE
LIVING ROOM” ini adalah Homeband Fisip UB (Universitas Brawijaya).
Saya agak iri dengan Homeband Fisip UB. Pertama, ini konser gede
pertama yang mereka buat dan buat saya ini prestasi yang keren banget. Kedua,
tiap tahun mereka selalu punya album kompilasi. Ketiga, jadi di kampus saya tuh
kebanyakan musiknya ‘metal’ gitu, dan ketika ngelihat performance di sini,
keren-keren banget band-nya, musiknya beberapa ada yang folks dan asik banget
bisa dinikmati, lebih berwarna gitu sih musiknya.
![]() |
Trees & Wild on the stage yow! |
Hingga akhirnya TREES & WILD perform! Saya nonton konser tuh cuma
dua kali dan ini ketiga kalinya. Pertama, karena media partner, kebetulan
acaranya anak Industri UB dan itu sepi banget jadi nggak kerasa konsernya.
Kedua, Payung Teduh, saya nonton ini di Oktober 2015, berkesan banget sih, beda
aja gitu konsernya, kalau kalian pengin nonton konser yang nggak ugal-ugalan
dan semua penonton tuh duduk semuanya ke konser Payung Teduh aja, next boleh
lah saya tulis di sini. Dan ini konser musik saya yang ketiga.
Uniknya, ketika mereka checksound ada backsoundnya gitu dan lampu di
stage dimatiin. Jadi kayak siluet gitu sih. Baju mereka gelap-gelap. Checksoundnya
agak lama, jadi sabar aja sambil menikmati backsoundnya. Kalau di-timelaps saya
yakin keren banget.
Jadi sepaham saya nih, Trees & Wild yang mulai terbentuk tahun 2006
di Jakarta (tapi asal mereka beda-beda) hanya punya satu album, Rasuk. Tapi
mereka tuh juga mengeluarkan musik-musik semacam Empati Tamako, Nyiur, Saija
dan Tuah Sebak yang hanya menjadi demo di album kedua. Susah banget menurut
saya buat dapetin informasi terbaru dari mereka. Cek di google images dengan keyword 'trees & wild' aja yang keluar foto pepohonan, saya kan jadi sedih :(. Atau saya aja yang terlalu
kudet alias kurang update.
![]() |
Trees & Wild. Motretnya gak bisa deket dan emang lagi enjoy sama musik, jadi gak terlalu banyak motret hehe. |
Bahkan saya nggak tau sejak kapan Trees & Wild ini ganti nama dan
sebabnya apa nggak tau deh. Mereka pun lebih sering perform di luar negeri
daripada di Indonesia. Nah ketika mereka perform di Malang nih, saya nggak terlalu tau musiknya, yang saya tau dari setlist musiknya ada Empati Tamako, meskipupn gitu tetep bisa menikmati sih, karena musiknya asik banget.
Buat saya, mereka punya performance yang unik. Saya suka Trees &
Wild karena ketika mereka main musik nggak hanya sekadar untuk menghibur aja,
tapi mengajak pendengar atau penonton masuk ke dalam musik itu. Passionate banget sama musiknya.
Berbeda dengan band lainnya, dari sekian setlist musiknya itu tadi buat
kalian yang nggak tau musiknya mungkin akan mengira bahwa mereka hanya perform
satu musik yang sangat lama. Karena mereka tuh menyampaikan musiknya semacam
kayak ‘mendongeng’ gitu sih, satu musik ke musik lainnya menyambung dengan asik
banget, nggak kayak medley atau mashup lho ya yang setiap perpindahan
musik atau penggabungan musiknya kelihatan banget, tapi ini smooth banget gitu.
Yang bikin beda lagi dari Trees & Wild ini, karena musiknya menjadi
sebuah musik utuh dalam sebuah performance-nya mereka jarang atau hampir nggak
pernah interaksi dengan penonton dan buat saya ya itu cara mereka agar penikmat
musiknya masuk ke dalam musik itu. Ya setiap musisi punya cara dan karakternya
masing-masing.
Agak gak enak sih sebenernya menikmati musik Trees & Wild dalam
sebuah konsep di swimming pool.
Selain stage-nya jadi jauh, motretnya lebih susah dan susah dapet tempat pw
(posisi wenak). Saya lebih suka menikmati musik dengan duduk sih, pengin banget
bisa ada di jazz concert atau indie concert yang ada di kafe atau tempat indoor
tapi duduk. Atau ada lagi nih yang asik, jazz gunung, jadi performancenya ada
di atas gunung, next time saya harus ke sana!
Soal konsep acara saya nggak terlalu paham sih, judul acaranya tuh kan “THE
LIVING ROOM”. Tapi saya nggak tau soal ini hehe. Mungkin temen-temen yang paham
soal ini (atau soal-soal lain yang saya kurang paham di post ini bisa membantu
saya).
Saya sama Arif nih emang sama-sama suka Payung Teduh, tapi kan Payung
Teduh sama Trees & Wild tuh beda jauh. Musik Payung Teduh yang mendayu-dayu
dan mesra kalau Trees & Wild mendayu-dayu asik. Didukung lagi Arif emang
nggak tau soal Trees & Wild, jadi dia bingung gitu di lokasi hihi. Maafkan
daku Arif, buat saya sih lebih baik sendiri, tapi ya saya cewek, kalau pulang
sendirian ya takut juga hehe. Tapi, terima kasih banyak sudah menemani!
Asyiknya lagi, di sini saya ketemu Mas Momon untuk pertama kalinya! Kata
Mas Momon (selama ini hanya komunikasi via online), “Aku selalu nonton mereka ketika di Surabaya, nah tau mereka tampil
di Malang aku kaget juga.” Wehehehe, terima kasih Mas Momon udah mengenalkan
dengan musik lainnya. Saya masih sering dengerin Fleet Foxes dan King of
Convenience yang disarankan Mas Momon.
![]() |
Thanks Homeband Fisip UB! |
Kalau ada Trees & Wild di Malang, pasti saya akan datang! Ya meski
agak impossible sih hehe. Ada juga
keinginan buat main-main keluar negeri cuma buat lihat mereka. Ya someday lah,
aamiin aamiin! Terima kasih Homeband Fisip UB yang udah mengundang indie band
sekeren ini dan berani mengundangnya yang mungkin aja di Malang nggak banyak
yang tau, kalian keren!
Ditunggu album keduanya Trees & Wild! Kalau udah rilis pasti saya akan beli albumnya, jangan susah-susah makanya dapetinnya! Oh ya, kalau kalian mau dengerin musiknya Trees & Wild di Youtube banyak kok, coba cek channel 'thewknd', di sana banyak musik indie yang live perform dan musiknya jernih dibandingkan liveperform lainnya. (Coba cari The Venopian Solitude, asik dan unik juga tuh)
Salah satunya bisa kalian cek Trees & Wild- Empati Tamako di bawah ini:
Kalau di Malang ada sih sebuah store untuk musik-musik Indie, lokasinya di sebelah kafe Kalampoki Quayhouse, ada REKARECORDS. Saya pernah sekali datang dan beli album kompilasi dari Banda Neira, Layur dan Gardika Gigih. Saya beli album 'Kita Sama-sama Suka Hujan'. Kalau kalian suka musik indie, yuk share juga indie band mana yang kalian suka! :)
Sekarang Mega rajin datang ke event termasuk event musik juga. Mega makin gahul..
ReplyDeleteBand indi trees and wild aku juga baru tau. Kalau payung Teduh sih emang musiknya agak Jazz enak gimna gitu buat didengerin.
Jogja Foundation juga enak tuh musiknya hehehe
Engga semua event musik sih, konser-konser yang biasanya penuh dedek-dedek SMA aku nggak pernah dateng hihi. Cuma beberapa event musik yang lebih tenang dan bisa menikmati musiknya.
DeleteKalau Payung Teduh sepertinya tidak jazz, ya ada jazznya, namun ada folknya, keroncongnya juga. Yang penting musinya 'teduh' banget.
Wah baru dengar yang itu, di Jogja aku suka ini nih, Batiga. Entah kenapa suka hihi. Ntar coba dengerin Jogja Foundation deh :D
Aku kebetulan sudah liat di youtube penampilan mereka, terus aku baca-baca comment di youtube yg kemudian menjawab kejanggalanku saat mendengar musik mereka pas concert di event the living room, kaya jadi kurang folks gitu ya pas udah ganti nama trees and wild? makin kekinian gitu musiknya, misal coba dibandingin...ya itu tuh sama kings of convinience, aku salut buat koc soalnya selalu konsisten sama genre yg mereka bawakan. tapi overall ya oke lah, toh aku juga gak bisa main musik sekeren mereka, cuma sok-sokan aja jadi komentator musik, haha! #ampunisaya
ReplyDeletebtw terimakasih meg sudah dibikinin postingan ini (y)
Yup, mereka membawa drum ke panggung. Aku juga merasa agak aneh sejak kapan ada drum. Setelah aku berkonsultasi dengan Mas Momon, rupanya memang mereka sekarang lebih ke pop rock, di mana banyak musik daripada lirik. Lalu, musiknya lebih 'kaya'. Tapi aku tetap suka musiknya Trees & Wild. Aku ingin mendengarkan Barasuara, coba deh Bil dengerin :D
DeleteGapapa Bil, semua penikmat musik pasti berawal dengan 'meraba-raba' dalam mengomentari musik wahahaha. Yang penting kesukaan terhadap musik tidak mengada-ngada hanya karena ingin terlihat keren. *mong coro*
Halooo! Aku malah baru tau ada band indie Trees & Wild, ternyata lumayan enak:)
ReplyDeleteKalau boleh saran nih, coba dengerin lagunya:
Adhitia Sofyan, White Shoes & The Couple Company, Float, TigaPagi, Danilla, dan yang paling favorit Banda Neira :D
Aku udah sering juga dengerin suara gantengnya Adhitia Sofyan atau uniknya White Shoes & The Couple Company. Tapi yang Float, TigaPagi dan Danilla belum pernah denger. Makasih rekomendasinya, nanti coba didengerin hehe :D
DeleteAbis baca ini aku langsung buka YouTube, dengerin beberapa. Dan aku masih belum paham enaknya di mana.. Heuheu.. Selera beda-beda.. Aku lebih seneng pop ajah..
ReplyDeleteWehehe, iya Mas. Aku pun juga sering nggak cocok dengan selera musik yang bisa jadi lagi hits sekarang. Beda selera ajah :D
DeleteTrees & Wild? Pohon & liar?
ReplyDeleteBtw, gua sebenernya juga pengin banget nonton konser musik yang isinya lagu-lagu indie semua, cuman gua nggak pernah nemu konser yang ada di Jakarta:(
Masa di Jakarta jarang sih? Padahal Indie Band banyak yang lahir di sana, kayak Trees & Wild, Banda Neira daaan kemarin baru aja ada Indische Party di Jakarta. Mungkin kurang kepo-kepo di media sosial. Banyak koook, coba dicari-cari lagi deh :D
DeleteSuka banget sama ulasannya, gaya bahasanya bisa buat orang yang gak tau The Trees & The Wild jadi kepo & langsung search google. Gua pribadi juga lumayan ngikutin perkembangan TTATW, apalagi album Zaman, Zaman udah rilis & lagi seneng dengerin yang Tuah/Sebak. Jujur berkat artikel ini gua baru tau ada duo keren Banda Neira, tau nya Endah n' Rhesa aja gua. Sama gua jd penasaran sama band King of Convinience dr namanya sih sepertinya menjanjikan musiknya.
ReplyDelete