"Main keluar, yuk," kata pamungkas ketika ada temen yang cerita kalau dia bingung menentukan hidup, mendefinisikan diri atau ...

Menemukan Diri #1: Membebaskan Diri dengan Banyak Ketemu Orang Baru


"Main keluar, yuk," kata pamungkas ketika ada temen yang cerita kalau dia bingung menentukan hidup, mendefinisikan diri atau dilema dalam membuat keputusan-keputusan besar dalam hidupnya.

Sebenernya tricky sih soal 'menemukan diri', susah-susah gampang. Gampang karena sebenernya ini hanya soal 'kamu maunya hidup kayak gimana' susah karena kadang kita gak tau apa mau kita. Gak tau kemauan diri karena sering kali hidup dengan "konstruksi public". Kayak: abis SMA, ya kamu harus ikut SNMPTN, SBMPTN, kuliah, kerja dan rabi.

Saat SMA, saya nggak masuk jurusan susah, jadi Bahasa aja. Gak mau masuk dalam persaingan SNMPTN & SBMPTN sama sekali. Bahkan guru BK (Bimbingan Konseling) saya pernah bilang ke salah seorang teman, “Oh Sophia Mega yang sebenernya dia bisa masuk jurusan IPA/IPS tapi karena males susah jadi jurusan Bahasa itu ya?” Ya Allah, dengar opini itu saya kok ya merasa kasihan dengan diri sendiri tapi ya bener juga.

Kadang sekolah gak lagi jadi tempat “pengembangan diri”, tapi "pembatasan diri". Saya bilang seperti ini bukan berarti saya benci kuliah ya, dua semester ini Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk ambil SKS penuh—yang berarti saya masih serius dalam studi S1 ini. Tapi ada yang perlu diseimbangkan, poin saya: jangan sampai ‘lembaga resmi belajar’ menjadi pembatas diri.

Sederhana aja cara menyeimbangkannya: jangan lama-lama main di kampus atau sekolah, banyakin main di luar. Main di luarnya terserah mau dengan cara apapun, mau traveling, ikut komunitas, atau cuma ngopi dan ketemu orang-orang di luar. Nggak hanya berjumpa dengan teman kampus, tapi orang lain juga dan diniatkan: belajar. Karena percuma ‘traveling’ kalau niatnya hanya sekadar ‘having fun’, niatkan dari awal belajar.

Yang jelas, dengan main keluar dan nggak hanya bertemu orang-orang kampus aja, kita bakal ketemu orang-orang sangar yang sudah tau tujuan hidupnya, pemikirannya yang kadang bikin ngeri, ketemu orang yang lebih jago dan ilmu pun semakin bertambah. Kita jadi makin tau bahwa begitu banyak pilihan hidup.

Gak hanya dikotak-kotakkan jurusan IPA, IPS, BHS, AGAMA. Gak hanya perlu menentukan konsentrasi Audio Visual, Jurnalistik dan Public Relations. Dengan 'membebaskan diri' jadi lebih tau apa yang kita mau dan suka. Oh ya, jangan lupa mengosongkan gelas sebelum bertemu orang baru, karena menjadi ‘metuek’ dan ‘sombong’ itu sangat menggelikan, hehehe.

Berawal ingin tahu apakah ada blogger di luar sana yang berkumpul untuk sekadar ngobrol dan bertemu yang bikin saya selalu seneng tiap ketemu orang baru. Padahal saya nggak se-extrovert itu, ketika awal ketemu lebih banyak diam dan kaku banget. Baru pertemuan dua sampai tiga kali baru cerewet dan berdongeng tiada henti.
Saya banyak belajar dari orang-orang yang saya temui, saking nggak mau melewati beberapa poin penting saya selalu siap sedia dengan aplikasi notes atau notebook ketika lagi ngobrol. Bertemu dan ngobrol dengan orang yang jauh lebih jago bikin saya lebih menjaga diri saya dari sombong padahal baru belajar sedikit, membantu saya untuk mendapatkan gambaran ke depan, dan bisa ‘membebaskan diri’ untuk mengetahui apa yang lebih saya inginkan.
Tapi banyak mendengarkan juga bikin saya nggak pede ketika ada yang ngajak ketemuan untuk ‘sharing’ sama saya, ngerasa gak punya kapabilitas dan deg-degan luar biasa aja gitu. Nggak papa, namanya juga proses. Saya ingat pesan Mas Fa, “Meg, kamu tuh jangan lupa cerita apa yang kamu tau ke orang lain, jangan cuma dengerin aja.” Yah, dengan banyak ketemu orang dengan latar belakang beda, kita akan banyak masukan positif yang beragam.
Atau Mas Taufiq yang bilang, “Semuanya dipelajari, motret model dipelajari, motret nikahan juga.” Yang bikin saya sadar bahwa selama ini saya terlalu membatasi diri dengan fokus-fokus yang saya buat. Sampai akhirnya lebih berani untuk belajar banyak hal dengan teman-teman di luar sana yang udah jago di kapabilitasnya masing-masing.
Baru beberapa hari ini saya aktif di Foody Malang, sebenernya bantu menulis aja. Tapi ini challenge baru gitu, saya nggak biasa nulis dan motret makanan sebenernya. Tapi ada Mas Yuwono, Mbak Andrea, Mbak Annisa, Mas Doyoke dan lainnya yang mau ngajarin. Ya main di luar saya rasa jadi dapet ilmu lebih luas, bikin kita berani membebaskan diri (karena nggak ada batasan).
Sering-sering datang ke kelas Akademi Berbagi akan banyak ketemu dengan orang keren yang memiliki latar belakang berbeda. Ikut Kelas Inspirasi juga akan ketemu sama orang-orang yang udah kerja yang tentu saja profesinya berbeda-beda. Kelas-kelas gratisan juga jangan dilewatkan. Pokoknya, banyak main sama temen luar dari circle kampus aja sih.
Jadi, kapan saya ketemu sama ngobrol dengan kamu yang baca ini yang pastinya punya kapabilitas dan pengalaman keren? Ngopi, yuk!  

2 comments:

  1. Ah, mirip banget sama aku! Aku lumayan pemalu, tapi maksa banget buat ikut komunitas-komunitas biar dapat kenalan baru, dapat ilmu baru. Tapi ya seringnya.. nongol di belakang doang jadi penyimak :)) Yaa mudah-mudahan ntar lebih berani bersuara ya, hehe.

    ReplyDelete