Awal tahun 2017, saya memulai perjalanan mengopi di kota Malang dengan tagar #12Hari18Kedai. Project yang spontan karena menerima pekerjaan lepas: contentwriter, menulis kedai kopi di Malang untuk salah satu media. Beberapa kali bertanya ke teman-teman, baiknya kedai kopi apa yang perlu dicoba. Salah satu rekomendasinya adalah: Amstirdam Coffee.
Bermodal 'katanya paling enak', pagi sekitar pukul 10 saya menuju Amstirdam Coffee dengan sedikit kebingungan. Tempatnya memang tidak di depan jalan raya, tersembunyi. Tapi selalu ada kepuasan pada rasa penasaran yang lebih ketika berhasil menemukan sesuatu yang tidak banyak diketahui orang (pada masa itu).
Alat roasting yang sedang menyangrai menyambut pagi, roastery banget! Tumpukan karung berisi kopi, aroma kopi yang kuat dan bar terbuka jadi perpaduan yang yoi banget.
"Ini pakai metode Imersi," kata Pak Sivaraja, seorang barista yang belum saya kenal namanya hari itu.
"Ini pakai metode Imersi," kata Pak Sivaraja, seorang barista yang belum saya kenal namanya hari itu.
"Ha? Imer..? Apa?" tanya saya yang nggak nangkep apa yang Pak Sivaraja ucapkan.
Imersi, sebuah metode menyeduh yang baru saya ketahui hari itu. Tidak peduli dengan ketidaktahuan, yang penting update dulu. Lalu akun Instagram @amstirdamcoffee membalas update Instagram Stories tersebut, menjelaskan lebih banyak tentang Imersi.
Percakapan awal mengenal Amstirdam. He he he momen kenalan sama barista, pemilik kedai dan apapun yang pertama di kedai kopi selalu jadi cerita yang lucu untuk diingat-ingat kembali.
Sering ketika mencoba memperkenalkan Amstirdam, orang lalu risih dan segera memberi koreksi: "Meg, typo tuh. Yang bener Amsterdam." (true story) atau, "Amst..? Oh.. Amsterdam? Kopi dari Amsterdam gitu?"
Coba tarik nafas dulu, hembuskan pelan-pelan. Sabar itu perlu ya Saudara-saudari sekalian.
Ini beneran Amstirdam.
Pada umumnya, nama sebuah usaha/bisnis adalah bagian idealisme pemilik. Amstirdam Coffee tetap memiliki idealisme pada namanya, namun dengan cara berbeda. Berbeda karena yang memberi nama bukan pemiliknya, tapi petani.
Amstirdam merupakan sebuah akronim atau gabungan dari suku kata. Kepanjangannya: Ampelgading, Sumbermanjing, Tirtoyudo, dan Dampit. Empat kecamatan yang berada di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Petani keempat kecamatan tersebut yang tergabung dalam kelompok tani lah yang membuat akronim tersebut. Jadi akronim Amstirdam jauh lebih dahulu lahir, dibandingkan Amstirdam Coffee & Roastery yang hari ini kita temui.
Selama ini saya selalu sekadar mendengar cerita sebatas itu saja, hingga akhirnya bisa bersua dengan Pak Suratman Untung, salah satu petani Amstirdam.
Selama ini saya selalu sekadar mendengar cerita sebatas itu saja, hingga akhirnya bisa bersua dengan Pak Suratman Untung, salah satu petani Amstirdam.
Hari itu saya ngobrol dengan beliau yang akrab dipanggil Pak Surat, dengan deg-degan luar biasa. Saya bingung bersikap seperti apa ketika berbicara dengan seorang petani. Takut dikira ndak sopan, karena saya sebatas anak urban yang cuma keluar rumah untuk ngopi dan ke toko buku. Unggah-ungguh atau sopan santunnya jelas berbeda, pikir saya.
Tapi Pak Surat adalah seorang petani yang begitu ramah. Ia juga tak sendirian, bersama rekannya, Pak Imam. Sedang menunggu hasil kopinya tiba untuk segera disangrai Amstirdam Coffee.
Cerita Pak Surat bermula pada tahun 1998.
Cerita Pak Surat bermula pada tahun 1998.
Tahun tersebut merupakan tahun yang memberikan banyak perubahan pada lahan kopi di Kabupaten Malang. Bukan lagi pohon kopi yang ditanam, tapi banyak yang berubah menjadi ketela pohon hingga tebu. Hal ini tak lalu membuat beberapa petani kopi menyerah, namun semakin bersinergi dalam kelompok tani, tiap-tiap petani pribadi yang mempertahankan lahannya untuk menanam kopi.
Salah satunya yang berjuang adalah Pak Surat. Ia menjadi petani sejak lahir. Ketika Ayah dan Kakeknya hidup di zaman Belanda, lahan kopi begitu luas. Banyak peninggalan Belanda, salah satunya Loji, tempat pengelolaan kopi yang masih bertahan hingga sekarang.
"Ya yang paling cocok (ditanam) itu kopi. Dari ketinggian, suhu udara, curah hujan, cocok untuk perkebunan kopi," terang Pak Surat ketika ditanya mengapa tetap menanam kopi selain karena sejak lahir menjadi petani kopi.
Berkat sinergi antar petani, tiap bulannya kawasan Amstirdam bisa mengirimkan 6 kwintal robusta dan 40 kilogram kopi luwak ke Amstirdam Coffee & Roastery.
"Gini, Mbak. Pak Raja itu selalu minta kualitas, minta petik merah, tapi cara pengolahan tempat saya masih kurang. Masih ada yang ikut kuning. Harus saya dulu yang jadi contoh petik merah. Sekarang masih ngelatih petani. Tapi ya saya harap ada lah orang dari Amstirdam mungkin, atau orang di luar saya yang bisa ngelatih," cerita Pak Surat.
Pak Surat turut senang pada perkembangan Amstirdam Coffee & Roastery hingga hari ini, terutama karena menggunakan nama 'Amstirdam'. Sesuai dengan prinsipnya, selalu mendukung petani lokal, Pak Surat merasa terbantu dan memiliki banyak harapan pada peningkatan kualitas baik dalam kopi hingga apresiasi kepada petani dan harga jual biji kopi.
Di balik secangkir kopi yang kamu nikmati, ada sosok seperti Pak Surat yang bertahan dengan kepercayaannya, bahwa kopi lah yang paling cocok untuk diperjuangkan.
#DiBalikBar Ep. 1: Amstirdam Coffee
Di balik secangkir kopi yang kamu nikmati
Foto & cerita dari sophiamega.com
Berkolaborasi dan didukung penuh oleh MIKIRIN.ID
Media partner: Mahasiswa Malang, Event Malang & Malang Post
Di balik secangkir kopi yang kamu nikmati, ada sosok seperti Pak Surat yang bertahan dengan kepercayaannya, bahwa kopi lah yang paling cocok untuk diperjuangkan.
#DiBalikBar Ep. 1: Amstirdam Coffee
Di balik secangkir kopi yang kamu nikmati
Foto & cerita dari sophiamega.com
Berkolaborasi dan didukung penuh oleh MIKIRIN.ID
Media partner: Mahasiswa Malang, Event Malang & Malang Post
sempet tau juga akronim Amstirdam waktu liputan ke Dampit dulu tapi masih lupa-lupa inget dan setelah mbak Mega menjelaskannya secara jelas dan tepat akhirnya ngeh hehe
ReplyDeleteYay, makasih Fery! :D
Deleteaku kira nama amstirdam itu nama plesetan dari amsterdam, oh ternyata akronim keren buah karya petani ngalam. Sosok pak Suratman ini terlihat sederhana tapi elegan. keren !
ReplyDeleteYup, ini singkatan daerah hihi. Makasih yaa udah baca dan memberikan komentar di sini :)
Delete