Bertamasya ke kedai kopi yang masih dalam step-by-step menyempurnakan sebelum rilis menjadi pengalaman baru. Hadir saat masih mencoba m...

Tips Memulai Bisnis Coffee Shop (Hasil Ngintip Persiapan Rilis @motivcoffee)


Bertamasya ke kedai kopi yang masih dalam step-by-step menyempurnakan sebelum rilis menjadi pengalaman baru. Hadir saat masih mencoba mencari-cari menu apa yang pas, bereksperimen dengan yang dibuat atau sesederhana bingung menentukan harus pakai gelas yang seperti apa dan serba-serbi kerepotan yang lain ternyata menyenangkan. Pengalaman baru ini saya dapatkan di Motiv Coffee Roasting Co. yang berada di Malang.


Awal mengerti Motiv Coffee karena banyak sekali kedai kopi di Malang yang menggunakan beans-nya dan di-update di Instagram Stories. "Eh kok packagingnya manis, beans apa sih ini kok lagi rame, kayaknya dari Malang deh," batin saya, sambil stalking Instagramnya dan langsung follow. Eh ternyata alam semesta sedang berbaik hati, akhirnya saya berjumpa dengan orang-orang di balik Motiv Coffee, Mas Yudhi dan Mas Dhito di Pesta Kopi Mandiri 2017, bahkan sempet ngopi-ngopi bareng. 


Kabar baiknya, nggak hanya ada roasted-beans di sini, tapi mereka sedang menyiapkan kedai kopi. Basic-nya memang bukan kedai kopi, sebutan lebih spesifiknya adalah 'one-stop shopping' dalam hal kopi. Singkatnya, kita bisa menemukan ini dan itu di dalam satu tempat.

Rencananya, Motiv Coffee lebih fokus ke roasting, menjual alat-alat kopi, take-away, dan untuk yang mau menikmati kopi di lokasi juga bisa, meskipun memang sengaja tidak diberikan banyak meja karena konsep awalnya memang 'one-stop shopping' itu tadi. 


Pertama kali datang, ketika Motiv Coffee belum punya menu dan lagi cupping dua jenis biji kopi tapi dengan dua metode roasting yang berbeda. Kali kedua, bersama @rizaaditya16 yang akhir-akhir ini sering nanya tentang kopi, padahal saya nggak ngerti apa-apa, akhirnya saya ajakin ke Motiv Coffee. Di setiap kunjungan, selalu ada ilmu baru yang saya dapatkan, meski lebih banyak guyonan dari 'mas-mas kopi' yang sering nggak jelas. Apalagi kalau ada Mas @mahendra.krisna lagi nyeduh.


Mulai dari berkenalan dengan istilah-istilah baru dalam dunia kopi-kopian. Statement yang awalnya menganggap 'semua es kopi susu sama aja' jadi berubah saat datang ke sini, karena ternyata es kopi susu rasanya bisa kompleks, gak cuma pahitnya kopi dan manisnya gula atau susu. Atau baru nyoba dan tau picollo versi US yang memiliki nama Gibraltar.

Yah, semua juga karena 'mas-mas kopi' ini emang enak diajak ngobrol, nggak sungkan untuk berbagi, dan sering.. tanpa diminta selalu kasih banyak referensi ke saya. Terbaik memang, makanya saya sering menyebut Motiv Coffee ini sebagai kedai (belajar) kopi. 

Belum rilis, belum banyak yang bisa diceritakan. Melihat proses penyempurnaan Motiv Coffee, saya jadi kepo dong soal tips memulai bisnis coffee shop. Mungkin bacaan ini cocok untuk teman-teman pembaca yang lagi sayang-sayangnya sama kopi (asal gak ditinggal pas lagi sayang-sayangnya) dan bermimpi punya kedai kopi sendiri. Hereeeeeee the tips setelah nanya random ke Mas Dhito dan Mas Yudhi. 


#1, Diferensiasi

Semakin banyak kedai kopi yang hadir, beda dengan empat tahun yang lalu. Masih inget banget waktu kelas 11 SMA (2013), saya sempat mempertanyakan kenapa ya Malang kok gak punya banyak coffee shop? Yah ternyata belum laku waktu itu. Tapi coba lihat tahun 2017 ini, di sini ada kedai kopi, di situ ada kedai kopi. Lama-lama akan menyaingi keberadaan Indomart dan Alfamart.

Yang kadang membuat kita sebagai konsumen berpikir, emang bedanya kedai kopi A dengan kedai kopi B apa ya? Menunya juga sama aja? Apakah rasa? Nah, di sini lah letak diferensiasi itu penting, yang kalau bahasa canggihnya, di situ lah letak unique selling-nya. 

Jadi inget apa yang diceritakan dosen saya, Bu Arum, "Semua orang jual kopi, apa yang bisa membedakan ya konten yang dijual. Gak bisa kalau jual kopi aja." Betul sih. Saya cukup salut dengan Konkopia dengan konsep #Silaturation-nya, dan untuk menentukan konsep tersebut ya gak mudah, butuh waktu juga. Pun dengan Motiv Coffee, mereka menarik diri dari segala hiruk pikuk kedai kopi, dan fokus ke 'one stop shopping'

#2, Sesuaikan Budget

Alat kopi itu luar biasa mahal, scale alias timbangan ada lho yang 900rb, atau bahkan lebih. Tapi gimana caranya memenuhi idealisme dan menyesuaikan budget. Saya nggak banyak mengulik soal gimana ya cari modal dan sebagainya, mungkin itu di tulisan selanjutnya, karena tulisan ini basic sekali, mungkin perlu mendengar cerita bagaimana yang lain memulai bisnis coffee shopnya. 

Ini masih menu sementara dari Motiv Coffee

#3, Menu


Research first, kata Mas Dhito, market Malang itu agak tricky, kita harus tau berapa rata-rata harga kopi di Malang dan harus menyesuaikan bahan yang tetap baik tapi nggak akan rugi. Eksperimen dengan menu sampai menemukan signature itu menarik, tapi harus inget dengan mencari menu yang orang mau minum dong pastinya. 

Misalnya, di daerah Jabodetabek, minuman take away saling berkompetisi, tapi belum tentu di Malang juga akan sukses. Setiap kota selalu punya culture-nya masing-masing, yang nggak bisa dipaksain juga. Tapi salutnya, Motiv Coffee mau ngetes pasar nih, apa Malang udah siap dengan konsep coffee take-away.

#4, Cuan, cuan dan cuan

Cuan alias duit. Kata Mas Dhito, berbisnis di kopi itu investasinya besar, mengingat alat kopi itu mahal. Tapi, return of investation-nya lambat, yang juga sering bikin saya mikir pada kedai kopi yang punya alat mahal, kapan coba balik modalnya hehehe. Ketika saya tanya, "Terus gimana dong?" Lagi-lagi Mas Dhito bilang, "Ya harus pinter ngakalinnya."

Bagaimana cara ngakalinnya? Mungkin akan ada di tulisan selanjutnya. Tulisan ini semoga akan berlanjut, bisa kasih komentar di bawah untuk kalian yang bertanya-tanya. Nanti saya akan coba kepoin dari para pejuang mas-mbak yang survive di dunia kopi, ya!

0 comments: