Hal yang paling menyenangkan sejak mengulas buku selain jadi lebih rajin baca buku adalah, bisa komunikasi secara langsung dengan berba...

UNBOXING - Novel Semu dan Alasan Kenapa Menerbitkan Buku Sendiri


Hal yang paling menyenangkan sejak mengulas buku selain jadi lebih rajin baca buku adalah, bisa komunikasi secara langsung dengan berbagai penulis. Salah satunya yang menurutku cukup berkesan adalah ketika berkenalan dengan Mbak Zur'ah Budiarti. 

Di awal, Mbak Zur'ah rajin sekali memberikan saya referensi tentang feminisme, topik yang ingin saya cari tahu saat ini. Hingga akhirnya ia memberi kabar bahwa: dia akan merilis buku dan topiknya feminisme. Melihat Mbak Zur'ah sebagai pribadi yang paham feminisme tapi tetap bisa menempatkan diri bagaimana cara menyampaikan apa yang ia paham dengan baik, saya percaya karya kali ini pasti tidak dikerjakan asal-asalan.


Mbak Zur'ah bahkan punya alasan tersendiri mengapa memilih bukunya diterbitkan secara independen. Ia bilang, tulisannya tidak mau dipaksa sesuai selera pasar. Yup, emang bakal beda kok tulisan yang diterbitkan oleh penerbit mayor dengan penerbit yang kecil. Terkadang novel-novel yang diterbitkan secara mayor punya kecenderungan yang sama dalam gaya bahasa dan alur cerita. Tidak semua gaya penulisan atau bahkan topik cerita bisa diterbitkan di penerbit mayor. 

Pilihan menerbitkan buku sendiri memang bisa menjaga idealis yang kita punya. Dan mendengar Mbak Zur'ah menjaga idealis tersebut, saya yakin akan menemukan sesuatu yang berbeda dalam bukunya.


Novel yang berjudul Semu ini diterbitkan Stilleto Book. Saya baru dengar penerbit Stilleto Book yang ternyata khusus membahas tentang perempuan. Wow, ternyata ada, ya! Setelah ini saya harus kepoin website mereka di stilettobook.com. Dan bagi teman-teman yang ingin menulis buku dengan topik perempuan, bisa banget sih menerbitkan bukunya sendiri di sini.

"Aku ingin membuang stigma bahwa penulis pemula hanyalah orang yang ingin buru-buru disebut sastrawan. Itu kenapa aku memilih berusaha se ‘aku’ mungkin dalam artian nggak buru – buru menjual idealisme ku untuk ikut selera bacaan pasar yang terlalu populer," begitu cerita Mbak Zur'ah.


Jadi ketika membaca novelnya, Mbak Zur'ah berharap enggak hanya dapat cerita galau. Tapi mendapat insight, paradigma, tokoh bahkan teori yang bisa dipelajari. Mbak Zur'ah bilang kalau jangan berekspektasi pada karya pertamanya. But sorry, I expect a lot from this novel hahahaha. Saya merasa yakin akan dapat banyak hal di sini.

Cover dari novel Semu yang menarik perhatian saya di awal ketika melihat di Instagram @zurahbudiarti. Bahkan ada tagarnya sendiri, yakni #membacasemu. Ketika mengirimkan buku, Mbak Zur'ah bahkan mengirimkan dalam bentuk subscription book, niat abis! Bikin yang nerima dan mau baca jadi semakin semangat.

Untuk unboxing-nya bisa kalian lihat di Youtubeku, atau lihat di bawah ini.



Tentunya dengan senang hati ketika Mbak Zur'ah menawarkan untuk mengirimkan bukunya dan saya baca ketika tahu topiknya adalah feminisme dengan kecenderungan bad feminist. Saya diberi banyak wawasan sebelum membaca buku ini, seperti paradigma roxane gay, yang merupakan gagasan di era post modern. Istilah-istilah baru ini membuat saya bersyukur bisa kenal penulisnya dahulu sebelum membaca bukunya. Jadi belajar dahulu, lalu baca ceritanya. Enggak cuma terhanyut dalam cerita, tapi menambah pengetahuan baru.

Di bulan Mei, saya janji nyelesein novel ini, saking penasarannya. Jadi tunggu reviewnya di channel youtube.com/c/sophiamegablog, ya! Di blog, saya akan tetap berbagi segmen #SibukBaca dalam hal-hal yang belum sempat saya ceritakan di Youtube. So, stay tuned! 

0 comments: