Foto: sophiamega Sedikit memiliki teman yang keturunan Cina membuat saya enggak terlalu mengenal bagaimana stereotipe pada orang Cina. ...

Review Novel Crazy Rich Asians dan Kehidupan Orang Keturunan Cina

Foto: sophiamega
Sedikit memiliki teman yang keturunan Cina membuat saya enggak terlalu mengenal bagaimana stereotipe pada orang Cina. Ya paling ngertinya mereka lebih banyak bisnis dan cukup pelit. Bahkan saya sempat kagum dengan orang-orang keturunan Cina, saat zaman penjajahan, mereka sibuk membuat media yang bisa menyambungkan antara orang Cina dari satu Negara dengan Negara lainnya untuk berkomunikasi terkait bisnis. Sehingga bagaimana pun zamannya, mereka akan bisa survive bersama.

Menambahkan review saya yang ada di Youtube, atau bisa kalian klik di sini, ada banyak alasan kenapa buku ini worth to read. 

Drama yang komplit.
Who doesn't love drama? Semakin drama, warganet semakin suka. Namun orang cenderung menganggap remeh novel 'pop' atau populer yang lebih banyak dramanya dibanding esensinya. Meskipun Crazy Rich Asians super drama yang menceritakan kisah romantis dan segala drama keluarga, tebakan saya ini memang yang ada di realita.

Bagaimana saat seorang pria siap menikah, hingga seseorang Ibu menganggap tidak ada teori 'menunggu yang paling tepat'. Tapi ketika seorang pria telah berada di fase siap, siapa pun perempuan yang ada di sisinya, pasti akan menjadi tepat dan akhirnya menikah. Meskipun ini sedikit menyedihkan, tapi dalam hati saya sedikit menyetujuinya.

Atau ketika menyeramkannya mengenalkan pasangan kita di saat kultur keluarga yang memandang rendah orang lain dari segi derajat keluarga. Cerita bagian ini benar-benar membuatku tersedu-sedu. Dua hal ini saja, kita bukan sekadar terhibur akan novelnya, tapi mengetahui apa realita yang sedang kita hadapi. 

Menceritakan kultur Cina yang blak-blakan.
Kevin Kwan, sebagai penulis, sangat blak-blakan menceritakan tentang kultur Cina yang sebenarnya dia juga orang Cina yang menghabiskan waktu di Singapura. Blak-blakannya sering kali membuat saya yang malah takut kalau Kevin Kwan akan diprotes orang berketurunan Cina saat menulis novel ini. Bisa jadi ini bukan sebuah novel, tapi jadi ada unsur kritisnya pada etnisnya sendiri.

Salutnya lagi, berani dibuat menjadi sebuah film. Enggak bayangin bagaimana tanggapan penonton, tapi kalau saya sangat excited untuk segera menontonnya.

Stereotipe di masyarakat terhadap orang keturunan Cina bener gak sih?
Di dalam novel ini disampaikan bahwa orang Cina memang cenderung tidak mau mengeluarkan uang lebih pada beberapa hal. Tapi di berbagai sisi, mereka bisa sangat loyal karena dalam novel ini menceritakan keluarga dari Cina yang memang crazy rich alias super kaya. Bahkan dalam kutipan di novel sampai mereka dianggap lebih kaya daripada Tuhan hahaha. 

Sisi feminis pada novel.
Banyak perempuan yang lebih speak-up dan mengontrol kehidupan orang lain di sini, dan dibuktikkan bahwa yang merendahkan perempuan bukan selalu laki-laki, tapi sangat bisa perempuan itu sendiri. Tapi, ada sepotong cerita, bahwa dalam sebuah rumah tangga, seorang istri sangat tidak pede pada statusnya sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan suaminya adalah seorang dokter (jika tidak salah), dan mereka benar-benar kaya. Tapi sebenarnya kekayaan itu karena istrinya yang jago mengatur keuangan dan selalu beruntung saat investasi. Istrinya yang paling ngerti bagaimana mengolah uangnya.

Meski dari sisi istrinya selalu tidak pede dan merasa rendah diri, saking merasa rendah diri sampai-sampai dia enggak mau satu mobil sama suaminya. Kevin Kwan tetap menunjukkan sudut pandang lain bahwa dalam rumah tangga yang sering kali dianggap istri dari suami yang kaya hanya menghamburkan uang ternyata tidak selalu.

Novel 469 halaman ini memang terdengar sangat populer dan cuma haha-hihi aja, tapi bagi saya, kalian bisa dapat banyak hal dalam novel ini. Worth to reaaad! Siapa hayooo yang mau nonton filmnya di Agustus 2018 nanti?

Oh ya, jangan lupa nonton versi videonya di: 


2 comments:

  1. Haaaa ini bener banget! Banyak yang bilang bagus dan seru bahkan katanya mo dijadiin film ya. Tapi gue sebenernya gak begitu suka sama ukuran bukunya, agak nggak pas kalo dipegang. Jadinya, belom sempet beli. Huehehehe. \:p/


    EH LO KAPAN KE JAKARTA WOOOY!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa bener banget. Terlalu besar gitu sih, dan saking besarnya bikin gampang rusak *aku aja sih kayanya wkwkkwkwkw*.

      IYA NIH AKHIR2 INI SERING KE JAKARTA KARENA LDR-AN SAMA ANAK SANA wkwkwk. Kapan yaah ke sana lagi :')

      Delete