![]() |
Di lantai satu, ada bar terbuka yang bikin bebas ngobrol dengan barista sambil menikmati kopinya. Foto: Sophia Mega |
Ingin mendengar cerita dari satu kedai ke kedai lain
terkadang nggak sejalan dengan rasa mager. Kalau udah nyaman sama satu, jadi malas
beranjak ke tempat lain. Padahal hal tersebut nggak baik juga, karena banyak
kedai kopi yang perlu dijelajahi. Bukan sekadar menikmati kopi lalu sudah,
namun di setiap kedai kopi selalu ada hal yang bisa membuat saya menjadi lebih
bersemangat mulai dalam hal berkarya, mendapat perspektif baru dan memberi rasa
nyaman bagi diri sendiri.
Seperti
yang sudah pernah saya tulis di Tumblr (daily.sophiamega.com), kedai kopi bukan sekadar menjual kopi
enak lalu sudah. Namun ada idealisme di sana, ada ruh yang berbeda di setiap
kedai, ada hati yang hanya diungkapkan melalui kedai dan setiap cangkirnya. Seperti
kemarin malam, saya memutuskan untuk beranjak dari kemageran dan mengajak seorang
teman—Nina untuk menikmati kopi di Mmmm Coffee.
Iya,
Mmmm Coffee.
![]() |
Kalau ada neon box satu ini, kamu sudah sampai di Mmmm Coffee! Foto: Sophia Mega. |
Ini
kedua kalinya saya mampir untuk menikmati kopinya, ya saya memang terbiasa
untuk datang lebih dari sekali untuk bisa menceritakan semuanya. Rupanya, Mmmm
bukan sekadar nama agar orang yang datang memiliki impression ‘Mmmm’ setelah menyesap kopinya. Rupanya, Mmmm punya
makna dan kepanjangan lain yang membuat saya mengangguk sambil bersuara kecil ‘Ooooh
gitu’ ketika mendengar cerita Mas Gandhi, pemilik Mmmm Coffee.
Mmmm
berasal dari Itali untuk mendeskripsikan faktor yang membuat espresso enak,
atau sebutan khususnya adalah The Four M’s (of Espresso). Jadi faktor yang
membuat espresso enak tersebut ada Mmmm: M—Macinazione, yang berarti seberapa
baik grinding-nya. M—Miscela,
seberapa asik taste coffee blend-nya.
M—Macchina, apa udah menemukan mesin atau tools
yang baik dan nyaman? Dan M—Mano, baristanya. Selengkapnya, definitely you can check it out by click
this article: The 4M’s of Espresso.
Waaaah,
bisa gitu ya ternyata!
Dari
luar, Mmmm Coffee memang sudah terasa suasana kedai kopi di luar negeri.
Sebenernya saya nggak terlalu paham karakteristik interior coffee shop di setiap Negara, kalau kalian ada referensi bacaan, please leave comment below ya! Yang
jelas, taste interior Mmmm Coffee
memang digarap secara serius oleh kakak Mas Gandhi yang lebih paham interior.
![]() |
It is a porta filter! Foto: Sophia Mega |
Interiornya
detail. Bukan sekadar memberikan bar terbuka, dapat memilih biji kopi yang mau
tidak mau harus berinteraksi dengan barista atau sekadar cangkir yang unik dan kursi
yang nyaman. Ketika membuka pintu, perhatikan gagang pintunya.. bahkan dari
gagang pintunya saja menggunakan portafilter. Full AC yang akan bikin nyaman
banget di sana (meski hal tersebut bikin kopi yang kita minum jadi cepet
dingin). Suasana warm, nyaman dan
asik banget buat me time, bersama
kekasih atau meeting dengan kolega.
![]() |
Di sini juga ada beberapa cake manis. Kelihatan dari atas kan? Foto: Sophia Mega. |
Mas
Gandhi juga bercerita, kedai kopi yang nggak rame (atau noise terlalu banyak)
bukan kedai yang diinginkan. “Kamu ke Mmmm, bukan ke resto, orang yang datang
ke Mmmm ya untuk mengopi,” terangnya. Tapi Mas Gandhi juga nggak mau kedainya
terkesan eksklusif atau elegan dengan desain yang minimalis putih, makanya
suasananya begitu warm dengan
dominasi warna coklat, nyaman banget.
Suasana
warm tapi sejuk, kopi yang dibuat
oleh barista yang memiliki passion, nggak
terlalu noise dan bebas asap rokok
merupakan tipikal kedai kopi favorit Mega benget deh! Semua itu lengkap ada di
Mmmm Coffee. “Have a good time, have a
good coffee,” kata Mas Gandhi.
![]() |
Mas Gandhi mendapatkan biji kopi dari luar negeri ini kebanyakan dari teman-temannya yang liburan ke luar negeri. Foto: Sophia Mega. |
Awal
mengopi di Mmmm Coffee agak bingung, “Kok nggak ada manual brewing-nya ya?” Ada kok, tapi memang nggak ada di menu.
Langsung aja ngomong ke Mas Gandhi—yang memang satu-satunya barista di sana
kalau mau menikmati varian biji kopi yang disediakan. Jajaran biji kopi dari
luar negeri memang lebih banyak di sini, tapi ada juga kok yang dari Nusantara.
Mas Gandhi pun mengungkapkan bahwa hal tersebut bukan tanda ia anti dengan biji
kopi lokal.
![]() |
Diseduh dengan V60. Foto: Sophia Mega |
Di
sini lah saya jadi tau apa yang membuat biji kopi dari luar Negeri keren-keren
dan bagaimana karakter kopi Afrika. Dari sekian biji kopi yang ada, bisa
dibilang rata-rata datang dari Afrika. Katanya, rasanya sih aman dan saya
sepakat dengan itu. Tiga kali menikmati kopinya, saya sudah mencoba kopi dari
Nicaraguay, Guatemala dan Eithopian. Sempat juga menyeruput kopi dari Kenya milik
Ersa (dia akhirnya menyusul mengopi bersama saya dan Nina), teman mengopi kemarin malam juga, semua punya karakter yang hampir sama, aftertaste manis yang terasa banget,
asam dan pahitnya cenderung seimbang atau bahkan tipis atau soft.
![]() |
Kopi pertama yang saya minum di sini, saat rapat bersama External Relation Kelas Inspirasi Malang. Foto: Sophia Mega |
Kopi
dari Nicaraguay, kopi pertama yang saya nikmati di sini beraroma berry, tapi saya nggak terlalu yakin
apakah rasanya ada ‘berry’-nya, karena saya nggak pernah makan berry. Mas Alvin (@alvinlndx), seorang home brewer yang saya kenal dari
Nusantara Coffee Festival 2016, bilang kalau mau kenal karakter kopi lebih
dalam, sering-sering makan buah aja, jadi yaaaa kalau nggak tau, saya nggak
akan memaksa mendeskripsikan ya hahaha.
Vlog: Nusantara Coffee Festival 2016
Vlog: Nusantara Coffee Festival 2016
![]() |
Teman mengopi saat me time banget gak nih fotonya? Foto: Sophia Mega |
Sedangkan
Guatemala aromanya floral-floral gitu, Nina bilang, “Kayak ada aroma madunya gitu, lucu ya Meg,
hutan-hutan gitu pokoknya.” Juicy sekali,
clean dan manisnya ada bangeeet,
pahitnya tipis, asamnya soft. Sedangkan
Eithopian membuat saya bingung, karena aromanya yang membingungkan, “Sa ini
aromanya apa sih?” tanya saya pada Ersa.
Dia
bilang, “Jahe gitu nggak sih?” Ya, sepakat, Eithopian ini semacam rempah gitu
jatuhnya. Anyway, kami hanya lah
sekadar penikmat kopi yang mencoba mencari tau teka-teki dari biji kopi yang
unik dengan batas pengetahuan kami. Namanya juga belajar.
Dari
Mas Gandhi, saya jadi tau kalau memang biji kopi lokal dengan luar Negeri.. ya
emang beda. Secara flavor, memang
bisa dibandingkan, tapi kalau di luar Negeri bibitnya memang baik. Sedangkan,
Ersa menambahkan, bahwa kurangnya petani lokal adalah malasnya ‘peremajaan’
pohon kopi. Pohon yang udah tua, tetep aja dipanen, padahal ya.. kualitasnya
kan juga bisa berkurang. Yaaa begitu lah kopi, prosesnya begitu panjang.
![]() |
Mas Gandhi hobi koleksi Keep Cup. Duuuh lucu-lucuuu, pengin dibawa pulang ajaaa. Foto: Sophia Mega |
Di
Instagram saya sempat cerita kalau harga kopi di sini emang mahal, untuk kopi
yang diseduh manual seperti Nicaraguay, Kenya dan sebagainya bisa dinikmati
dengan IDR 45.000. Sedikit fantastis mendengarnya, tapi kalau mampir,
pasti ngerasa kalau dengan harga sekian worth
it banget. Suasana yang syahdu dan bisa ngobrol dengan nyaman. Ersa pun
mengiyakan, ada kenikmatan sendiri ketika menikmati kopi meski harganya agak
mahal tapi suasana ‘mengopi’nya dapet, jadi nggak nyesel, jadi nggak berasa
dirampok.
![]() |
Kalau Cappuccino dan teman-temannya rata-rata harganya ID 25.000-an |
Nina
memesan White Mocha Latte, katanya rasa kopinya unik. Tapi yang jelas enak,
saya suka tipikal Mocha yang coklatnya masih bisa kita aduk dan dirasakan
secara ‘kasar’. Harganya IDR 28.000, tapi percaya lah, membeli kopi di sini bukan sekadar mahal karena ‘brand’ yang
dilakukan oleh beberapa kedai kopi yang ‘udah gede dan kalian pasti tau
beberapa namanya’, tapi emang dapet kok ‘menikmatinya’.
Boneka-boneka
natal dengan gemas menghiasi kedai kopi tersebut. Kegemasan yang tak mungkin
kami sia-siakan untuk menikmati waktu dengan berfoto-foto lucu di sana. Eh iya,
Wi Fi-nya lancar, kalau mau nugas bisa lah di sini.
Mmmm
Coffee ini sedikit rawan untuk terlewat, saya jelaskan sedikit. Lokasinya dekat
dengan Alun-alun Kota Malang, sebaiknya lewat depan Mall Olympic Garden, lalu
lurus saja hingga perempatan alun-alun belok kiri. Pelan-pelan aja, lokasinya
di kiri jalan, neon box ‘Mmmm’ yang cukup unik dan nggak terlalu terlihat
bisa-bisa bikin terlewat. Kalau udah terlewat, harus muter dan itu cukup jauh.
Jadi pelan-pelan aja ya.
![]() |
Ersa, penggembala kopi. Foto: Agnina Rahmaddinia. |
Banyak
obrolan seru di kedai kopi ini, terutama dengan Ersa dan Nina. Kami
membicarakan foto yang baik, ketekunan adalah kunci, sedikit rasan-rasan,
mengingatkan saya agar tidak sungkan dan banyak lah.
![]() |
Nin, sudah ku tepati janji mengopinya kan? Foto: Sophia Mega |
"Aku
kira segampang itu mencintai kopi, karena selama ini aku cuma tau cappuccino,
caffe latte, dsbnya. Paling yang jahat cuma Americano sama Machiato. Ternyata
kopi semurni itu, dari biji kopi yang semacam diperas lalu dinikmati langsung
dan kemurnian itu yang bikin susah untuk mencintainya," ungkap Nina saat
perjalanan pulang. Hahaha bisa aja sih, tapi Ersa dan Nina jadi teman mengopi
asik malam itu.
Teman
mengopi terbaik itu sederhana kok: yang bisa diajak ngobrol beneran, nggak
dikit-dikit HP-an. Sederhana kan? Yuk lah mengopi bersama!
![]() |
Cappuccino Mmmm Coffee Malang. Foto: Sophia Mega |
Mmmm Coffee
Jalan Basuki Rahmat 19 Malang
Instagram: @mmmm.mlg
Wi Fi and stekker available
Keren mbak tulisannya :)
ReplyDeletemanualbrewing.com
Terima kasih banyak :)
DeleteRe-Branding ya Meg? Eventnya hilang wkwk.
ReplyDeleteElah malah fokus ke headerblognya bukan ke cerita ngopimu. Maafkan :D
Wgwg iyaaa rebranding. Aku uda gak punya tenaga lebih untuk sekadar bermain di event lalu menuliskannya mas, ntar malah capek wkwkwk. Jadi yaaa fokus ke hal2 yang bener2 aku suka aja.
Deletemmmmmmmm. Keren yah tempatnya, kamu ga ajak ajak lah :p
ReplyDeleteBisa laah kalau ke Malang mengopi~
Deletewis kerennn.. thank info :)
ReplyDeleteDitunggu Tulisan Lainnya Ya...
ReplyDeleteSemangat Berkarya, Sukses Selalu
ikutaaan dongggg...
ReplyDeleteBelum pernah ke sana dan kok kayaknya menarik ya. Yuklah ngobrol nareng semeja, tapi aku engga ngopi...
ReplyDeleteMeeg, tempatnya kok manis gitu ya. Btw suka deh ih baca tulisannya, detailed! Seru! Sayang aku ndak terlalu suka kopi, jadi se pengen pengen tetep aja hmm
ReplyDeleteTernyata kopi banyak rasanya, kirain cuma pahit. Tempatnya nyaman buat ngobrol ya ^^
ReplyDeleteaku juha suka ngopi di mmmmm.mlg, biasanya sendirian kesana cuman pingin ngopi enak suasananya tenang dan bisa membaca buku dengan nyaman. semoga bisa bertemu di sana yaa :)
ReplyDelete