Menurut bucketlist Tamasya Kedai Kopi   hari ketiga di Melbourne, sebenarnya ada Aunty's Peg atau Padre dan keinginan kembali ke Pa...

Seven Seeds Specialty Coffee, Beri Ruang Menghargai Kopi


Menurut bucketlist Tamasya Kedai Kopi hari ketiga di Melbourne, sebenarnya ada Aunty's Peg atau Padre dan keinginan kembali ke Patricia Coffee Brewers yang lebih pengin dipenuhi. Tapi jarak yang cukup jauh, waktu yang sedikit dan dollar yang menipis menjadi sebab saya sebaiknya ke kedai kopi yang jaraknya sangat dekat dengan apartment kami saat itu, Quest Carlton on Finlay, yakni Seven Seeds Specialty Coffee.

Cukup 12 menit jalan kaki untuk menuju Seven Seeds Specialty Coffee. Ini menjadi bagian yang cukup dirindukan dari Melbourne, pergi ke coffee shop cukup jalan kaki. Tanpa ke banyak tempat yang terkenal pun yang membutuhkan beberapa menit untuk pergi ke sana, enggak susah untuk menemukan coffee shop di kanan-kiri dalam hitungan lima menit (semoga tidak berlebihan hahaha).

Setiba di Seven Seeds, saya langsung jatuh cinta banget sih sama dinding berwarna biru, garis-garis yang merupakan identitas dari coffee shop ini dan tulisan elegan dari namanya. Enggak ada neon box, hanya identitas cat dan nama dalam dinding. Warna birunya favorit sih! :'D
Seven Seeds memang bukan tipikal kedai kopi yang saya suka, terlalu luas bagi saya. Saya menyukai ruang-ruang yang minimalis, enggak terlalu besar, intimate dan cahaya lampunya enggak hangat. Mungkin karena saya adalah orang yang lebih banyak menghabiskan waktu di kedai kopi dengan sendiri saja, jadi enggak mengutamakan tempat luas.



Mengingat Brother Baba Budan menggunakan biji kopi dari Seven Seeds untuk seluruh kopinya, dan di sana saya sudah pesan cappuccinonya (di Seven Seeds kalau pesan cappuccino juga diberi bubuk coklat), akhirnya saya pesan secangkir kopi seduh (metode) dripnya dengan biji kopi Maria Enelia, Erazo Huila, Colombia.

Meskipun drip, enggak bisa dibilang manual juga sih haha. Pouringnya udah pake mesin.
Pada saat itu (Juni 2018), saya belum begitu bisa memahami rasa dalam kopi terutama untuk kopi seduh drip baik dalam metode apapun, V60, Aeropress, dsbnya. Pengetahuan rasa saya masih lingkaran paling dalam Coffee Taster's Flavor Wheel: sweet, floral, fruity dan semacamnya.

Foto dari foodiotkk.com, sayangnya enggak dapet foto kartu ini yang proper. Dan kayaknya ketinggalan di apartment waktu mau lanjut ke Sydney :( 
Namun saat kopi tiba, barista mengantarkan kopinya dengan sebuah kartu penjelasan dari biji kopi yang sedang kita nikmati. Bagi saya, ini benar-benar memberi ruang untuk kita bisa menghargai kopi. Mengetahui bagaimana biji kopi yang kita minum, edukasi bahwa untuk apresiasi kopi yang kita minum bukan lah dalam ragam 'enak' semata tapi ada ragam karakter rasa yang berbeda, dan meskipun kita enggak banyak tahu soal sensory, paling tidak kita tahu. Bagi saya, ini yang paling berkesan sih dari Seven Seeds Specialty Coffee.

Untuk Maria Eneli, Erazo Huila, Colombia, sendiri.. saya merasakan kopi yang bener-bener soft, clean parah, dan manis banget yang lebih ke arah buah alias fruity. Di kartu penjelasannya sendiri (sayangnya saya enggak tahu ya apa nama kartunya, atau emang gak ada nama khususnya?), di kolom tastes like: ada cherry, plum dan honeycomb. Sedangkan di diagram looks like: sweetness-nya tinggi banget, acidity-nya tinggi juga (tapi bagi saya lebih kuat rasa manisnya) disusul aftertaste yang panjang.


Sesuap croissant yang setiap saya makan kayak enggak habis-habis karena saking gedenya lalu disusul menyeruput kopi seduh dripnya, pagi itu jadi sempurna. Ternyata sarapan kopi dan croissant almond enak banget! Asal croissant-nya enggak gede-gede amat. Tapi kalau boleh memilih, saya mau sarapan kopi sama pizza aja hahaha, mana ada orang sarapan pake pizza. Atau croissant yang rasanya lebih ke asin dan gurih dibandingkan yang manis seperti saat saya pesan.

Tempat yang luas enggak membuat Seven Seeds isinya adalah orang-orang yang sibuk menghabiskan waktu di dalam juga sih. Banyak juga yang pesan untuk take away dan beberapa di antaranya membawa keep-cup-nya sendiri. Dan senang juga sempat melihat suasana mbak-mbak yang begitu happy selama memotret gelas kopi sekali pakainya. Rasanya mau ngeledekin, "Girang amat, mba~." Tapi ya tentu saja hanya di batin.

Selepas dari pengalaman berharga mengopi di sana (plus pas di sini kuota internet saya habis, sangat ber-ke-san), saya melanjutkan perjalanan ke Victoria Market, untuk menuju ke Books For Cooks dan Marketlane Coffee Labs. Nantikan perjalanan selanjutnya, ya!

Instagram: @7seedscoffee

Lokasi:



0 comments: