Sejak kecil aku sudah akrab dengan jamu. Baik karena ibu-ibu jamu gendong yang memperbolehkan kami meminta plastik jamunya diben...

Gerobak Jamu di Pasar Lama Tangerang: Seperti Menemukan Harta Tersembunyi


Sejak kecil aku sudah akrab dengan jamu. Baik karena ibu-ibu jamu gendong yang memperbolehkan kami meminta plastik jamunya dibentuk menjadi 'boneka', dengan diberi tangan dan kaki. Atau karena Ayah dan Ibuku dulu sering minum jamu di kedai-kedai jamu saat di Malang, yang kini salah satu kedai jamu langganannya sudah berubah menjadi toko perlengkapan membungkus kado.

Bahkan saat aku tinggal di asrama sekolah ketika SMA, tiap sore selepas ke warung internet (warnet), biasa aku selalu jalan sendiri untuk mencari ibu jamu. Pesananku tak jauh-jauh dari beras kencur atau sinom, mereka kesukaanku. Terakhir kali aku di Malang, tahun 2019, kulihat beliau masih dengan gerobak jamunya. Terkadang ingin berhenti dan membeli jamunya, tapi aku lebih sering bertemu ketika sedang mengendarai sepeda motor. Aku tidak mau menjadi public enemy dengan berhenti secara ngawur di pinggir jalan demi segelas jamu.

Saat pindah ke Kota Tangerang, aku cukup kaget melihat ada banyak kedai jamu di mana-mana. Bahkan dua kali pindah kontrakan, aku selalu bertemu dengan ibu-ibu jamu gendong. Salah satu namanya Mbah Mar, yang biasa lewat setiap hari, kini menghilang. Nampaknya ia pulang kampung. Mbah Mar, aku merindukanmu, sungguh.

Ketiadaan Mbah Mar yang tiba-tiba membuatku selalu bergumam ingin beras kencur. Aku sudah bilang ke Mas Taufiq, "Aku ingin beras kencur, beli di mana cobaaaa." Gumaman itu akhirnya menemukan jawabannya.

Kemarin malam, kami berniat membeli jamu racik yang biasanya dari jamu kemasan yang dicampur dengan telur mentah. Sebetulnya aku tak begitu menikmatinya, hanya saja efeknya luar biasa nyaman. Namun sebelum keluar rumah, aku mampir ke rumah bendahara RT untuk membayar bulanan kebutuhan bertetangga. Ketika pamit dan menyampaikan kami akan mencari jamu, beliau lalu menyampaikan sebuah kabar penting (bagiku hahaha), "Saya biasa minum jamu di Pasar Lama Tangerang, dekat jam itu, agak mahal karena dia langsung meracik jamunya di tempat." Mendengar itu, kami langsung meluncur ke lokasi.

Sebetulnya kami bingung lokasinya ada di mana. Tapi dengan intuisiku yang kuat, aku merasa gerobak jamu tersebut ada di sebelah kanan jam tangan besar di depan Pasar Lama Tangerang. Saat menuju lokasi tersebut, sudah terbau aroma jamu. "Mas ini ada bau jamunya, tapi mana jamunya?" Rupanya ada di sebelah kanan kami! Astaga, aku bahagia sekali! Sebab ada banyak rempah-rempah berjejer di sana, dengan ponselku, aku langsung sibuk merekam dan memotret.

Kupesan jamu pegal linu untuk Mas Taufiq dan beras kencur untukku. Yang meracik jamunya adalah seorang bapak-bapak yang belum sempat kutanya namanya. Beliau sangat pengertian untukku yang ingin mendapatkan jepretan sebaik mungkin. Saking pengertiannya beliau, aku meracau pada Mas Taufiq, "Seru kali ya kalo dibikin dokumenter."

Bapak jamu tersebut lalu bertanya, "Mau manjakani?" Aku bingung, aku hanya mengenal 'manjakani' sebagai nama band dari Kalimantan, yang kudengar lagunya pertama kali di panggung Folk Music Festival (Batu, Jawa Timur) sekitar pada tahun 2017 lalu. Ya aku bertanya saja, apa itu manjakani? Beliau menjawab, "Untuk sehat wanita." Oooh, baik, tentu aku mau!

Jamu pegal linu datang, diminum Mas Taufiq dengan agak terpaksa. Sebab ini tak ada telurnya, rasa pahitnya begitu jelas di lidah. Tapi aku merasa ada yang salah, jangan-jangan manjakaninya ada di jamu pegal linu yang ada di gelas Mas Taufiq? Kutanya pada bapaknya, DAN JAWABANNYA IYA. Beliau mengomeliku, "Kamu ini, saya kira kan kamu yang pesan." Hahahahaha. Tapi aku tetap membantu meminum jamunya kok.

Aku selalu penasaran bagaimana cara membuat beras kencur. Apa benar-benar dari air beras? Pada malam itu aku menemukan jawabannya, dan ternyata memang benar. Menurutku rasa racikan beras kencurnya lebih enak dari yang biasa aku minum. Tapi aku belum bisa menjelaskan detail mengapa lebih enak tapi jelas berbeda. Mungkin karena rempah-rempahnya lebih kuat ya.

Malam itu seperti baru saja menemukan harta tersembunyi, aku semakin penuh bahagia pindah ke Tangerang. Selalu ada makanan enak dan ternyata.. jamu-jamu yang enak juga! Yang jelas, kami pasti akan berkunjung rutin ke sana.

0 comments: