Tri Pusat Pendidikan (Ki Hajar Dewantara): keluarga, sekolah dan masyarakat adalah elemen penting untuk mensukseskan pendidikan nasio...

Berani Mengubah Indonesia Semuda Mungkin!


“Akhirnya selesai juga!” adalah kalimat pertama yang saya ungkapkan ketika jam dua pagi di hari Sabtu, 4 Juli 2015 baru selesai ngerjain tugas makalah pertama sebagai mahasiswi. Astaga, bikin makalah dengan title ‘mahasiswa’ lebih susah dibandingkan ketika masih jadi anak yang pake seragam putih abu-abu.


Makalah dengan topik Pendidikan Karakter ini ditugaskan untuk beberapa peserta terbaik di P2KK dengan waktu satu minggu aja! Untungnya saya terselamatkan dengan event Roadshow Future Leader Summit yang baru aja kemarin saya datangi, setidaknya ada sedikit banyak informasi tentang pendidikan di Indonesia yang saya tau.


Ngumpulinnya pun absurd banget, siang itu saya masih bareng-bareng temen P2KK, temen-temen kelompok Ibnu Sina. Karena kampus saya emang jalannya naik turun, saya males kalau harus ke rusunawa UPT. P2KK jalan kaki, dan saya masih gak bawa motor. Nebeng adalah cara terbaik. Dan ternyata temen-temen Ibnu Sina memiliki cara yang lebih baik dibandingkan nebeng.

Temen saya, Naila, pinjemin motornya buat Yordan demi nebengin saya ke UPT. P2KK. Yordan juga lagi gak bawa motor. Mereka memang tau cara terbaik bagaimana membuat temannya cinlok. Akhirnya saya dan Yordan ke parkiran dengan petunjuk seadanya dan STNK, kata Yordan, “Kita udah kayak cari doorprize aja.” Hahahahahaha.

Kami kembali ke kampus pun sempat diomelin bapak tukang parkir karena kepolosan kami sebagai Maba (Mahasiswa Baru). Bahkan ketika udah memarkirkan motor dengan cantik, saya dengan polosnya, “Terus kita keluar lewat mana ya?” Dan Yordan pun membalas, “Lewat sana lho, jangan maba banget tah.” Hahahahaha.

Dear para fans Yordan, jangan jeles ya.

*****



Terlepas dari balik layar pembuatan makalah, saya suka banget dengan topik yang diberikan, asik! Bukan karena background saya selalu turun tangan di bagian pendidikan, malah enggak. Jurusan yang saya pilih sekarang pun Ilmu Komunikasi. Tapi mata hati saya terbuka ketika Anies Baswedan mengungkapkan bahwa, “Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.

Awalnya saya nggak nangkep juga gimana sih maksudnya tanggung jawab semua orang terdidik. Tapi setelah kemarin ngerjain makalah dan sedikit banyak tau beberapa referensi, saya rasa asik nih kalau kalian juga tau apa maksud dari yang diungkapkan Pak Anies, setidaknya kita nggak menggampangkan bahwa tugas terdidiknya anak bangsa itu hanya tugas pendidik dan pemerintah aja.

Nah terus sebenernya tanggung jawab siapa, dong?

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara punya sistem: Tri Pusat Pendidikan. Bahwa yang berkewajiban mensuskseskan pendidikan nasional bukan hanya pendidik, tapi ada tiga segmen: keluarga, sekolah, dan masyarakat.  

Asek, berat amat kali ini tulisannya.

Ketika menulis buat makalah, saya agak cenut-cenut juga sih, masyarakat bisa mendidik lewat apa sih? Dan saya sebagai bagian masyarakat yang dianggap segmen penting untuk mensukseskan pendidikan nasional salting juga dong kalau nggak berbuat apa-apa.

Ternyata banyak cara yang bisa kita lakukan gaes! Contoh sederhana aja, komunitas buat anak muda itu salah satu cara mendidik anak bangsa. Karena ada wadah berkarya, anak mudanya jadi nggak salah fokus untuk salah gaul. Atau event-event positif, kan sekarang juga banyak tuh event-event yang hanya seneng-seneng aja.



Contoh kasusnya yang terkait dengan peran pendidikan… cabe-cabean. Sering kita suka menyalahkan secara sepihak, entah cabe-cabean itu salah orang tua atau salah pendidik. Padahal bukan lagi waktunya kita saling menyalahan, tapi udah waktunya kita sama-sama sadar bahwa untuk mengubah bangsa butuh sinergi yang kuat dari berbagi segmen, dan semua itu dimulai dari diri kita sendiri.

Nggak cukup sekolah yang bisa menyadarkan cabe-cabean kalau yang mereka lakukan tuh gak baik. Atau kita nggak bisa memaksa orang tuanya menjadi baik, karena mereka kan juga punya latar belakang yang nggak bisa kita paksa.

Tapi kita nih, sebagai masyarakat, bisa lho mengingatkan mereka yang misalnya bonceng bertiga, bilangin aja kalau bahaya. Atau cara yang paling gampang, lihatin aja mereka dengan tatapan nggak enak, lama-lama semoga mereka malu hihihi. Hal-hal yang semacam ini juga bisa dianggap ‘mendidik’ lho, mengedukasi mereka untuk belajar rasa malu terhadap kesalahan mereka. Yang penting usaha dulu, demi bangsa ini. Asek.

Tau juga kan kalau di TV sekarang ada orang ngerokok disensor, pakaian yang nggak sopan disensor juga? Sebenernya itu dalam rangka mengedukasi masyarakat, khususnya anak-anak agar nggak dicontoh. Makna pendidikan emang luas banget, nggak terbatas oleh sebuah gedung yang sering disebut sekolah atau universitas.
*******


Video lama sih, tapi masih ngena maknanya. 

Setiap orang punya perannya masing-masing. Ya karena perbedaan itu lah yang bisa membangun suatu bangsa, keanekaragaman itu yang malah mengkokohkan sebuah Negara. Dan ketika kamu, saya, kita, tau di mana posisi kita, itu artinya… kita sudah siap mengubah bangsa ini pelan-pelan.

Kalau kamu suka design, berarti tugasmu bikin designer Indonesia di mata dunia jadi diakui. Kalau kamu tertarik dengan politik, waw keren, saatnya kamu buktikkan bahwa politik Indonesia masih ada harapan untuk dibenahi.

Karena mengubah Indonesia menjadi lebih baik tidak perlu menunggu kita ada di pemerintahan. Bukan berarti kita bukan siapa-siapa terus kita hanya duduk dan menuntut perubahan. Kontribusi itu seperti luka di wajah, sekecil apa pun pasti akan kelihatan.

Yuk, mengubah bangsa semuda mungkin, mulai dari apa yang paling kita bisa! :D 

Buku rekomendasi: Mengubah Indonesia, by Pandji Pragiwaksono.

21 comments:

  1. nice post, saatnya anak muda indonesia berubah! ;) Salam kenal

    ReplyDelete
  2. Suka kata-katanya meg, mengalir tanpa ada kesan menggurui :)
    Sip lanjutkan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kalau begitu hehehehe. Yuk, sama-sama melanjutkan. xD

      Delete
  3. super sangat mbameg.
    kata katanya sip, kaya mario teduh.
    sukses mbamegs

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kamu juga ya.... semoga sukses juga. Sukses sama-sama.

      Delete
  4. Hmm, segala cabe-cabean jadi contoh. Hahaha.
    Jangan menunggu pemerintah, tapi dimulai dari diri sendiri. Mantap nih tulisan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha soalnya kemarin waktu kegiatan kampus ada diskusi kontemporer dan topiknya itu hehe. Yoih, dimulai dari diri sendiri!

      Delete
  5. KeepYoungSpirit for kawula muda. Emang seharusnya anak muda haruslah wajib untuk mengubah bangsa ini secara berani dan positif meg. Secara lu tau sendiri anak muda zaman sekarang masih banyak yang apatis. Dengan tulisan lu ini seenggaknya memberi inspirasi bahwa anak muda seharusnya harus berani untuk mengubah bangsa Indonesia ini semuda mungkin. Karena siapa lagi kalau gak anak muda sebagai penerus. Keren!!!.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, setuju ngets. Masih cukup banyak yang apatis. Asek, siapa lagi kalau bukan kita-kita ini. Fix, Mas Rian juga keren banget!

      Delete
  6. Waduh gue agak bingung nih kalau komen yang berat-berat gini. Otak gue gak nyampe kak. :")
    Kalau kata lupa siapa gitu, yang penting kerjain apa yang kamu cintai, dari situ bakal timbul kebaikan-kebaikan lain yang bisa kamu ciptakan. *sumpah komen gue keren abis* *pengin nangis*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sini biar dijemput ojek tetangga aja biar sampai :") Iya bang, goldenways abis. Nih tisu :")

      Delete
  7. Berat judulnya, tapi bener aku sepakat.
    Btw, kenapa plat nomornya BIJI?!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asek! Hehehehe kalau soal itu.... saya juga nggak tau. :")

      Delete
  8. Sip Mega, memang bukan saatnya saling menyalahkan kita juga harus partisipasi,
    pinjem kata-katanya pak Anies buat ini "Lebih baik menyalakan lilin daripada terus mengumpat di dalam kegelapan " :)

    ReplyDelete
  9. Mega mah terbaik ancene :)
    Adik Tingkat yang hebat lah pokoknya :p

    ReplyDelete
  10. beh asik ini tulisannya, tentang pendidikan euy setuju banget yang di garis bawahi, pendidikan kewajiban semua yang terdidik

    ReplyDelete
  11. Makasih banyak Kak Sophiamega, sangat membantu buat aku jadiin referensi. Tapi, tetep aja gak mengambil kalimat-kalimat kakak secara mentah-mentah kok hehe. Tetep pake argumenku sendiri, setidaknya punya kakak jadi inspirasiku untuk bantu ngungkapin kata-kataku sendiri yakaaan. Makasih ya sekali lagi kak! Jangan berhenti dan sukses terus kak!

    ReplyDelete