Beberapa hari ini saya bertanya pada diri sendiri: apa yang membuat saya kadang enggak suka melihat beberapa orang bahagia? Jika dilih...

Review Novel Wonder: Bukan Cuma Kamu yang Punya Bad Day


Beberapa hari ini saya bertanya pada diri sendiri: apa yang membuat saya kadang enggak suka melihat beberapa orang bahagia? Jika dilihat dari karakter umum, saya emang sosok yang loyal sekaligus pendendam. Ketika percaya banget sama satu orang, just mention anything, I'll give you everything. Enggak cuma soal pasangan ya, kepada partner bekerja sebelumnya sering begitu. Tapi, ketika satu kali dikecewain, bisa dibilang saya akan memutus segala hubungan dan enggak mau support apapun.

Keputusan untuk mencukupkan hubungan ke setiap orang seperlunya saja, enggak selalu bikin hati damai. Untuk damai, seperti pesan teman-teman saya yang lebih bijak, saya harus tahu penjaranya apa. Beberapa waktu saya berpikir, dan ternyata penjaranya adalah saya tidak suka melihat keadaan yang tidak adil.

Contoh sederhana yang sering banget atau sehari-hari ada adalah, ketika ada orang lain mengeluh kehidupannya selalu buruk, bahkan lebih buruk dibandingkan orang lain dan meminta orang lain untuk selalu mengerti kondisinya, bahkan dalam ranah yang profesional.

Pada masa itu, saya begitu membenci orang-orang yang seperti ini. Hingga akhirnya saya nonton film Wonder dan memutuskan untuk membaca novelnya. Novel ini sudah saya review di Youtube dan bisa kalian tonton di akhir video ini, ya! Saya sudah tambahkan agar kalian enggak perlu pindah ke Youtube untuk nonton reviewnya lebih lengkap, karena di sini saya lebih menuliskan dan mengaitkan ke dalam hal-hal personal.

Sumber: https://id.pinterest.com/pin/117304765279004401/

Dalam novel ini, Auggie, tokoh utama yang memiliki perbedaan wajah seakan-akan menjadi matahari yang dikelilingi oleh planet lainnya. Planet lainnya dalam hal ini adalah Ayah, Ibu dan Via sebagai kakak Auggie. 

Auggie punya ambisi ingin dilihat sebagai an ordinary kid atau anak biasa pada umumnya. Tapi pada prakteknya, dia selalu memusatkan kehidupannya di permasalahan pribadinya sehingga dia lupa bahwa setiap orang juga punya masalahnya sendiri. Misalnya, Via yang enggak mengajak Auggie untuk nonton teaternya karena beberapa sebab, tapi Auggie berprasangka dan marah karena menganggap Via malu punya adik seperti Auggie.

Termasuk scene yang saya suka. Foto: http://whysoblu.com/kind-wonder-movie-review/
Hingga akhirnya Via bilang, "It is not always about you." Serta menekankan bahwa setiap orang punya hari buruknya masing-masing. Dan bagaimana bisa Auggie ingin menjadi 'ordinary kid' tapi selalu mempermasalahkan wajahnya dalam segala hal? Via bilang: kalau kamu mau jadi anak biasa, ya ini lah kehidupan anak biasa, selalu punya masalah dan tidak selalu orang lain yang menyelesaikannya.

Gila, itu dalem banget. Kita bisa dapatkan bahwa jika kamu ingin menjadi manusia pada umumnya, ya begini lah menjadi manusia. Akan selalu ada masalah, dan itu yang membuat kita hidup. Ketika kita enggak ada masalah, kita tidak akan tumbuh dan mungkin hanya menjalankan kehidupan formal atau malah seperti robot. 

Cerita ini ada di film dan novelnya selalu berhasil membuat saya sadar bahwa: tuhkan huhuhu dasar tuh orang-orang yang egois pada permasalahan pribadinya. Ya dikira sini enggak lagi mengalami kesusahan dan permasalahan? Dikira masalah kita enggak serius gitu? Ya masa harus bilang masalah diri sendiri biar dia ngerti? Ya kan enggak semua masalah harus diceritain.

Yup, novel ini nggak bikin saya langsung tahu caranya berdamai dengan penjara bahwa saya tidak suka keadaan yang tidak adil. Ya kalau saya sekarang berusaha bertahan dengan permasalahan pribadi, ya harusnya dia juga dong. Saya percaya setiap permasalahan selalu sesuai dengan bebannya masing-masing, saya tahu dia sedang menghadapi masalah berat yang enggak bisa saya hadapi jika saya jadi dia, tapi juga sebaliknya kan? Jadi bisa gak sih kalau gak perlu menganggap kehidupanmu yang paling buruk?


Novel dan film Wonder masih berhenti di sana, kita enggak seharusnya memang menganggap masalah kita paling buruk. Tapi akhirnya saya menemukan solusinya dari orang-orang yang saya temui di setiap obrolan kedai kopi dengan kesimpulan yang sama: percaya lah sebenarnya setiap orang sedang melangkah ke tahap yang sama, yang jika dalam kasus ini: mereka sedang mencoba profesional kok. Tapi kita memang sedang dalam tahap lebih cepat dari dia, bersyukurlah, dan terus mencoba memahamkan ke dia. Kalau kamu bukan orang yang bisa membuat dia berubah, dia mungkin harus melewati berbagai jalan yang baik.

Ada cuitan di Twitter: orang mengeluh tuh bukan untuk dibanding-bandingkan, tapi untuk didengar. Saya antara setuju dan enggak setuju dengan ini. Iya emang butuh didengar, tapi kalau terus-terusan begitu, dan enggak diingatkan, apa mau merembet ke urusan profesional?

Ketika saya sudah berdamai dengan pikiran saya, maka tahap selanjutnya adalah mengambil sikap jika ada kejadian yang sama. Keputusan saya ketika ada orang ngeluh di saat gak pas.. saya akan diam saja, mendengarkan dan memberi saran secukupnya, karena memang tidak ada hubungannya antara permasalahan dia dengan beban yang saya punya. Dan kalau ada urusan profesional yang dihubung-hubungkan dengan masalah, ya saya cukup dengan, "Fokus dulu ya, ini tanggung jawab bersama."

Tapi ya kita harus damai dulu dengan pikiran-pikiran kita sendiri, sebelum bisa bilang: fokus dulu ya. Jangan-jangan ketika kita bilang 'fokus dulu y'a masih mikirin, dih ini anak ya bisa-bisanya egois dengan masalah sendiri, aku juga lagi ada masalah yang lagi ditahan lho. 

Ya begitulah, begitulah. Menurut kalian gimana kalau bertemu dengan kondisi seperti ini? Bagikan di kolom komentar, ya!

Oh ya, sesuai janji di awal, buat kalian yang belum tahu isi lebih lengkap dari novel Wonder. Kalian bisa tonton review novel Wonder dari R.J. Palacio di bawah ini: 


Baik novel dan filmnya, aku suka dua-duanya! Kamu udah nonton atau baca novel Wonder belum?

WONDER
Penulis: R. J. Palacio
Penerbit: KNOPF
Harga: 126.000 IDR (beli di Periplus)
Halaman: 341

0 comments: