Pagi itu nggak hanya dikejutkan dengan lensa kamera yang sebelumnya tersiram kopi dengan naasnya ternyata bisa dipake lagi, tapi menjad...

Parco Canteen: Gak Pernah Nemu Kopi Gak Enak di Melbourne


Pagi itu nggak hanya dikejutkan dengan lensa kamera yang sebelumnya tersiram kopi dengan naasnya ternyata bisa dipake lagi, tapi menjadi pagi yang agak sedih karena harus buru-buru ke bandara untuk terbang ke Sydney. Langkah di pagi hari itu membuat saya berdoa semoga ini bukan kopi terakhir yang saya nikmati di Melbourne. Semoga bisa kembali ke sini, atau bahkan bisa melanjutkan kuliah di sini.


Tidak jauh-jauh dari Quest Carlton on Finlay, tepat di sebrang, ada sebuah kios yang pagi-pagi banget udah buka. Tepatnya pukul 4.47 pagi waktu setempat, udah buka dong kiosnya! Kali ini saya mencoba kopi yang enggak diketahui oleh banyak orang, letaknya ada di dekat taman (Argyle Square) di sana, dan apakah rasa kopi yang bahkan bukan dari kedai kopi ternama sama enaknya?

Akhirnya saya pesan dan diberi bonus gak perlu bayar $0,5 hahaha. Pagi itu dingin sekali, ya kedai kopi mana sih yang buka jam empat pagi? Dan saat itu bukan cuma saya yang antri, ada dua sampai tiga orang lainnya.


Saya sempat ngobrol dengan baristanya, soal apa orang peduli dengan flavor notes di kopinya? Baristanya bilang untuk beberapa orang memang bertanya. Lalu kopi saya sudah tiba! Masih sama, dominan caramel sweet. Dengan begini, saya enggak pernah menemukan cappuccino yang enggak saya suka, semuanya enak!

Dari enam kedai kopi, enggak ada yang gak enak! Yang paling spesial memang masih Patricia Coffee Brewers dan urutan kedua Market Lane Coffee yang punya cappuccino dengan cenderung rasa yang fruity dan soft. Lainnya pasti caramel sweet, enggak pernah nemuin cappuccino yang pahit atau rasa kacang tanah. Kecuali saat mencoba cappuccino yang dipesan Ayah yang khas Turki dan tentu saja itu kan prosesnya sudah berbeda.


Selepas dari Parco Canteen, cukup berat untuk ke Sydney. Melbourne bener-bener bisa bikin jatuh cinta. Sebenarnya ya, rasa kopi yang enak bisa kok tetap didapatkan di Indonesia, atau bahkan Kota Malang. Hanya saja kita perlu cari tahu mana kedai kopi yang peduli pada ragam rasa pada kopi.

Tapi, ada beberapa hal yang susah didapat di Indonesia. Yaitu, akses buku yang enggak semudah di Melbourne. Duh rasanya gampang banget deh kalau mau cari buku-buku yang lagi dibutuhkan di sana, ya asal ada uang juga sih hahaha #menangiz. Tapi di Melbourne kata Kak Didi, seorang teman, banyak juga yang jualan buku dengan harga 1$ saja dan enggak perlu ditanya lagi kan untuk akses perpustakaannya? Dan rasanya, sebelum pergi ke perpustakaan.. nyempetin ngopi terlebih dahulu kayaknya jadi gambaran sebuah pagi yang sempurna bagi saya.


Yah intinya, saya hanya berdoa hari itu bukan jadi hari terakhir saya bisa menikmati kopi di Melbourne. Aamiin. 

Location:



0 comments: