(Nila dan Sheren) Balada nggak ada foto lainnya, yawda pake almamater gak papa. Saya nggak bisa pake sepatu cewek. Nggak tau ini sebuah...

#TimSneakers, Kenapa Pilih Sneakers dan Jasa Cuci Sepatu Malang

(Nila dan Sheren) Balada nggak ada foto lainnya, yawda pake almamater gak papa.
Saya nggak bisa pake sepatu cewek. Nggak tau ini sebuah sugesti yang akhirnya menjadi sebuah keyakinan atau memang ada perempuan-perempuan yang terlahir tidak dengan kemampuan menggunakan sepatu cewek. Sebenernya sih sepatu cewek ini banyak ragamnya, mungkin biar lebih jelas lagi saya nggak bisa pake sepatu yang nggak menutupi tiga perempat punggung kaki. Jadi meskipun flat shoes, nggak semua nyaman di kaki.
Penyebabnya.. nggak hanya jadi capek, tapi kram juga. Ironi menurut saya, ketika saya harus pake heels atau wedges untuk acara tertentu lalu pulangnya ‘nyeker’ alias nggak pake heelsnya karena capek saat jalan ke rumah. Tapi ironi buat saya belum tentu ironi buat teman-teman semua, ini soal selera aja, saya seneng lihat ‘sepatu cewek’ yang manis-manis tapi bersedih juga karena percuma kalau saya beli, pakenya cuma di special occasion aja.
Ini sebuah alasan kenapa saya males banget kalau harus jadi MC, karena itu harus dandan cantik yang kadang nggak bisa jadi kita sendiri gitu. Bajunya diatur, sepatunya diatur dan rata-rata harus pake heels atau wedges. Sebagai tim emoh ruwet, saya akhirnya malas ngemsi-ngemsi lagi he he he (kecuali kalau santai dan nggak perlu dandan aneh-aneh).


sneakers for lyf
Konfers yang sudah empat tahun tapi tetap sayang.
Sneakers for lyf’ nggak terlalu berlebihan saya rasa, karena emang kemana-mana menggunakan sneakers. Bahkan kalau lagi ketemu sama dua teman saya yang bernama Sarah dan Arin lalu kita mau keluar bareng, sok-sok kompakan dengan, “Pake konfers yuk pake konfers.” Adanya mereka menjadi sebuah alasan kenapa saya masih tetap menggunakan konfers yang udah ada sejak kelas 2 SMA itu, yang aslinya warnanya hitam jadi bener-bener abu-abu karena nggak bisa merawat.


Dulu banget nih, saya nggak pernah tau kalau ternyata sneakers itu dicucinya kudu hati-hati atau akan bernasib sama dengan konfers saya. Ya untung, konfers tipe sepatu yang semakin jelek semakin keren, katanya. Waktu SMA, kalau sepatu kotor dicuci sedia kala, nggak peduli lah mau warnanya berubah apa gimana. Saya pikir, warna sepatu akan pudar pada waktunya.

jasa cuci sepatu malang
Nyubalance kesayanganku.
Beda ceritanya dengan sepatu nyubalance yang kalau kotor itu beneran jadi jelek dan nggak keren. Sepatu ini punya cerita dan kenangan, dibeli menggunakan gaji sendiri, sebulan nulis 50 artikel lalu setengahnya dipake beli sepatu. Padahal sebelumnya saya paling males kalau belanjain gaji buat sepatu atau baju, tapi konfers yang sudah seperti upik abu itu minta diganti.


Eh, nggak ada dua minggu saya kecelakaan motor dan sepatu baru yang masih disayang-sayang ini agak rusak. Teriris batin ini. Huhuhu tapi nggak papa, sepatu nyubalance ini lah yang menyelamatkan kaki dari luka yang lebih parah. Coba pake konfers mungkin dia udah sobek utuh, terima kasih nyubalance.


Nggak tau kalau sepatu bisa dirawat dengan baik atau sepatu tipe-tipe nyubalance bisa jadi cantik kembali (meskipun sudah sempat tergesek oleh aspal dengan keras atau sepatunya akan jadi keras bagian luarnya kalau kena air hujan) bikin saya seneng banget ketika menemukan jasa cuci sepatu Malang. Finally, sepatu-sepatu ini bisa menjadi wangi dan baru! Sebenernya jasa cuci sepatu Malang banyak, sekarang udah enak banget memilih yang cocok dan sesuai di hati.


Saya sendiri udah pernah menggunakan dua jasa cuci sepatu Malang. Sama seperti memilih jasa laundry baju, pilihan kalau untuk urusan ‘bersih-bersih’, selain kalau nggak beneran bersih ya deket dari rumah. Meskipun murah tapi nggak bersih ya kesel dong, atau wanginya nggak cocok nggak akan membuat bahagia setiap mau ganti baju.


Tempat pertama kali yang saya tuju adalah store-nya yang paling dekat dari rumah. Saya termasuk tipe orang yang mager banget buat menghubungi contact person, terus sepatunya dijemput dan lain sebagainya. Mending langsung ke store, nggak perlu nunggu-nunggu lagi, maklum yah orang konvensional, dengan canggihnya teknologi, saya masih menjadi tipe orang yang masih mager beli online, lebih suka langsung ke toko.


Tapi setelah dicuci, jasa cuci sepatu Malang yang saya tuju kemarin-kemarin itu bersih sih, cuma wanginya agak aneh. Tapi mungkin di temen-temen nggak aneh, tapi buat saya aneh gitu, agak annoying dan bikin nggak bahagia waktu pake sepatu *duhsebegitunya*. Ujung-ujungnya tetep aja pake jasa tersebut, yaaa saya pikir mungkin semua jasa cuci sepatu punya wangi yang sama.. ternyata enggak.


jasa cuci sepatu malang mytsneakers
Thank you @mytsneakers! Sepatu ini emang sudah pudar dari sananya, waktunya recoloring tapi emoh lah. Biar saja begini.

Akhirnya mencoba move on, jasa cuci sepatu di Malang yang saya tuju selanjutnya adalah @mytsneakers, yang satu ini memang belum ada store, tapi mengunggulkan jasa free pick up dan delivery-nya. Yas, kali ini saya mencoba memaksa diri untuk mencoba yang menggunakan free pick up dan delivery, mencoba yang murah meriah. Menunggu sekitar 3-4 hari, yaaaay sepatu-sepatuku finally kembali cantik! 


Anggapan bahwa semua jasa cuci sepatu punya wangi yang sama ternyata disangkal oleh @mytsneakers, nyucinya bersih dan wanginya soft. Jadi ketika nempel di sepatu nggak ganggu, sukak! Bersih dan wangi, komplit, jadi untuk harus menghubungi contact person nggak masalah lah. Abis ini mau nyuci sepatu yang lain lagi.


Murah kok di @mytsneakers ini (Mei 2017), fast clean (membersihkan luar dan gak detail) Rp20.000, deep clean (memberishkan luar dalam secara detail, termasuk tali) Rp30.000 dan unyellowing (memutihkan mid sol yang menguning karena jamur) Rp45.000. Termasuk murah banget sih, sebuah kabar baik untuk mahasiswa dan mahasiswi seperti saya yang harus berpikir jutaan kali antara mencuci sepatu atau ngopi hahahaha.

kenapa pilih sneakers
Tentu saja sepatu saya yang stripes. Ini diajakin foto-foto ala anak moeda oleh Mas Taufiq hahaha.
Ada dua lagi sepatuku sayang yang lain, satunya dibeli karena akhirnya merasa butuh sepatu perempuan. Tapi belinya sesuai perdebatan Ayah dan Ibu saya. Ayah bilang, “Kamu mending pake sepatu-sepatu yang kayak gini lho (menunjuk tipe-tipe nyubalance), keren gitu.” Tapi Ibu bilang, “Tapi kamu juga butuh sepatu cewek.” Hahahaha ribet yah? Yah apa daya, saat itu Mega jobless, tidak ada lagi gaji bulanan, jadi masih minta kasih sayang Ayah Ibu dengan dibelikan sepatu dengan konsekuensi harus sesuai selera Ayah Ibu.

Maap yah, nggak ada foto lainnya selain itu hahaha.
Sepatu selanjutnya hanya lah karena tergoda harga… Beberapa minggu lalu berkunjung ke Mitsui Outlet Park di Malaysia, awalnya udah berniat nggak beli apa-apa. Tapi saat melihat Jul Nike Toki Slip Print Women’s Athletic dijual dengan harga 179 RM atau sekitar Rp500.000-an itu sebuah godaan yang susah ditolak. Kalau di semacam ebay.com gitu aslinya 119 USD atau sekitar Rp1,5juta lah. Udah gitu, bahannya bukan kanvas atau leather, apa ya nggak paham, pokoknya kalau hujan lebih aman daripada dua bahan tersebut (selalu bisa cari alasan ya, Meg?).

Ya Allah, seharusnya tidak boleh menumpuk barang, nanti di akhirat hisabnya lama katanya huhuhuhuhuhuhuhu. Tapi apa daya, gak papa ya, terakhir ya… maafkan alam semesta. Lalu alam semesta menjawab, “Yasudah, ndak papa, asal dipake lhooo, tapi jangan lupa bersedekah.” Siap siap *berspekulasi sendiri*.

Sebenernya banyak banget kok sneakers yang cuma Rp200.000 udah dapet keren, notes original dan secondhand yah. Coba tanya mas-mas @mytsneakers, pasti tau deh.

Sepatu bukan lagi cuma kegunaan nggak sih sekarang? Jadinya soal menemukan selera—yang sebenernya malah bikin konsumtif. Batas normal menurut saya sih satu-dua tahun sekali beli boleh lah, hitung-hitung self-rewarding. Kan kerja terus tapi nggak dibelanjain juga nggak baik.

Menghargai diri sendiri dengan membelanjakan diri dengan hal-hal yang kita suka nggak ada salahnya asal nggak menumpuk. Tapi kalau memang suka mengkoleksi mungkin beda lagi yah, mungkin bisa jadi shoes-enthusiast atau bikin store sendiri karena suka banget sama sepatu. Jadi ya bebas lah, asal seimbang pemasukan pengeluaran, seimbang sedekahnya juga dan bukan membeli sepatu keren hanya untuk panjat sosyel. Bahas sepatu tidak boleh lupa pesan moral ya gengs hahaha, jadi kalau menurut kalian gimana? Share di kolom komentar ya!

6 comments:

  1. Aku tim yang jarang beli sepatu, soalnya susah senang sama model-modelnya. Jarang banget bisa suka sama sesuatu barang, tapi kalau udah suka ituuu mulu yang aku pakai. Haha. Makanya harus sering juga dirawat biar gak gampang rusak meski sering dipakai. Tapi aku juga malas cuci sepatu, paling banter aku jemur tok. Haha. Bersyukur ada jasa cuci sepatu Malang, hidup jadi satu step lebih mudah. *alasaaaan*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha hidup jadi satu step lebih mudah ya Mbak wkwk. Gpp, dari pada warnanya jadi pudar. Aku nyuci kalau udah musim hujan tuh mbaaak, luar biasa pasti kotor :')

      Delete
  2. Hidup Sneakers :) #jalanjalan juga ke "rumah" aku ya,Kak!

    ReplyDelete