"Main keluar, yuk,"
kata pamungkas ketika ada temen yang cerita kalau dia bingung menentukan hidup,
mendefinisikan diri atau dilema dalam membuat keputusan-keputusan besar dalam
hidupnya.
Sebenernya tricky sih soal
'menemukan diri', susah-susah gampang. Gampang karena sebenernya ini hanya soal
'kamu maunya hidup kayak gimana' susah karena kadang kita gak tau apa mau kita.
Gak tau kemauan diri karena sering kali hidup dengan "konstruksi public".
Kayak: abis SMA, ya kamu harus ikut SNMPTN, SBMPTN, kuliah, kerja dan rabi.
Saat SMA, saya nggak masuk
jurusan susah, jadi Bahasa aja. Gak mau masuk dalam persaingan SNMPTN &
SBMPTN sama sekali. Bahkan guru BK (Bimbingan Konseling) saya pernah bilang ke
salah seorang teman, “Oh Sophia Mega yang sebenernya dia bisa masuk jurusan
IPA/IPS tapi karena males susah jadi jurusan Bahasa itu ya?” Ya Allah, dengar
opini itu saya kok ya merasa kasihan dengan diri sendiri tapi ya bener juga.
Kadang sekolah gak lagi jadi
tempat “pengembangan diri”, tapi "pembatasan diri". Saya bilang
seperti ini bukan berarti saya benci kuliah ya, dua semester ini Alhamdulillah
saya masih diberi kesempatan untuk ambil SKS penuh—yang berarti saya masih
serius dalam studi S1 ini. Tapi ada yang perlu diseimbangkan, poin saya: jangan sampai ‘lembaga resmi belajar’
menjadi pembatas diri.
Sederhana aja cara
menyeimbangkannya: jangan lama-lama main
di kampus atau sekolah, banyakin main di luar. Main di luarnya terserah mau
dengan cara apapun, mau traveling, ikut
komunitas, atau cuma ngopi dan ketemu orang-orang di luar. Nggak hanya berjumpa
dengan teman kampus, tapi orang lain juga dan diniatkan: belajar. Karena
percuma ‘traveling’ kalau niatnya hanya sekadar ‘having fun’, niatkan dari awal belajar.
Yang jelas, dengan main keluar
dan nggak hanya bertemu orang-orang kampus aja, kita bakal ketemu orang-orang
sangar yang sudah tau tujuan hidupnya, pemikirannya yang kadang bikin ngeri,
ketemu orang yang lebih jago dan ilmu pun semakin bertambah. Kita jadi makin
tau bahwa begitu banyak pilihan hidup.
Gak hanya dikotak-kotakkan
jurusan IPA, IPS, BHS, AGAMA. Gak hanya perlu menentukan konsentrasi Audio
Visual, Jurnalistik dan Public Relations. Dengan 'membebaskan diri' jadi lebih
tau apa yang kita mau dan suka. Oh ya, jangan lupa mengosongkan gelas sebelum
bertemu orang baru, karena menjadi ‘metuek’ dan ‘sombong’ itu sangat
menggelikan, hehehe.
Berawal ingin tahu
apakah ada blogger di luar sana yang berkumpul untuk sekadar ngobrol dan bertemu
yang bikin saya selalu seneng tiap ketemu orang baru. Padahal saya nggak se-extrovert itu, ketika awal ketemu lebih
banyak diam dan kaku banget. Baru pertemuan dua sampai tiga kali baru cerewet
dan berdongeng tiada henti.
Saya banyak belajar
dari orang-orang yang saya temui, saking nggak mau melewati beberapa poin
penting saya selalu siap sedia dengan aplikasi notes atau notebook ketika lagi
ngobrol. Bertemu dan ngobrol dengan orang yang jauh lebih jago bikin saya lebih
menjaga diri saya dari sombong padahal baru belajar sedikit, membantu saya
untuk mendapatkan gambaran ke depan, dan bisa ‘membebaskan diri’ untuk
mengetahui apa yang lebih saya inginkan.
Tapi banyak
mendengarkan juga bikin saya nggak pede ketika ada yang ngajak ketemuan untuk ‘sharing’
sama saya, ngerasa gak punya kapabilitas dan deg-degan luar biasa aja gitu.
Nggak papa, namanya juga proses. Saya ingat pesan Mas Fa, “Meg, kamu tuh jangan
lupa cerita apa yang kamu tau ke orang lain, jangan cuma dengerin aja.” Yah,
dengan banyak ketemu orang dengan latar belakang beda, kita akan banyak masukan
positif yang beragam.
Atau Mas Taufiq
yang bilang, “Semuanya dipelajari, motret model dipelajari, motret nikahan
juga.” Yang bikin saya sadar bahwa selama ini saya terlalu membatasi diri
dengan fokus-fokus yang saya buat. Sampai akhirnya lebih berani untuk belajar
banyak hal dengan teman-teman di luar sana yang udah jago di kapabilitasnya
masing-masing.
Baru beberapa hari
ini saya aktif di Foody Malang, sebenernya bantu menulis aja. Tapi ini
challenge baru gitu, saya nggak biasa nulis dan motret makanan sebenernya. Tapi
ada Mas Yuwono, Mbak Andrea, Mbak Annisa, Mas Doyoke dan lainnya yang mau
ngajarin. Ya main di luar saya rasa jadi dapet ilmu lebih luas, bikin kita
berani membebaskan diri (karena nggak ada batasan).
Sering-sering datang ke kelas Akademi Berbagi akan banyak ketemu dengan orang keren yang memiliki latar belakang berbeda. Ikut Kelas Inspirasi juga akan ketemu sama orang-orang yang udah kerja yang tentu saja profesinya berbeda-beda. Kelas-kelas gratisan juga jangan dilewatkan. Pokoknya, banyak main sama temen luar dari circle kampus aja sih.
Jadi, kapan saya
ketemu sama ngobrol dengan kamu yang baca ini yang pastinya punya kapabilitas dan
pengalaman keren? Ngopi, yuk!
Ah, mirip banget sama aku! Aku lumayan pemalu, tapi maksa banget buat ikut komunitas-komunitas biar dapat kenalan baru, dapat ilmu baru. Tapi ya seringnya.. nongol di belakang doang jadi penyimak :)) Yaa mudah-mudahan ntar lebih berani bersuara ya, hehe.
ReplyDeleteYAAAY SEMANGAT TERUs KITAH YAAA
Delete