Bekerja di agency selalu kuhindari karena merasa nggak mampu sama workload-nya dan kayaknya enggak bisa kerja remote. Ditambah sejak menjadi ibu, aku semakin ragu dan menghindari pekerjaan di agency. Sampai bulan Februari 2022, aku diterima bekerja di sebuah agency dengan proses rekruitmen yang cenderung mulus.
Meski menghindari, sebetulnya aku masih coba melamar, sih. Nggak jauh-jauh dari social media specialist atau copywriter. Tapi aku yakin masuk ke tahap wawancara aja enggak bakal kejadian, aku yakin portofolioku enggak bakal dianggap bagus karena aku sama sekali nggak punya pengalaman kerja di agency. Jadi sebetulnya setiap melamar kerja di agency aku selalu “melamar lalu lupakan”, karena nggak bakal keterima juga.
Tapi di bulan Februari ini aku keterima. Tadinya iseng melamar di Glints, terus dipanggil wawancara dengan keadaan berpikir, oh emangnya aku melamar, ya? Lalu ketika akan wawancara, aku mendadak ragu.
Keraguan itu bermacam-macam, mulai dari sebetulnya aku lagi overwhelmed karena suamiku positif COVID-19, aku betul-betul harus berhadapan dengan amarahku yang meletup-letup, dan aku juga yakin meski wawancara pun nggak bakal diterima, dan pasti kerjanya nggak full remote (aku belum berani mencari bekerja yang hybrid atau kerja penuh waktu di kantor karena anakku masih bayi), dan banyak keraguan lain. Sebetulnya aku sudah menyiapkan draft e-mail untuk membatalkan wawancara, tetapi akhirnya aku memilih untuk menghadapinya saja, toh belum tentu keterima.
Wawancara rupanya berlangsung jauh dari apa yang kubayangkan. Tak ada pertanyaan bagaimana kamu mengatur hidupmu karena kamu sudah menjadi seorang ibu. Tak ada pertanyaan mengapa kamu resign dari pekerjaan sebelumnya. Justru muncul pertanyaan yang paling kusuka seperti ‘apa yang paling kamu anggap penting dalam sebuah perusahaan’, ‘hasil kerja apa yang paling membuatmu bangga’, dan ‘pengembangan diri apa yang kamu harapkan dengan melamar pekerjaan di sini’.
Aku menyukai pertanyaan pertama karena kalau ada perusahaan bertanya begini, kupikir itu tanda baik, perusahaannya mementingkan isi kepala karyawannya. Pertanyaan kedua aku juga suka bukan karena aku memiliki hasil kerja yang membanggakan itu, tetapi karena hasil kerja yang paling kusuka itu adalah hasil kerja tahun 2018, sudah terlalu lama. Aku butuh mencari hasil kerja baru yang membanggakanku di tempat baru.
Untuk pertanyaan ketiga membuatku kembali bersemangat karena menjadi ingat dan sadar mengapa sebetulnya aku mencari-cari pekerjaan baru. Pertama, aku sangat butuh ilmu baru dan merasa ilmuku sudah mulai basi, kayaknya di agency aku bisa dapat itu. Kedua, aku lelah bekerja dengan alur kerja yang buruk, aku butuh belajar dari tempat yang memiliki alur kerja yang baik, dan semestinya agency memiliki itu.
Kabar baik selanjutnya, kantornya selama dua tahun ini full remote dan itu yang paling kubutuhkan untuk sementara. Ketika ada brief yang perlu kukerjakan untuk tahapan selanjutnya, aku akan berusaha mengerjakannya sebaik mungkin!
Namun rasa semangat itu dikalahkan rasa kwalahan tak bisa merawat anakku sendirian tanpa bisa delegasi tugas dan ditambah merawat suamiku yang positif COVID-19. Sehari setelah brief kuterima, anakku yang baru berusia 7 bulan kemudian masuk IGD dan ia positif COVID-19. Tetapi justru kejadian itu membuatku kuat, rasa kwalahan itu mendadak hilang dan aku menjadi orang yang begitu kuat menemani anakku di IGD sampai pulang ke rumah untuk isoman. Ini barangkali kali kedua yang seakan memberitahuku bahwa sebetulnya aku kuat dan lagi-lagi anakku lah yang mengingatkannya. Aku menjadi kuat sebab aku tahu yang paling berharga di dunia ini adalah dirinya dan aku harus hidup untuk bisa menemaninya.
Sebetulnya ketika sekeluarga positif COVID-19 (dengan gejala sangat ringan, yaitu hanya demam dan aku bahkan Orang Tanpa Gejala), semua menjadi lebih mudah karena aku bisa mendelegasikan pekerjaan meski tetap memakai masker saat di rumah. Aku akhirnya bisa mengerjakan brief itu dengan baik dan beberapa hari selanjutnya, aku diterima!
Kabar itu memberikan dua kesan. Pertama, ternyata ada orang yang percaya pada kemampuanku setelah aku selalu menerima penolakan dan kegagalan di banyak tempat. Kedua, aku masih takut mengecewakan dan tak lolos masa probation. Tak memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sering mendapat penolakan dan kegagalan memang kombinasi pahit yang mempersulit menjalani hidup. Jadi kali ini aku tak begitu bersemangat selain langsung fokus pada mempelajari apa yang perlu kukerjakan, makanya aku perlu waktu sekitar satu minggu untuk mulai kerja agar ketika aktif kerja di hari pertama aku nggak begitu panik, deg-degan, takut, dan terlalu bodoh.
Ya, akhirnya aku mencoba kerja di agency juga! Tak mau buru-buru memperbarui Linkedin karena takut gagal, jadi sementara aku ingin fokus menghasilkan karya yang akan membuatku tersenyum karena puas pada hasilnya!
Catatan: masa onboarding kulalui dan aku cukup takjub sama alur kerjanya, langsung mencatat banyak hal yang bisa dipelajari, doakan aku, ya!
0 comments: