Ketika semua bermimpi ingin keluar negeri, sibuk pergi ke tempat kekinian yang berwujud alam padahal dia tak sekadar pergi ke sebuah t...

Dome Coffee: Akhirnya Selama di Malaysia Nemu Kedai Kopi!


Ketika semua bermimpi ingin keluar negeri, sibuk pergi ke tempat kekinian yang berwujud alam padahal dia tak sekadar pergi ke sebuah tempat yang sebenarnya hanya studio foto atau datang ke kafe paling baru sekadar untuk check-in di Instagram, saya diam saja di rumah. 

Ya, saya emang anak rumahan.

Satu-satunya anak perempuan mendadak membuat Ayah dan Ibu serba 'eman' sama anaknya. Kesana dan kesini nggak boleh, yang akhirnya karakter 'mager', 'ngapain keluar rumah' dan tidak punya banyak ketertarikan pada kehidupan di dunia ini selain menulis adalah Sophia Mega yang dulu, saat belum kenal kopi. 

Kopi yang membuat saya lebih punya banyak harapan pada dunia ini, oh ternyata dunia bisa menyenangkan juga untuk dijelajahi. Pengin belajar nulis lebih baik, pengin motret lebih baik, pengin belajar ini itu karena kopi. Bahkan sebelum kenal kopi, saat saya diajak ke Singapore, sebenarnya saya mau nolak aja. "Emang ada apa? Mau ngapain?" pikir saya.

Tapi akhirnya ya diiyain aja.

Berbeda waktu April 2017 lalu diajak ke Malaysia, saat sudah mengenal kopi. Excited banget! Meskipun awalanya saya udah ngebujuk dengan segala usaha biar liburan ke Jogja aja. Tapi gak papa, tetep seneng karena saya udah tau untuk apa jalan-jalan dan mendadak begitu menyukai wisata urban. Mulai dari kulinernya (terutama yang street food), museumnya, toko bukunya dan tentu saja kopinya!


OVEEEEER EXCITED perjalanan kali ini, tapi ya gitu, bawaan mager tetap melekat. Bukannya sibuk nyari tempat yang sekiranya bisa mudah dijangkau, eh malah berpikir, "Yaudah ntar aja lah nyarinya."

Nah, ini nih virus saya kalau lagi jalan-jalan, bukan tipe orang yang on-schedule. Tiap keluar kota, saya selalu nyari apa yang paling deket dari tempat tinggal. Ya saya pikir, mencari kedai kopi pasti mudah.

Ternyata berbeda di Malaysia, selama sekitar dua hari tiga malam saya di sana, semua kedai tutup sebelum jam 9 malam! Ya memang nggak ada yang ngopi malam-malam, mungkin hanya kota yang dipenuhi dengan mahasiswa.

Salah satu coffee-stop yang udah tutup, padahal penasaran bangeet.
Emang nggak sempat untuk benar-benar menjelajahi, Ayah dan Ibu tetap dengan pendiriannya, "Kamu mau apa? Udah sama Ayah Ibu aja." Baiklah. Saat malam hari, semua sudah lelah, saya jalan-jalan aja sendirian he he he. Pokoknya tiap ada kesempatan berpisah, saya usahakan untuk bisa jalan-jalan ngilang sendirian.

Ya ternyata benar dugaan saya selama melihat sekilas, kedai kopi di sini jarang ada yang dalam bentuk ruko atau toko kecil. Lebih banyak di mall. Waktu di mall pun, tidak ada yang menarik, ada sih coffee shop, tapi nggak membuat saya ingin masuk ke sana. Pokoknya perjalanan di Malaysia kali ini sebenarnya nggak semenyenangkan itu, selain karena saya nggak mau cari tau banyak sebelumnya, juga nggak punya banyak waktu.

Saat Ayah Ibu sibuk berfoto-foto di tempat wisata, saya lebih banyak diam, melihat kanan dan kiri. Mencoba menikmati dengan melihat apa yang orang lain lakukan, biasanya sih lebih suka melihat aktivitas anak dan ibunya. Kadang ada yang lucu, menyenangkan, sampai mengharukan.


Sempat sih waktu di mall Petronas menemukan kopi dari Marks & Spencer Collection, saya beli karena.. penasaran dan packaging. Teksturnya bubuk biasa, ya bukan beans. Tapi sayangnya nggak doyan, jadi saya nggak bisa ceritain detail gimana rasanya. 

Ternyata alam semesta sedang berbaik hati, perjalanan ke Malaysia kali ini tetap menemukan kedai kopi yang menarik! Tepatnya saat di spot terakhir, Mitsui Outlet Park KLIA Sepang. 


Ringgit saya abis, entah buat apa, saya udah nggak tertarik buat belanja-belanja, lagian nggak ada yang menarik (selain sepatu). Jalan-jalan dengan tatapan kosong, eh ada kedai kopi yang warnanya outstanding sekali! Warna hijau yang super nyaman banget dilihatnya, jarang banget ada kedai kopi dengan warna yang kayak ini.

Ngelihat harga cappuccinonya di depan kedainya, untungnya uangnya cukup! Saya langsung masuk, memesan cappuccino, menggunakan bahasa Inggris tentu saja.


Sebenernya agak tricky sih di Malaysia. Kadang, kita ngajak ngomong bahasa Inggris, mereka jawab bahasa Melayu. Kita ngajak bahasa Indonesia, mereka jawab pake bahasa Inggris. Malah pernah dijawab pake bahasa mandarin, oalah sak karepmu. 

Sebenarnya Dome Coffee ini kedai kopi franchise, aslinya dari Australia. Selain warnanya yang outstanding, bahkan websitenya juga punya visual yang bagus, baristanya menyenangkan! Sempat diajak ngobrol dari mana, saya jawab dong dari Indonesia. Yah seperti bule pada umumnya, dia tau Indonesia hanya sebatas: Jakarta dan Bali.



Yay, satu cup cappuccino dengan 13.8 RM atau seharga 43.000 IDR bisa dinikmati! Kalau ditanya rasanya gimana, udah lupa rasanya. Not really bad untuk kopi seharga 13.8 RM, enak kok, cuma nggak memberi kesan lain. Yang paling saya ingat adalah warna kedai kopi yang outstanding dan packagingnya.

Mungkin kali ini nggak bisa mampir ke banyak kedai kopi, tapi perjalanan ke Malaysia meskipun agak membosankan, saya masih menemukan hal-hal yang nggak terlupakan. Mulai tour guide yang super baik, kuliner yang luar biasa enak banget, digodain mas-mas dari India dan masih banyak lagi. Semoga selanjutnya punya kesempatan untuk pergi-pergi ke luar Indonesia, untuk bertamasya kedai kopi dan toko buku. Aamiin.


2 comments:

  1. Sudah lama tidak mampir ke blogmu meg, makin sering nulis tentang kopi ya. Sukses terus ya :D

    ReplyDelete
  2. Gak pernah kepikiran buat ngopi di tempat wisata. Kadang kita terlalu fokus buat ke spot-spot terkenal tapi lupa buat menikmati waktu dengan lebih santai.

    ReplyDelete