Tamasya Kedai Kopi di hari ketiga enggak berhenti sampai Seven Seeds Specialty Coffee , tapi lanjut ke Market Lane Coffee yang ada di Qu...

Market Lane Coffee, Mencoba Cappuccino dengan 'Hazelnut - Cherry - Apricot' Tasting Likes


Tamasya Kedai Kopi di hari ketiga enggak berhenti sampai Seven Seeds Specialty Coffee, tapi lanjut ke Market Lane Coffee yang ada di Queen Victoria Market. Arahnya agak berlawanan dari Seven Seeds Coffee, jadi saya seperti harus kembali ke apartment untuk bisa ke Queen Victoria Market. Tapi karena udara Melbourne yang dingin, jalanan yang relatif sama (enggak naik turun dan teratur), bikin jalan kaki sebagai traveler enggak bakal merasa cepat capek.

Ok, ini masuk ke bagian yang bikin cukup ngangenin. Ada enggak sih kalian yang kangen ke sebuah tempat sampe berasa pengin nangis tiap nulis momen tersebut? Saya di antaranya huhuhu.


Queen Victoria Market adalah salah satu tempat yang ngangenin! Berderet-deret ruko seperti ingin saya datengin semua, orang-orang sibuk berlalu lalang, dan menjadi tempat yang paling sering saya datangi. Dan akhirnya sempat juga main ke Market Lane Coffee.

Perjalanan Tamasya Kedai Kopi di Melbourne lainnya: klik di sini.


Kedai kopi yang enggak terlalu besar, dengan bar yang kecil, dan beberapa tempat duduk yang mengelilingi kedai. Jadi enggak ada meja yang ada di tengah-tengah lalu lalang dan kebanyakan pelanggan memang pesan untuk take away. 


Kalau soal ambience kedai kopi, dari Brunetti, Brother Baba Budan, Patricia Coffee Brewers, Seven Seeds Specialty Coffee, Market Lane Coffee dan Parco Coffee (6 kedai yang saya datangi selama di Melbourne).. paling suka sih Market Lane. Suasana yang bright, enggak remang, suasana paling pas kalau untuk menulis dan ngopi saat pagi hari.

Sebenarnya Marke Lane Coffee punya enam tempat di Melbourne, gila sih banyak banget. Tapi saya hanya mendatangi salah satu cabangnya saja, jadi enggak tahu Market Lane Coffee di tempat lain apakah juga memiliki ambience yang mirip atau tidak.


Di sini saya sempat ngobrol dengan barista, tapi karena saya ngomongnya belibet, jadi saya tulis pakai bahasa Indonesia saja ya.

                 Saya   : "Kalau di Melbourne, apakah penentuan kopinya sesuai dengan musim? Kalau
                              musim dingin begini, kedai kopi lebih memilih kopi dengan flavor notes caramel 
                              sweet?"
                 Barista: "Hmm.. enggak. Pemilihannya bergantung biji kopi dari Negara mana
                               yang sedang panen saja."


Lalu saya memesan cappuccino dengan seasonal espresso-nya dengan 70% Airuma (Brazil) dan 30% El Fuerta (Bolivia), flavor notes yang ditulis adalah hazelnut, cherry dan apricot. Bagi saya yang enggak pernah mencoba kopi dengan rasa yang seperti hazelnut, cherry dan apricot, langsung tertarik dong. 

Enggak berekspektasi bakal tahu rasa cherry dan apricot-nya sih, soalnya enggak pernah makan dua buah itu sebelumnya. Apricot juga lagi enggak musim, jadi di Melbourne pun agak susah nyarinya. Yang saya temukan di setiap supermarket selalu hanya makanan bayi yang punya rasa apricot. Bahkan enggak ada makanan normal atau sirup yang memiliki rasa apricot. 

Tapi overall suka banget sama cappuccinonya! Fruity, sweet dan hazelnut-nya terasa banget! Jadi kacang hazelnut, almond dan berbagai kacang lain rasanya berbeda. Kalau kalian belum pernah makan hazelnut, nah cobain aja makan selai nutella, karena hazelnut-nya terasa banget. Atau banyak juga minuman manis yang pakai sirup hazelnut.



Selain seasonal espresso, ada juga 'guest espresso'-nya. Dengan 100% Marimbus (Brazil) dan flavor notes red apple, milk, chocolate. Penasaran banget sih! Belum pernah tahu cappuccino dengan red apple itu seperti apa. Nanti lah jalan-jalan ke kedai kopi di Indonesia juga pasti ada kok kedai kopi yang concern banget dengan flavor notes dalam cappuccinonya.


Ada yang menarik dan mungkin bisa jadi inspirasi kedai kopi lainnya, Market Lane Coffe menjual coffee sacks dengan 5$. "All proceeds donated to the Santa Clara Scholarship programme, an awesome non-for-profit organization dedicated to improving the quality of life & education of coffee farming families." Ini yang saya pelajari juga di kelas praktikum Public Relations, suatu barang akan layak dijual mahal karena cerita di balik barang tersebut. Sekaligus bisa membuat pelanggan seperti saya melihat bahwa Market Lane bukan hanya kedai kopi yang fokus pada rasa, tapi juga bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan di dunia kopi. 

Semua orang jualan kopi, dan hal-hal yang seperti ini menurut saya yang perlu diapresiasi. Kedai kopi yang mulai bertanggung jawab, peduli pada lingkungan dan hal-hal positif lainnya membuat saya tentu saja rela kalau setiap hari ke sana dibandingkan kedai kopi yang cuma jualan kopi aja. 



Selepas dari Market Lane saya lanjut ke toko sebelahnya, ada Books For Cooks. Dan di sini lah bencana di mulai, saya sok ide masukin cup kopinya ke tas kamera karena tas kamera saya itu terbagi jadi dua bagian yang sama datarnya. Jadi ya kalau enggak banyak gerak.. dia gak bakal tumpah.


Nah bodohnya, ya saya banyak gerak lah, kan jalan kaki terus! Selain ke Books For Cooks, saya sempetin juga ke Priceline, drugstore di Australia untuk beli skincare dan make-up. Sepulang dari situ, lensa kamera saya rusak karena tumpahan kopi. Tapi sekarnag udah baik-baik aja kok! Hehehe :'D Masih beruntung! 

Jadi kalau lensa kamera kamu ketumpahan lensa, diemin aja dulu. Kalau saya langsung ambil hair dryer, terus masukin beras enggak sampe setengah hari, terus didiemin dua hari. Pertama-tama masih kotor banget ada kopinya, terus lama-lama bisa kembali normal! Soalnya sebelumnya bener-bener enggak bisa dipake sama sekali. Tapi ya semoga lensa kamera kalian selalu selamat di berbagai waktu ya!


Market Lane Coffee sebenarnya jadi tujuan akhir selama di Melbourne, besoknya saya harus ke Sydney huhuhu. Tapi! Besok paginya saya mencoba ke kedai kopi di depan apartment, tungguin ceritanya di postingan selanjutnya!


Instagram: @marketlane
Lokasi:

0 comments: